Bab 6

Begitu Dewa keluar, ia pun langsung melihat Thomas menunggunya di depan mobil dengan kaca mata hitam.

"Kamu sudah datang?" tanya Thomas melihatnya.

"Ya" Dewa masuk ke dalam mobil diikuti oleh Thomas di kursi kemudi karna mereka akan segera berangkat ke makam kedua orang tuanya yang berada dikawasan xx.

"Bagaimana dengan tidur mu? Semalam kamu terlihat begitu sangat lelah sekali".

Dewa tidak menjawab, dia hanya menarik nafas panjang membuka kaca mobil sembari menatap keluar. Hingga beberapa menit perjalanan Thomas berhenti disebut toko bunga dan membiarkan Dewa dalam diamnya yang hanya diam saja sedari tadi, namun Thomas terlihat biasa saja karna Dewa akan selalu bersikap seperti ini.

Begitu Thomas mendapatkan bunga tersebut, ia kembali masuk ke dalam mobil masih melihat Dewa dalam diamnya dan memilih menjalankan mobil itu saja dari pada bertanya yang akan membuatnya lelah.

Dan sekarang mereka tiba disana, Dewa turun duluan membawa bunga yang tadi Thomas belikan untuknya meninggalkan Thomas dibelakang. Kemudian ia tersenyum dalam tangisnya melihat makam kedua orang tuanya secara bersamaan.

"Aku datang membawa ini untuk kalian. Kalian baik-baik saja disana?" pertanyaan itu begitu sangat berat untuknya. "Tapi jangan tanya keadaan ku saat ini" Dewa tertawa menghapus air matanya. "Anak kecil yang dulu kalian tinggalkan kini sudah tumbuh semakin dewasa tetapi hidup menderita dan penuh dengan kehancuran".

Thomas menepuk bahu Dewa, "Hentikan, jangan buat mereka khawatir".

Dewa kembali tertawa sumbang, "Dan sekarang yang tau kehidupan ku seperti apa hanya Thomas".

Thomas lalu berkata kepada kedua orang tua Dewa, "Paman dan bibi tidak usah memikirkan apa yang baru saja Dewa katakan. Kalian tidak usah khawatir, aku akan selalu menjaganya sama seperti aku menjadi diriku ku sendiri. Jadi aku mohon paman dan bibi jangan bersedih dari atas sana".

Thomas kemudian melihatnya, "Jangan membuat mereka khawatir. Jika kamu berkata seperti itu, mereka akan selalu hidup dalam penyesalan meskipun mereka dan kita sudah berbeda alam lain".

Dewa mendengus, setelah itu ia pergi dari sana dengan dada sesak dan Thomas tidak bisa melakukan apa-apa, ia hanya bisa pasrah mengikuti dari belakang. Lalu Dewa mendudukkan diri dibawah pohon besar, ia menatap keatas langit berharap kalau semua segera berlalu.

"Aku tau apa yang sedang kamu rasakan, tapi kenapa aku melihat hari ini sangat berbeda sekali dari yang sebelumnya. Ada apa Dewa? Aku merasa ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dari ku".

"Aku tidak tau Thomas" jawabnya jujur. "Aku tidak tau kenapa tiba-tiba hari ini" ia menyentuh dada bidangnya. "Aku merasa...

Thomas mengernyitkan dahi, "Jangan bilang kamu masih mengingat Siska yang sudah pergi meninggalkan mu".

"Aku tidak tau" Dewa meneteskan air mata. "Aku sangat merindukan wanita itu, aku benar-benar sangat merindukan dia Thomas" Dewa semakin merasa sesak dan tidak perduli lagi ia pun langsung menangis sesenggukan di hadapan Thomas yang sudah sangat mengenalnya laki-laki seperti apa.

"Aku tau, aku tau sampai sekarang kamu belum bisa melupakan dia" dengan lembut Thomas memberikan tepukan di bahunya. "Tapi tolong jangan seperti ini, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain memberi mu semangat".

"Aaarrrkkkhh.." Dewa meremas rambutnya. Ia benar-benar tidak bisa melupakan Siska dalam hidupnya dan ia benar-benar dibuat hancur oleh wanita itu. Wanita yang dulu begitu sangat Dewa cintai, namun naasnya sewaktu ketika Siska ketahuan berselingkuh dengan pria rekan bisnis Dewa yang juga notabenenya sebagai sahabatnya hingga akhirnya Siska memutuskan Dewa karna ia saat itu tengah mengandung bayi dari pria itu.

