Maharesi Dhanudara

Mendengar pertanyaan itu, Maharesi Dhanudara tersenyum simpul saja tanpa berbicara sepatah kata pun. Dia justru melangkah mendekati rombongan Perguruan Bukit Katong.

"Om Swastyastu..

Jika aku tidak salah, kalian semua adalah murid Perguruan Bukit Katong. Ada perlu apa kemari?", tanya Maharesi Dhanudara dengan santun.

"Mohon maaf jika kedatangan kami kemari mengganggu Pertapaan Gunung Ungaran..

Saya Sadewa, murid Perguruan Bukit Katong. Kami terpaksa harus merepotkan Pertapaan Gunung Ungaran agar meluangkan tempat bagi kami untuk beristirahat. Baru saja kami bertarung melawan perampok dan beberapa orang dari kami terluka. Jika diperkenankan, kami ingin beristirahat di Pertapaan Gunung Ungaran untuk memulihkan kembali kondisi tubuh kami", ucap Sadewa dengan sikap sopan nya.

"Sungguh suatu kehormatan bagi kami jika bisa membantu sesama manusia yang membutuhkan. Apalagi kalian semua adalah murid dari kawan baik ku, tentu aku tidak keberatan.

Janadi, Chitraksa..

Antarkan mereka semua ke balai tamu. Jangan lupa untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka", Maharesi Dhanudara menoleh ke arah dua murid terbaiknya itu.

"Baik Brahmana yang Agung", ujar Janadi dan Chitraksa bersamaan. Lalu keduanya segera mempersilahkan kepada seluruh rombongan itu untuk mengikutinya.

Saat Jaka Umbaran melewati tempat Maharesi Dhanudara, tiba-tiba saja kesadaran batin brahmana tua itu langsung tergugah. Dia segera memperhatikan Jaka Umbaran dengan seksama. Saat melihat sebuah tanda lahir berbentuk cakra di punggung kanan pemuda tampan itu, dia langsung terperangah melihat nya. Namun dia langsung menguasai perasaan nya dan sedikit membungkukkan badannya pada sang Pendekar Gunung Lawu.

"Om Namo Bhagavate Vasudevaya..

Om Namo Bhagavate Vasudevaya...", ucap Maharesi Dhanudara lirih sambil tersenyum penuh arti.

Janadi dan Chitraksa mengantar rombongan Perguruan Bukit Katong ke sebuah rumah yang sedikit terpisah dari bangunan lainnya di Pertapaan Gunung Ungaran. Bangunan ini dibangun pada sebidang tanah dengan ukuran lebar sekitar 10 hasta dan panjang hampir 20 hasta. Beratapkan daun alang-alang kering berundak tiga, bangunan kayu dengan umpak batu andesit ini terlihat kokoh berdiri. Ada sebuah pintu rumah yang berukir kepala makara dengan hiasan dua ekor naga saling berhadapan hingga rumah ini nampak megah meskipun berada di kaki Gunung Ungaran.

Ada lima kamar tidur di dalam nya. Sadewa, Locana dan Jaka Umbaran memperoleh satu bilik kamar untuk beristirahat, sedangkan Niluh Wuni dan Sekar Kantil berbagai kamar yang terletak paling ujung. Para murid Perguruan Bukit Katong lainnya, menggelar tikar daun pandan di ruang tamu yang cukup luas untuk tempat peristirahatan mereka semuanya.

"Silahkan beristirahat, saudara ku semua nya. Untuk makan malam, akan diantar kemari. Jika ada sesuatu yang diperlukan, kalian bisa mencari ku atau pada Adhi Chitraksa.

Kami permisi", ucap Janadi sembari sedikit membungkukkan badannya bersama dengan Chitraksa sebelum keduanya meninggalkan tempat itu. Setelah keduanya pergi, semua orang segera pergi untuk beristirahat. Merebahkan tubuh mereka yang penat setelah perjalanan dan pertarungan yang melelahkan.

*****

Pada masa itu, Kerajaan Panjalu sedang dalam masa pembangunan. Dibawah pemerintahan Prabu Bameswara, kerajaan Panjalu tumbuh menjadi sebuah kerajaan yang menjadi penghasil barang dagangan yang laku keras di Nusantara, seperti beras dan palawija. Ini berkat pengaturan pembangunan yang digalakkan di berbagai daerah seperti Kadipaten Anjuk Ladang, Kadipaten Kembang Kuning, Kadipaten Kalingga dan Kadipaten Paguhan.

