Dunia lain itu gelap gulita, dimensi-dimensi lain keluar masuk ketika perputaran siang ke malam.
Kejahatannya terus berlanjut sampai dia merasa puas menghancurkan orang yang dianggap musuh terbesarnya. Wajah yang telah lama pergi itu kembali berdiri di depannya, mereka berpapasan melihatnya seperti orang asing.
“Jasmin? Kamu kan udah mati! Apa hantunya nyata di depan ku?” gumam Rinal bergetar melihatnya.
“Permisi pak, saya mau lewat” ucapnya.
Raut wajah, suara dan gerakan yang sama, dia melotot lalu memanjangkan kaki supaya wanita itu terjatuh. Gerakannya di tangkis dengan menyiku tubuhnya, Rinal kehilangan keseimbangan menopang tubuh agar tidak jatuh. Dia menahan amarah melihat kedatang pak Edison.
“Siapa anak itu pak?” tanyanya, tatapan melengos di sela nafasnya yang memburu.
“Anak kecil siapa pak? Dia itu kakak Pembina pramuka. Lebih tepatnya guru pramuka baru di sekolah kita. Adiknya bu Jasmin”
“Apa? Gimana ceritanya si Jasmin bawa adiknya kesini?”
“Cckck, pak Rinal jangan ngelantur ngomongnya. Sudah, kita harus bersiap-siap mengarahkan anak murid agar mulai memasang tenda.”
Musuh yang telah lama lenyap kembali timbul di diri adiknya. Rinal mulai menyusun strategi baru melenyapkan adiknya Jasmin. “Aku mau main kilat aja. Biar riwayat adiknya sama seperti kakaknya! Ahahah!” gumam Rinal memperhatikannya.
Kegiatan hari perkemahan tiba, para murid mulai stand by menegakkan tenda dan memasang api unggun. Suasana senja memperlihatkan langit berwarna merah kejinggaan, Yumi ingat pesan ibunya agar tidak jauh dari teman-temannya dan berada di dalam tenda sampai melewati waktu magrib. Dia memilih mengambil air wudhu menegakkan sholat magrib di mushola. Kedua temannya menemani, mereka meminta ijin pada kakak Pembina berhubung dalam kelompok yang terpisah.
“Kalau mau melihat setan, kamu jungkir balik aja lihat kakinya gantung atau mijak tanah” ucap Fael sambil menghembuskan bakaran api.
“Jangan ngomongin setan, kelas kita udah jadi setan banyak yang meninggal” Obe menimpuk pundaknya.
Kejadian Eno dan Tora menghantui mereka kalau berada di kelas sendirian. Penampakan kedua sering membuat mereka ketakutan sekalipun letak ruangan kelas 8 B di pindah. Jadwal berjaga di setiap pos, Para bapak/ibu guru duduk di setiap titik depan gedung hingga wilayah belakang sekolah.
Bu Inem keluar dari Toilet berjalan kembali ke pos, dia perjalanan dia melihat seekor kepiting kecil. Warnanya yang unik membuat dia tertarik mengambilnya. Dia menunjukkan ke Hena, sontak raut wajahnya terkejut meminta dia mengembalikan dimana dia mendapatkannya.
“Ya, ya, karena ibu yang senior disini saya akan mengikuti saran ibu”
“Bu Inem, bias jadi itu makhluk jelmaan penghuni sini. Kita nggak boleh sembarang mengambilnya bu..”
Berselang beberapa detik menurunkan kepiting, Inem melihat sosok kepala sekolah memakai topi mirip penyihir menyorot mata merah. Inem berlari menuju pos, dia keringat dingin tidak sanggup menceritakan penampakan yang dia alami.
“Ibu kenapa?”
“Nggak apa-apa bu..”
Sebagian guru banyak yang memilih menghangatkan diri di dalam ruangan, terutama Rinal menyeduh kopi hangat di ruang guru sambil mengangkat kakinya. Dia bersama Berman dan Martin, duduk bersantai bermain hand phone. Mereka terkejut mendengar suara teriakan yang berasa dari ruangan kepala sekolah. Mereka bertiga tidak berani masuk ke ruangan kepsek yang terkenal angker.
