Tamu Agung

Hmmmmm...

"Aku pernah mendengar dari cerita guru bahwa kakak seperguruan nya menguasai ilmu kanuragan tingkat tinggi yang di sebut dengan nama Ajian Bandung Bondowoso. Konon katanya, pemilik ajian itu akan memiliki tenaga yang luar biasa, bahkan sanggup memindahkan bukit dengan sekali hantam. Selain itu, Ajian Bandung Bondowoso membuat pengguna nya memiliki kekebalan tubuh terhadap segala serangan senjata maupun tenaga dalam.

Guru pernah bercerita jika kakak seperguruan nya memperoleh julukan sebagai Dewa Pertapa Tanpa Tanding itu karena memiliki ilmu kanuragan ini. Aku menduga bahwa kakak seperguruan mewarisi ilmu kesaktian itu. Kalau benar demikian, jangankan kita bertiga, para dedengkot dunia persilatan pun akan kerepotan jika sampai bermasalah dengan kakak seperguruan", ujar Sadewa sambil menghela nafas panjang.

"K-kalau begitu dia hanya mengeluarkan sedikit kemampuannya saat menghajar ku kemarin Kakang Sadewa?", Locana langsung sadar seketika mendengar penjelasan Sadewa.

"Tentu saja, Locana..

Kalau dia sungguh-sungguh melawan mu, pasti hari ini sudah menjadi hari ketiga kematian mu. Makanya jangan sok-sokan menantang kakak seperguruan lagi", balas Sadewa yang membuat Locana langsung mengangguk cepat.

Di sisi lain, Pragola sempoyongan berdiri sambil memegangi dadanya. Darah segar terus mengalir keluar dari sudut bibirnya. Lelaki bertubuh gempal dengan wajah codet di sebelah kiri ini menatap tajam ke arah Jaka Umbaran.

"Bocah keparat!!

Uhukkk uhukkk uhukkk, jangan pernah merasa menang lebih dulu. Aku masih sanggup untuk mengalahkan mu", ucap Pragola sembari kembali menyilangkan kedua tangannya ke depan dada.

"Dasar murid durhaka..

Kau sudah mencemarkan nama baik Paman Guru dengan ulah bejat mu yang menebar angkara murka dimana-mana. Aku mewakili Paman Guru untuk menghukum mu", ucap Jaka Umbaran.

"Kau jangan sombong dulu bocah keparat!!", ucap Pragola sembari melesat cepat kearah Jaka Umbaran dengan tangan kanan yang di lambari cahaya merah darah. Terlihat Pragola ingin mengerahkan seluruh tenaga dalam nya yang tersisa untuk serangan ini.

Jaka Umbaran menghirup udara dalam-dalam sambil memejamkan matanya sebentar. Saat matanya terbuka, manik mata nya berubah warna menjadi kuning keemasan. Setelah itu ia diam tak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri.

"Matilah kau bangsaaaaaaaaattttt..

Hiiyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaat...!!!"

Blllaaammmmmmmm!!!!

Ledakan keras kembali terdengar saat tangan kanan Pragola menghantam dada Jaka Umbaran. Cahaya kuning keemasan tipis yang menyelubungi seluruh tubuh nya mampu melindungi sang pendekar muda dari bahaya Ajian Tapak Dewa Darah. Mata Pragola melotot lebar saat melihat serangannya tak mampu melukai kulit pemuda tampan itu. Apalagi saat melihat Jaka Umbaran tersenyum lebar.

"Kau benar benar bodoh! Kau tidak pernah belajar dari kesalahan mu sebelumnya. Serangan yang sama tidak akan bisa menjatuhkan ku..

Sekarang waktunya giliran ku..!!", tangan kanan Jaka Umbaran yang di lambari cahaya putih kebiruan langsung menghantam dada kiri Pragola.

Blllaaammmmmmmm..

AAAARRRGGGGGGHHHHH!!!

Pragola menjerit keras sebelum roboh ke tanah. Dada kiri nya bolong sebesar kepalan tangan hingga tembus punggung. Daya kesaktian Ajian Guntur Saketi yang mengandung kekuatan petir menghancurkan jantung dan daging tubuh Pragola. Dia tewas bersimbah darah dengan separuh tubuhnya gosong seperti disambar petir.

Dengan tewas nya Pragola, hari itu juga Kelompok Setan Gunung Ungaran yang telah menebar ketakutan di wilayah selatan Kadipaten Kembang Kuning, lenyap dari muka bumi. Kelompok perampok yang sangat di takuti oleh para prajurit Kadipaten Kembang Kuning ini akhirnya hanya menjadi cerita untuk menakuti anak kecil sebelum tidur.

Sadewa, Locana dan Surtikanti langsung mendekati Jaka Umbaran begitu sang pendekar muda mengakhiri perlawanan pimpinan perampok yang juga merupakan bekas saudara seperguruan mereka. Begitu juga dengan Niluh Wuni dan Sekar Kantil. Dua orang gadis muda itu segera melangkah menuju ke arah Jaka Umbaran.