.

"Kamu! Siapa nama mu?".

Nana melihat Dela dan langsung menjawab pertanyaannya.

"Bagaimana dengan berkas yang kemarin aku berikan. Apa kamu sudah menyelesaikannya?".

"Ya, ini saya baru selesai" Nana memberikan dihadapan Dela.

"Terima kasih" setelah itu Dela pergi dan Nana merasa sedikit penasaran dimana Dewa berada sekarang ini, kenapa keduanya tidak bersama. Namun Nana tidak berani menayangkan itu, ia takut Dela berpikir aneh-aneh tentang dirinya meskipun ia adalah sekretaris Dewa.

"Lalu dimana dia? Aku sudah mengirim pesan kepadanya dan melakukan beberapa panggilan tapi tidak satupun dibalas olehnya atau pun di angkat. Sedangkan semalam mereka pergi bersama, tapi kenapa mbak Dela hanya sendiri saja?".

Dengan rasa penasaran Nana kembali menghubungi ponsel Dewa, tetapi hasilnya masih sama, Dewa tetap tidak mengangkat ponselnya.

"Aku khawatir, aku khawatir kalau sesuatu terjadi kepadanya?".

Hingga jam makan siang selesai, Nana masih belum mendapatkan kabar dari Dewa. Dan ia tak henti-hentinya memperhatikan layar ponsel berharap ia mendapatkan kabar darinya. Sedangkan orang yang tengah Nana nantikan sedang berada di dalam rumah istananya dan Dewa saat ini sedang duduk termenung seorang diri diatas balkon kamarnya sembari mengingat momen saat ia bersama dengan Siska.

DDDDRRRTTT... DDDDRRRTTT....

Lagi-lagi ponsel Dewa berdering dan ia tetap membiarkannya begitu saja sampai ia mendengar ketukan pintu dari luar.

Tok... Tok...

"Tuan...

"Biarkan aku masuk".

Dewa mendengar suara wanita menerobos masuk ke dalam kamarnya. Dan wanita tersebut adalah Dela yang kini berdiri dihadapannya dengan senyum manis.

"Dewa, kenapa kamu tidak masuk ke kantor hari ini?".

Tidak ada jawaban, Dewa hanya tersenyum tipis memalingkan wajahnya bangkit berdiri menatap Dela.

"Kamu kemari karna mengkhawatirkan aku?".

"Mmmm, aku sangat mengkhawatirkan kamu Dewa makanya aku datang kemari untuk memastikan kalau kamu baik-baik saja. Kamu baik-baik saja?" dengan lembut Dela menyentuh pipi kanan Dewa.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah perduli, tapi tolong tinggalkan aku sendiri, hari ini aku sedang..." Dewa menggantung perkataannya melihat kekecewaan di wajah Dela. "Jangan menunjukkan wajah seperti ini, aku tidak suka melihatnya".

"Ck, habisnya kamu malah menyuruh ku pergi begitu saja setelah aku bersusah paya datang kemari".

"Jangan marah seperti itu, kecantikan kamu bisa berkurang".

"Aku tidak perduli, ini semua karna kamu juga".

"Maafkan aku".

"Hhhmmss.. Baiklah kalau begitu, aku akan pergi. Kamu tidak peduli lagi kepada ku".

Dengan penuh kekecewaan Dela segera pergi dari sana dan berharap Dewa akan menahannya. Tetapi Dewa sama sekali tidak melakukan hal itu, ia malah membiarkan Dela pergi begitu saja dan kembali dengan ketenangannya.

"Aarrkkhhh.. Dewa sangat menyebalkan sekali. Bagaimana bisa dia malah membiarkan aku pergi begitu saja tanpa merasa bersalah sedikitpun aarrkkhhh... Menyebalkan, Dewa benar-benar sangat menyebalkan sekali" ia melihat pelayan-pelayan dirumah Dewa melihat kepadanya dan berpikir kalau mereka pasti sedang membicarakan dirinya. "Yah, apa kalian sedang menertawakan ku?".

"Tidak" jawab mereka langsung pergi, dan itu membuat Dela semakin merasa kesal bercampur marah kepada Dewa dan juga pelayan dirumahnya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!