Bab 5

Sesampainya Nana dirumah kontrakan, ia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang menatap keatas langit-langit dengan suara helaan nafas letih.

"Pria ini itu sangat menyeramkan sekali. Bagaimana bisa aku bertemu dengannya lagi kalau bukan dia mengikuti ku dari belakang... Tapi, saat aku tiba disana aku melihat dia sedang makan. Terus, apa itu artinya aku sendiri yang terlalu berlebihan?".

Nana menutup mata, ia mencoba untuk menenangkan jiwanya yang entah apa sedang ia pikirkan saat ini.

Hingga beberapa menit kemudian Nana membuka mata itu kembali, ia melihat jam telah menunjukkan pukul 9 malam. Kemudian ia mendengar suara dari bawah sana berbunyi untuk segera diisi, sedangkan ia tidak tau harus mencari kemana dan terpaksa ia hanya meminum air putih saja dan beberapa cemilan ringan.

Lalu Nana mendudukkan diri diatas sofa sambil menonton televisi, dan beberapa kali ia melirik ponselnya seperti sedang berharap seseorang akan datang menghubungi dirinya. Namun sudah beberapa lama ia menunggu akan hal tersebut, satu panggilan mana pun tidak ia terima membuat Nana mendengus kesah.

"Ada apa dengan ku? Ck, ini sangat menyebalkan sekali" tidak lama setelah itu Nana kembali masuk ke dalam kamar meninggalkan ponselnya diatas sofa tanpa ia sadari kalau ia baru saja mendapatkan sebuah notifikasi.

Sedangkan Dewa yang tengah berada di apartment Dela. Ia melihat Dewa sedari tadi asik terus menerus memperhatikan ponselnya seperti sedang berharap kalau seseorang menelponnya.

"Ada apa Dewa? Dari tadi aku memperhatikan kamu....

Dewa tersenyum membawa Dela ke dalam pelukannya, "Kamu sudah selesai mandi? Tubuh mu sangat wangi sekali".

"Benarkah?" Dela melingkarkan kedua tangannya di leher sang Dewa.

"Mmmmm".

"Kamu bisa saja, tapi aku senang kamu menyukai aroma tubuh ku" dengan Manja Dela meraba dada bidang Dewa. "Tapi kenapa aku melihat kamu seperti sedang murung? Ada apa? Ayo beritahu aku, apa sesuatu terjadi?".

"Tidak" jawab Dewa mencium bibir Dela. "Karna ini sudah jam 10 malam, sepertinya aku harus pulang".

Dela melihat kearah jam dinding, "Kamu harus pulang ya Dewa? Atau sebaiknya kamu tinggal disini saja, pakaian mu masih ada di lemari dan kamu selalu meninggalkannya".

"Kenapa kamu tidak membuangnya saja?".

"Hey, mana mungkin aku membuangnya Dewa. Kamu ada-ada saja. Ya sudah kalau kamu memang harus pulang, aku tidak akan menghalanginya".

"Mmmm, sampai bertemu besok".

"Ya".

Begitu Dewa keluar meninggalkannya seorang diri, Dela menebak kalau Dewa tidak pulang kerumahnya, ia yakin kalau Dewa pasti akan menemui wanita lain. Lalu Dela menarik nafas panjang, ia berpikir bagaimana caranya ia bisa mengembalikan hati Dewa yang hancur.

Hingga Dewa tiba di sebuah club tempat ia bisanya menghilangkan rasa penat. Ia lalu masuk ke dalam, dan disana wanita-wanita yang biasanya menghibur sang Dewa langsung berlari ke dalam pelukan Dewa dan itu berhasil membuat Dewa tertawa memberikan mereka ciuman satu persatu.

"Akhirnya kemari lagi sayang? Kamu kemana saja selama 2 minggu lamanya?".

Dewa membawa mereka duduk, "Menurut mu aku kemana saja selama ini sayang? Kalian benar-benar merindukan ku?".

"Tentu saja kami sangat merindukan mu" jawab mereka bersama dengan manja membuat Dewa meminta maaf kepada mereka karna sudah jarang berkunjung kesana.

"Benarkah?" seorang wanita berjalan menghampiri mereka. Lalu duduk dihadapan Dewa dengan senyum mengembang di wajahnya sembari menyuruh mereka pergi. "Kemana saja kamu selama ini Dewa? Kamu tidak merindukan ku?".