Meskipun sempat tersapu bencana alam berupa Gunung Kelud yang meletus dan memporak-porandakan beberapa wilayah seperti Kadipaten Selopenangkep ( gabungan wilayah antara Kadipaten Seloageng dan Tanah Perdikan Lodaya), Kabupaten Gelang-gelang, Kayuwarajan Kadiri, sebagian Kadipaten Karang Anom dan sebagian kecil wilayah Kadipaten Singhapura, namun perlahan tapi pasti geliat pembangunan dan perekonomian di wilayah terdampak kembali pulih.

Banyak sekali di bangun saluran air baru untuk kepentingan pertanian, juga beberapa waduk yang berfungsi sebagai persediaan air di musim kemarau. Perlahan daerah yang terdampak kembali menikmati kemakmuran lewat pertanian yang di galakkan oleh pemerintah pusat di Kotaraja Daha.

Pada masa pemerintahan Prabu Bameswara, seni rupa dan tulisan mulai berkembang pesat di Kerajaan Panjalu. Munculnya beberapa pujangga dan penyair di beberapa wilayah terutama di sekitar Kayuwarajan Kadiri membuat peradaban mereka setapak demi setapak maju ke babak selanjutnya.

Hari itu, Penguasa Kerajaan Panjalu sedang menerima pisowanan agung tahunan dari para penguasa daerah di wilayah Panjalu sebagai bentuk kepatuhan dan kesetiaan mereka pada Maharaja Panjalu.

Diantara mereka yang hadir, ada Bupati Gelang-gelang Panji Manggala Seta bersama dengan Patih Dyah Sumantri, Adipati Anjuk Ladang Sasrabahu ( dia dinilai tidak bersalah setelah pemberontakan Mpu Sena ), Adipati Ranggageni ( pengganti Adipati Windupati yang ikut memberontak ), Adipati Muria Balawisesa ( putra Adipati Balapati ), Adipati Bojonegoro Panji Brajanata ( putra Mapanji Jayawarsa yang mendapat pengampunan dari Prabu Bameswara ), Adipati Matahun Cayaraja ( keponakan selir sepuh Ratna Pitaloka ), Adipati Tanggulangin Krisnamurthi, Adipati Lewa Wangsakerta, Adipati Wengker Warok Surojaya ( putra Adipati Suropati yang telah meninggal dunia ), Adipati Matahun Natanegara, Adipati Lasem Ardhaprabu yang sedang sakit di wakili oleh Patih Aradea adik kandung nya, Adipati Kembang Kuning Dewanata ( putra Adipati Dewangkara yang sudah tutup usia ), Adipati Kalingga Aghnisuta ( putra Adipati Aghnibhaya yang juga adik ipar Prabu Bameswara dari Permaisuri Ayu Ratna ), Adipati Bhumi Sambara Dadung Amuksa, Adipati Rajapura Mpu Gopala dan Adipati Paguhan Lokawijaya ( putra Adipati Lokananta yang telah meninggal dunia ).

Sedangkan untuk wilayah Kadipaten Selopenangkep yang seharusnya menjadi hak Pangeran Mapanji Jayabhaya, masih diperintah langsung oleh Prabu Bameswara lewat Patih Naratama. Walaupun akhirnya Rara Kinanti telah melahirkan seorang putra bernama Mapanji Lodaya, namun pangeran kecil ini belum cukup umur untuk menjalankan tugas sebagai pimpinan daerah.

Ratu Dyah Kirana, bersama permaisuri Ayu Ratna, Song Zhao Meng dan Rara Kinanti duduk di kursi yang sedikit lebih rendah di bawah singgasana. Tiga selir raja yakni Gayatri, Luh Jingga dan Endang Patibrata berada di bawah mereka. Sedangkan putri putri raja duduk bersimpuh rapi di bawah para selir raja.

Di sebelah kanan kiri Prabu Bameswara ada Mapatih Mpu Ludaka yang menggantikan posisi Mapatih Warigalit yang sudah lengser keprabon dan memilih untuk hidup sebagai pertapa di Gunung Wilis sebagai persiapan untuk menghadapi alam keabadian. Mpu Gumbreg yang setia menemani perjalanan sang raja diangkat menjadi Wredamantri atau dewan penasehat raja. Para pengikut setia Prabu Bameswara seperti Tumenggung Landung, Tumenggung Rajegwesi dan Rakryan Purusoma juga mendapatkan kepangkatan setara dengan Gumbreg.

Untuk ketiga jabatan Mahamantri atau wakil raja, kesemuanya di kosongkan demi tegaknya peraturan yang berlaku. Ini karena dalam Kitab Undang-undang Kutara Manawa, Mahamantri lah yang berhak menjadi raja jika sang raja meninggal dunia.