"Wah ternyata Kakang Jaka Umbaran ini benar-benar hebat. Pantas menyandang nama besar sebagai Pendekar Gunung Lawu", ujar Sekar Kantil yang membuat Sadewa, Locana dan Surtikanti langsung terperangah kaget.

"Pendekar Gunung Lawu?

Itu gelar Kakak Seperguruan?", tanya Surtikanti segera.

"Benar sekali, Nisanak...

Para penduduk Wanua Mantingan telah memberinya gelar seperti itu sebagai bentuk penghargaan mereka pada Kakang Umbaran setelah menghancurkan Rampok Topeng Tengkorak yang membuat resah kehidupan mereka", sahut Niluh Wuni segera.

"Sudahlah, jangan terlalu berlebihan Kantil.. Itu hanya sebatas sebutan saja, tidak ada yang perlu dibanggakan.

Yang penting sekarang, kita periksa markas ini dulu. Barangkali masih ada beberapa sandera yang masih hidup dan perlu pertolongan. Ayo kita lihat ", ucap Jaka Umbaran sembari melangkah ke arah rumah besar bekas tempat tinggal Pragola. Semua orang segera mengikuti langkah sang pendekar muda.

Di belakang rumah besar, terdapat sebuah bangunan cukup besar yang di tutup rapat. Sepertinya bangunan ini sengaja di kunci dengan kuat untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam nya.

"Di kunci dari dalam, kakak seperguruan", ujar Locana setelah mencoba untuk mendorong pintu itu dari luar tapi tidak terbuka.

"Paksa saja..

Pasti ada sesuatu yang di sembunyikan di dalam ruangan ini", balas Jaka Umbaran segera.

Locana langsung mengangguk mengerti. Dia mengambil ancang-ancang lalu berlari cepat sambil menabrakkan tubuhnya yang gempal ke pintu kayu itu sekuat tenaga.

Brruuaaaakkkkkkkh!!!

Pintu ruangan itu langsung terbuka lebar. Dua orang berbadan tinggi besar yang ada di dalam ruangan itu langsung menerjang ke arah mereka sambil mengayunkan gada besarnya.

Whhhuuuggghhhh!!

Jaka Umbaran segera merentangkan kedua tangannya ke arah mereka. Dua ujung jari telunjuk nya memancarkan cahaya putih kebiruan yang dengan cepat langsung menerabas ke arah kepala dua orang bertubuh tinggi besar penjaga ruangan ini.

Cllaaaaaassshhhhh cllaaaaaassshhhhh!!

Brrruuuuuuuuuukkkhh!!!

Keduanya langsung tersungkur ke tanah dengan dahi bolong tembus tengkuk. Keduanya tewas seketika. Ini adalah tahap pertama dari Ajian Guntur Saketi yang di namakan Jari Saketi yang mampu melepaskan tembakan tenaga dalam tingkat tinggi dalam bentuk kecil layaknya senjata rahasia.

Lagi lagi Sadewa, Locana dan Surtikanti dibuat terperangah melihat tindakan cepat Jaka Umbaran. Andai saja Jaka Umbaran tidak bertindak cepat, pasti mereka akan menjadi korban sergapan cepat dua penjaga ruangan berbadan besar itu.

Mereka lalu melangkah masuk ke dalam ruangan besar yang ternyata berfungsi sebagai tahanan ini. Di balik pembatas ruangan itu beberapa perempuan desa nampak meringkuk dalam keadaan yang sangat memperihatinkan. Baju mereka semua robek dan koyak, menyisakan kemben dan jarit yang compang-camping saja. Saat mereka melihat kedatangan Jaka Umbaran dan kawan-kawan, semuanya langsung bergegas menuju ke besi tahanan yang mengurung mereka.

"Tolong bebaskan kami..

Tolong lepaskan aku dari tempat terkutuk ini", begitu kata kata yang keluar dari mulut mereka.

"Kalian tenang saja. Silahkan mundur ke belakang. Aku akan membebaskan kalian", ucap Jaka Umbaran segera. Para perempuan desa ini segera mematuhi perintah Jaka Umbaran dan menjauh dari pintu tahanan yang terbuat dari jeruji besi itu. Sebuah rantai besi nampak mengunci pintu itu. Jaka Umbaran memejamkan matanya sebentar lalu segera meraih rantai besi itu. Setelah menggenggamnya, dia langsung menarik rantai besi itu sekuat tenaga.

Brrraaaakkkkkkkkk!!!

Rantai besi itu seketika putus dengan satu kali sentakan keras dari Jaka Umbaran. Para perempuan desa yang semula ragu dengan kekuatan yang dimiliki oleh lelaki muda itu, mereka langsung bersorak gembira ketika melihat pintu penjara itu terbuka lebar. Satu persatu mulai keluar dengan berlinang air mata. Mereka semua menangis bahagia.

"Terimakasih banyak pendekar terimakasih..

Kalau tidak ada pertolongan dari kalian, kami pasti masih harus menjalani kehidupan bak di neraka. Dewata akan selalu melindungi mu", ucap salah seorang perempuan desa itu sembari membungkuk hormat kepada Jaka Umbaran.