Dewa terdiam, ia menuang anggur di dalam gelasnya dan meneguknya dengan sekali tegukan saja.

"Tapi kenapa akhir-akhir ini kamu begitu banyak berubah Dewa?".

Tersenyum, "Aku tidak pernah berubah".

Si wanita tersebut membalas senyuman Dewa bergeser mendekatinya, "Kalau begitu" dengan lembut ia menyentuh dada bidang Dewa. "Bisakah kita bersenang-senang malam ini? Aku merindukan hal yang seperti biasanya kita lakukan?".

Dewa menatapnya, ia terlihat begitu sangat lelah sekali membuat si wanita tersebut tidak bisa berharap lebih akan bermain dengan Dewa malam ini.

"Kamu baik-baik saja Dewa?".

"Tidak" jawabnya dengan suara parau. "Hari ini aku merasa sangat lelah sekali. Bisakah aku tidur malam ini di atas pangkuan mu?".

"Mmmm, kemarilah. Aku akan memberikan pangkuanku ini kepada mu sampai mata hari kembali terbit".

"Terima kasih" Dewa menaruh kepalanya diatas pangkuan si wanita tersebut dan secara perlahan menutup kedua matanya dengan tubuh lelah berharap saat ia bangun nanti ia akan merasa baikan.

Kemudian si wanita itu dengan lembut memberikan beberapa kalian usapan di kepala Dewa sampai Dewa benar-benar tertidur pulas.

"Dewa?" seorang pria menyebutkan nama tersebut membuat si wanita itu langsung melihat kearah sumber suara dan orang itu adalah Thomas. "Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat...

"Sshhuueeett... Dia baru saja tidur. Tolong jangan menganggu ya. Dia sepertinya sedang lelah".

Thomas memandangi wajah Dewa yang tertidur pulas membuat ia merasa kasihan kepadanya karna Thomas tau kalau besok adalah hari peringatan kematian kedua orang tuanya.

.

Esok harinya Dewa membuka mata, ia melihat dirinya berada di dalam kamar entah siapa yang membawanya kesana.

Ceklek!

"Selamat pagi tuan, kami membawa pakaian bersih dan juga sarapan pagi" mereka menaruh diatas meja setelah itu mereka keluar melihat wanita itu masuk begitu saja ke dalam untuk memastikan kalau Dewa sudah benar-benar bangun atau belum.

"Bagaimana tidur mu malam ini?" ia bertanya melihat wajah Dewa tersenyum tipis.

"Seperti biasa" jawabnya mengambil handuk tersebut. "Dan juga terima kasih banyak" lalu masuk ke dalam kamar mandi dan membiarkan si wanita itu menunggunya disana.

"Dewa tunggu" tiba-tiba ia menahan pintu kamar mandi. "Apa kamu perlu membantu ku?".

"Tidak usah, kamu pergi saja".

"Kamu yakin?".

"Mmmm".

Si wanita itu terdiam, "Baiklah kalau begitu, jika kamu perlu sesuatu cepat beritahu aku".

"Mmmm".

Dewa menutup pintu dan si wanita itu pergi meninggalkan kamar Dewa merasa kalau hari ini bukanlah waktu yang tepat mengajak Dewa bersenang-senang mengingat apa yang semalam Thomas katakan.

Hingga beberapa menit kemudian, Dewa telah selesai membersihkan tubuhnya. Lalu memakai pakaian yang tadi para pelayan itu berikan kepadanya sembari menatap pantulan tubuhnya di balik cermin dengan wajah datar.

DDDDRRRTTT... DDDDRRRTTT...

"Mmmm.. Ada apa Thomas?".

"Kamu sudah bangun? Aku ada di depan".

"Kamu tau aku disini?".

"Ya".

"Baiklah, aku akan keluar sekarang juga".

Tanpa berniat sarapan, Dewa pergi keluar begitu saja dilihat oleh si wanita itu dari kejauhan.

"Kenapa kamu melihatnya seperti itu?".

"Tidak apa-apa, aku hanya merasa tersentuh saja saat melihat dia seperti ini".

"Ada apa? Kamu terlihat begitu sangat perduli sekali saat dia datang kemari".

Ia tersenyum, "Aku juga tidak tau, aku hanya mengikuti apa yang aku rasakan saja".

"Benarkah" si wanita yang berada disebelahnya itu tersenyum menggoda. "Aku rasa kamu tertarik kepadanya".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!