“Weleh-weleh para pembesar batang hidungnya baru nongol. Bapak-bapak ini dari mana saja?” Tanya pak Ali memperhatikan raut wajah ketakutan mereka.
“Hem, kami ada urusan sebentar pak. Oh ya kami jaga di pos mana ya pak?”
“Ini daftarnya nama murid yang harus di komando. Jangan lupa selalu absen siswa setiap tiga jam sekali pak.”
Belum apa-apa Martin berlari meninggalkan pos satu, salah satu pohon bergoyang kuat tanpa ada angin yang menerpa. Wajahnya pucat menunjuk pohon area belakang kelas 8 B, dia meminta pindah pos karena tidak sanggup di ganggu makhluk halus.
“Pak Martin! Haduh gimana sih, saya kok di tinggal!” pak Sesem berhenti berlari menarik nafasnya.
Benyanyi mengitari api unggun, para murid bersorak riang gembira menikmati suasana kehangatan malam. Selesai acara api unggun, mereka melakukan doa bersama sebelum masuk ke dalam tenda. Amat mengeluarkan suara aneh, Galang terbangun memperhatikan sikapnya yang aneh. Dia berdiri membuka tenda, berjalan keluar di ikuti Galang dan Kokom. Dia berhenti di depan ruangan IPA, pintu terbuka tutup di depannya seperti ada tangan yang menarik masuk.
“Yuk kita laporin ke pak Sesem” ucap Kokom mulai tidak tenang merasakan sekujur bulu kuduknya merinding.
“Kita lihat dulu itu si Amat ngapain di dalam”
“Jangan gila kamu Galang, kamu nggak lihat tadi si Amat di tarik tangan hantu?”
Perdebatan mereka berhenti karena terkejut melihat Amat ada di hadapan. Dia menarik mereka masuk ke dalam ruangan IPA. Amat menutup mulut mereka menunjukkan sebuah buku yang tertulis mantra pemanggil setan.
“Kamu jangan aneh-aneh ya Mat. Mainan serem gini singkirkan aja deh” ucap Kokom.
“Kalian nggak ada niat menyelamatkan aku? Sebentar lagi aku akan mati kalau kalian nggak bantuin aku lepas dar kutukan buku ini”
“Jangan ngelantur Mat! Kamu buat aku takut!” Galang memperhatikan kepala tengkorak kecil pada sampul buku.
“Karena buku ini, Eno dan Tora meninggal. Hanya Petrok yang lolos dari maut karena dia nggak mau pegang pulpen kepala tengkorak.”
Brakk__
Pintu terbuka lebar, Yumi, Petrok dan teman-teman lainnya melihat Kokom dan Gilang berada di dalam ruangan IPA. Mereka hampir menyentuh ujung pena yang rahangnya terbuka lebar menunggu mereka memasukkan jarinya. Petrok mendorong buku ke sudut, tiba-tiba tanah bergetar mengakibatkan gempa. Hanya mereka yang berada disana merasakan getaran sampai tanah retak menjatuhkan mereka ke dalam.
“Arggh!”
Teriakan keras suara mereka terdengar para guru yang berjaga di pos satu. Berman melakukan pemeriksaan absen murid. Mendata banyak murid yang tidak ada di tendanya, dia mulai melakukan pencarian meminta bapa/ibu guru dan murid mencari di seluruh wilayah sekolah.
“Pak! Mereka menghilang di ruangan IPA!” teriak Dira histeris kemudian jatuh pingsan.
Dira ikut menyusul jatuh di lorong dimensi lain dalam bentuk sukma yang keluar dari tubuhnya. Badan kasarnya koma tidak sadarkan diri di ruang ICU.
Terjun ke dalam dimensi lain, mereka melihat bangunan sekolah tua yang tidak lagi beroperasional. Amat, Galang, Kokom, Yumi, Petrok, Fael, Obe dan Deya. Mereka terjebak di masa lalu akibat gempa hebat dari buku setan.