Kepemimpinan prajurit Panjalu kini di pegang oleh Senopati Agung Narasuta, putra bekas senopati lama Narapraja yang telah meninggal dunia. Untuk tingkat yang lebih rendah, ada dua senopati lain yang juga memimpin separuh angkatan perang Panjalu yaitu Senopati Lesmana putra Jarasanda dan Senopati Sembada.

Para tumenggung dan pejabat yang lebih rendah seperti Demung dan Juru turut hadir pula dalam pisowanan agung ini. Mereka duduk bersila dengan rapi di belakang para Senopati.

Satu persatu para penguasa daerah melaporkan hasil kerja mereka masing-masing selama satu tahun kepada sang Maharaja Panjalu. Mereka juga menunjukkan hasil bumi yang mereka persembahkan sebagai upeti kepada raja yang menjadi tanda kesetiaan mereka pada Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Parakrama Digjaya Uttunggadewa.

Setelah Adipati Paguhan Lokawijaya sebagai yang paling akhir menyampaikan laporan nya, Prabu Bameswara terdiam sejenak tanpa bicara sepatah kata pun.

"Dari semua laporan yang disampaikan oleh kalian semua, aku menyimpulkan beberapa hal. Yang pertama, ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa di beberapa daerah yaitu Wengker, Karang Anom, dan Anjuk Ladang terjadi beberapa masalah perampokan. Oleh karena itu, aku minta para pimpinan daerah yang terdampak harus segera mengatasi masalah ini agar tidak menimbulkan kesan bahwa pemerintah pusat membiarkan hal seperti itu terjadi.

Yang kedua, laporan dari beberapa daerah di perbatasan baik di timur dan barat menunjukkan adanya hal aneh yang sepertinya mengancam ketentraman masyarakat Panjalu. Aku minta agar Adipati Paguhan, Kalingga dan Rajapura mempersiapkan pasukan khusus gerak cepat yang sewaktu-waktu bisa di gunakan jika terjadi sesuatu. Sedangkan untuk wilayah timur, seperti Matahun, Singhapura, Selopenangkep dan Bojonegoro juga diminta untuk melakukan hal yang sama agar tidak kedodoran saat Jenggala kembali membuat ulah", titah Prabu Bameswara.

"Sendiko dawuh Gusti Prabu", ucap semua orang yang ada di tempat itu bersamaan.

Setelah mendengar jawaban semua orang yang hadir, Prabu Bameswara segera kembali duduk di atas singgasana nya. Patih Ludaka segera bangkit dari tempat duduknya. Dia menyembah tiga kali pada Prabu Bameswara sebelum berbalik badan dan berbicara.

"Dengan ini, pisowanan agung tahunan telah selesai. Silahkan kepada semua Adipati dan pimpinan daerah untuk beristirahat di tempat yang sudah di siapkan. Sebelum kembali ke tempat masing-masing, saya berpesan agar kalian semua selalu berhati-hati di jalan. Semoga Hyang Agung selalu melindungi kita semua", ucap Patih Mpu Ludaka segera.

Satu persatu pimpinan daerah mulai mundur dari Pendopo Agung Istana Kotaraja Daha. Semenjak memerintah, pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu beralih ke istana lama. Sedangkan Istana Katang-katang hanya digunakan sebagai tempat tinggal para istri Prabu Jayengrana yang masih hidup.

Kala sang Prabu Jayengrana meninggal dunia, Dewi Anggarawati, Dewi Naganingrum dan Ayu Galuh ikut bakar diri sebagai bagian dari ritual Sati bagi para janda yang ditinggal mati oleh suami mereka. Hanya Ratna Pitaloka dan Dewi Srimpi saja yang masih hidup, sedangkan Sekar Mayang dan Cempluk Rara Sunti sudah meninggal dunia tak lama setelah Prabu Jayengrana tutup usia.

Setelah mundur nya para penguasa daerah meninggalkan Pendopo Agung Istana Kotaraja Daha, berikutnya para nayaka praja Istana Kotaraja Daha yang mundur meninggalkan tempat itu. Menyisakan Prabu Bameswara dan para istri serta anak-anak nya yang masih setia menemani sang penguasa Kerajaan Panjalu. Juga Mapatih Mpu Ludaka dan Mahamantri Mpu Gumbreg yang tidak beranjak pergi dari tempat itu meskipun para punggawa lainnya telah undur diri.

Melihat Prabu Bameswara sedikit termenung, Mapatih Mpu Ludaka segera angkat bicara.