“Ini bukan sekolah kita tapi tanahnya berdiri tepat di sekolah yang ada di masa depan. Kalian lihat pohon beringin tua yang masih kokoh walah hanya memperlihatkan akarnya yang menggantung” ucap Yumi menunjuk ke pohon bagian halaman sekolah.
Dari atap langit-langit gedung, mereka melihat pemandangan kota yang berbeda. Listrik yang padam, keanehan lain muncul melihat banyak makhluk-makhluk aneh mulai masuk ke dalam gedung.
“Cepat kita cari tempat yang aman!” ajak Petrok.
Mereka masuk ke dalam ruangan seni, di bagian pembatas jendela dekat pintu Nampak para makhluk mencakar-cakar seolah akan mendobrak. Petrok mendorong meja di bantu Kokom agar menahan pintu yang mulai terbuka.
“Matikan lampunya! Dengan begitu mereka tidak terlalu ganas mau menerobos masuk!” ucap Yumi.
Setelah listrik padam, Dira tidak bisa melihat dirinya sendiri. Begitu juga semua teman-temannya, mereka mengira Dira menghilang atau di ambil makhluk halus. Melihat para makhluk jadi-jadian telah pergi, Yumi mencari lilin yang ada di laci. Dia menyalakan sebatang lilin di dekat meja bagian belakang agar cahayanya tidak terlihat dari luar.
Krek_krek_krek
Suara yang mirip patahan tulang tengkorak alat peraga IPA. Sosok tengkorak asli keluar dari dindin menarik tubuh Amat. Dia berteriak ketakutan, teman-temannya menarik kakinya. Tubuh amat terpotong pada bagian pinggang yang terpisah. Semua orang menjerit histeris, darahnya mengenai baju dan wajah mereka.
“Arghh! Argh!”
“Amat!”
Kokom terduduk lemas mengingat perkataan Amat yang meminta tolong padanya. Dia mengatakan kata kematian yang mengikutinya, mengingat hal itu membuatnya kehilangan kendali membenturkan kepalanya di lantai.
“Aku ini teman yang tidak berguna!”
“Hentikan Kom!” teman-temannya menahan tubuhnya.
......................
Berbagai wujud makhluk di bangkitkan dari buku tengkorak, bu Pentol terbangun dalam kehidupannya yang lain. Kekuatan setan merajai di dalam suasana langit yang menghitam. Yumi meminta Petrok menggeser meja, dia mau mencari buku kepala tengkorak di ruangan IPA.
“Ini terlalu berbahaya, aku harus ikut berjaga” ucap Petrok meraih pemukul gending yang terbuat dari besi.
“Aku juga ikut, aku mau mengambil bahan kimia untuk meramu bom buatan memusnahkan makhluk itu”
“Kau yakin ingat rumusnya Obe?” Tanya Kokom mengerutkan dahi.
“Ya sedikit, paling kalau meledak yang kena bakar rambut ku! Hihhh!”
Mereka menggunakan senter kecil menyorot setiap sudut ruangan. Para makhluk yang mulai merasakan kehadiran mereka berjalan merangkak mendekati. Yumi meminta mereka menahan nafas, bersembunyi di bawah tangga menahan nafas.
Galang yang tidak kuat menahan mengeluarkan nafas di sela suaranya yang terdengar sesak. Dia terbanting, tubuhnya terangkat ke atas. Beberapa makhluk menangkap mencabik-cabik tubuhnya. Tidak ada yang tersisa sekalipun tulang tengkoraknya. Petrok menarik Yumi, Kokom dan Obe berlari menyebrang gedung.
Mengingat-ingat letak ruang IPA yang ternyata berbeda di masa lalu. Mereka kesulitan mencari ruangan, hingga terpaksa bersembunyi mendengar suara benda yang di seret kuat menaiki tangga. Mengintip sosok makhluk mirip ibu kepala sekolah. Mereka bersembunyi ke dalam lemari, saat langkahnya memasuki ruangan kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
pgri
bayangan si setan
2023-07-15
0
Violet✨🟣
anak anak ini ada aneh anehnya
2023-07-13
0
meme
kalau pentol udah datang ak mau salto guling guling lempari dia es batu
2023-07-12
0