"Ada apa Gusti Prabu? Hamba perhatikan dari tadi, Gusti Prabu Bameswara banyak termenung seolah sedang memikirkan sesuatu", ucap Mpu Ludaka sambil menghormat pada sang Maharaja Panjalu.

"Benar sekali omongan Mpu Ludaka, Gusti Prabu..

Apa yang sedang membebani pikiran Gusti Prabu Bameswara? Ceritakan pada kami, siapa tahu kami bisa membantu memecahkan masalah yang sedang di hadapi oleh Gusti Prabu", timpal Mpu Gumbreg segera.

"Tidak ada apa-apa Paman Ludaka, Paman Gumbreg..

Hanya saja jika putra ku Mapanji Jayabhaya ada disini, tentu dia akan membantu ku mengurusi masalah kecil seperti ini. Sayangnya dia...", Prabu Bameswara tak jadi meneruskan omongan nya karena isak tangis Dyah Kirana telah terdengar.

Prabu Bameswara pun segera mendekati sang ratu dan langsung memeluk tubuh perempuan cantik yang masih duduk di kursi nya itu.

"Maafkan aku Dinda Ratu..

Aku tidak bermaksud untuk mengorek luka lama tentang putra kita", ujar Prabu Bameswara sambil mengelus kepala sang istri.

"Tapi aku yakin, Jayabhaya masih hidup Kangmas Prabu. Aku masih bisa merasakan hawa keberadaan nya meskipun hanya samar-samar", jawab Dyah Kirana di sela-sela isak tangis nya.

"Aku percaya padamu, Dinda Kirana", Prabu Bameswara kembali mengelus kepala sang istri untuk meredakan emosi nya yang selalu tersulut saat membicarakan tentang Mapanji Jayabhaya.

Mpu Gumbreg dan Mpu Ludaka hanya bisa menghela nafas berat melihat muram nya Istana Kotaraja Daha semenjak hilangnya Mapanji Jayabhaya 18 tahun yang lalu.

*****

Hattcchhhhiiiiiiiuuu...

Haaaatttttchhhhhhiiiiihhhhh...

"Umbaran, kau sedang demam?", Niluh Wuni yang ada di dekat pendekar muda ini langsung menoleh saat mendengar Jaka Umbaran bersin berulang kali.

"Ah tidak..

Aku hanya bersin biasa. Memangnya apa hubungannya dengan demam?", Jaka Umbaran membersihkan air bening yang keluar dari hidungnya.

"Biasanya kalau orang demam itu diawali dengan bersin-bersin secara berulang kali begitu", jawab Niluh Wuni segera.

"Sok tahu kau ...

Ini hanya karena lobang hidung ku kemasukan debu. Jika memang bersin berulang kali begitu, kata guru, ada orang yang sedang membicarakan kita", jawab Jaka Umbaran sembari mendudukkan pantatnya di kursi kayu yang ada di serambi balai tamu Pertapaan Gunung Ungaran.

"Kau masih percaya dengan hal yang tidak masuk akal seperti itu?", tanya Niluh Wuni dengan sedikit heran.

"Bukan masalah percaya atau tidak, tapi yang jelas aku bersin bukan karena sakit", jawab Jaka Umbaran sambil tersenyum.

Dari arah depan, Maharesi Dhanudara melangkah mendekati Jaka Umbaran dan Niluh Wuni. Keduanya langsung berdiri dari tempat duduknya begitu melihat kedatangan pimpinan Pertapaan Gunung Ungaran itu.

"Selamat malam semua, semoga Sanghyang Tunggal Penguasa Jagat Raya selalu memberkati kita semua.

Apakah kedatangan ku ini mengganggu pembicaraan kalian, wahai pendekar muda sekalian?", Maharesi Dhanudara tersenyum simpul.

"Sama sekali tidak, Maharesi..

Kami hanya berbincang bincang santai saja dari tadi. Ada hal apa hingga Maharesi Dhanudara menemui kami?", tanya Jaka Umbaran segera.

Mendengar pertanyaan itu, Maharesi Dhanudara tersenyum penuh arti dan berkata,

"Maaf jika aku datang di saat yang tidak tepat, Pendekar Gunung Lawu.

Tapi aku ingin sekali berbincang berdua dengan mu".

Terpopuler

Comments

rajes salam lubis

rajes salam lubis

tetap semangat

2024-01-20

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

author luar biasa

2024-01-20

1

Must Mbong

Must Mbong

lama di breakcbkaya copy masih panad

2023-11-27

2

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!