"Yang terpenting, kalian semua sudah bebas sekarang. Adik seperguruan, tolong kau bimbing mereka supaya mereka lebih tenang keluar dari sini", Surtikanti pun mengangguk mengerti dan segera mengajak para perempuan desa itu keluar dari dalam ruangan tahanan itu. Niluh Wuni dan Sekar Kantil pun ikut membantu Surtikanti.

Setelah semuanya sampai di luar ruangan itu, Permadi dan kawan-kawan mendekati mereka.

"Paman Guru..

Kami baru saja menyisir seluruh markas ini. Sudah tidak ada anggota perampok yang tersisa. Tapi kami menemukan banyak barang berharga dan ratusan kepeng perak dan emas.

Mohon petunjuk bagaimana menanganinya..", Permadi menghormat setelah berbicara.

Jaka Umbaran segera menoleh ke arah Sadewa yang berdiri di samping kanan nya.

"Adik seperguruan Sadewa, sebaiknya kau yang mengatur benda-benda itu. Bagikan sedikit kepada para perempuan ini sebagai pegangan untuk masa depan mereka.

Yang lain, nanti kita mampir ke Wanua Randugunting agar di gunakan untuk membangun kembali kampung mereka. Selebihnya, terserah bagaimana kau mengaturnya", ujar Jaka Umbaran segera.

"Aku mengerti Kakak Seperguruan ", balas Sadewa sambil tersenyum simpul. Perintah dari Jaka Umbaran ini sangat berarti bagi Sadewa karena ini adalah penghargaan dari pendekar muda itu pada Sadewa selaku pimpinan rombongan.

Sebelum meninggalkan tempat itu, Sadewa memerintahkan kepada para murid Perguruan Bukit Katong untuk membakar markas Kelompok Setan Gunung Ungaran agar tidak menjadi sarang kejahatan lagi di kemudian hari. Api berkobar membakar keseluruhan bangunan yang terbuat dari kayu itu, berikut anggota perampok yang telah mereka habisi. Asap tebal membumbung tinggi ke angkasa, seakan menjadi penanda berakhirnya kekejaman kelompok yang sempat menjadi momok bagi wilayah selatan Kadipaten Kembang Kuning ini.

Setelah mengantar sebagian perempuan desa ke Wanua Randugunting, rombongan Perguruan Bukit Katong kembali melanjutkan perjalanan. Namun kondisi beberapa orang yang sempat terluka dalam pertarungan melawan para perampok, termasuk Sadewa, Locana dan Surtikanti yang merupakan pilar utama rombongan itu, membuat mereka tidak bisa bergerak cepat. Ini juga menjadi pertimbangan bagi Jaka Umbaran untuk meneruskan perjalanan.

"Adik seperguruan Sadewa, sebaiknya kita hentikan dulu perjalanan", ujar Jaka Umbaran sambil menarik tali kekang kudanya hingga tunggangan nya itu berhenti. Sadewa dan yang lainnya pun segera turut menghentikan langkah kaki kuda mereka.

"Uhukkk uhukkk..

Ada apa Kakak Seperguruan? Apa ada sesuatu yang penting?", Sadewa kembali batuk-batuk beberapa kali.

"Sebaiknya kita segera mencari tempat istirahat. Luka mu juga yang lain tidak memungkinkan bagi kita untuk meneruskan perjalanan.

Apa adik seperguruan Sadewa tahu sebuah tempat yang aman untuk kita beristirahat barang semalam saja?", ucap Jaka Umbaran sambil menatap ke arah Locana, Surtikanti dan beberapa murid lainnya yang memang menderita luka akibat pertarungan yang baru saja selesai mereka lakukan.

Yang menderita luka luar memang sudah mendapat perawatan seperti di bubuhi obat maupun di balut, sedangkan yang luka dalam juga sudah memperoleh pengobatan dengan minum ramuan dan penyaluran tenaga dalam. Namun mereka semua masih terlihat pucat dan tersiksa meskipun masih bersemangat untuk melanjutkan perjalanan.

"Kakang Sadewa, bukankah tempat ini dekat dengan Pertapaan Gunung Ungaran?

Pimpinan mereka, Maharesi Dhanudara, adalah sahabat baik guru. Jika kita sedikit merepotkan mereka dengan bermalam barang satu atau dua hari, ku rasa mereka tidak akan keberatan", Locana memberi saran.

"Aku sependapat dengan Kakang Locana, Kakang Sadewa uhukkk uhukkk uhukkk..

Sebaiknya memang kita harus memulihkan kembali kondisi tubuh kita sebelum melanjutkan perjalanan ke Lembah Kali Gung", Surtikanti ikut berbicara.

"Baiklah kalau kalian semua sepakat..

Ayo semuanya kita berangkat ke Pertapaan Gunung Ungaran", ajak Sadewa kepada segenap anggota rombongan nya. Mereka pun bergerak menuju ke arah Pertapaan Gunung Ungaran yang ada di kaki Gunung Ungaran sebelah timur.

Seorang lelaki sepuh berjanggut lebat lebat dengan pakaian serba putih selayaknya seorang brahmana, sedang duduk bersila dengan tenang membacakan mantra yadnya di hadapan puluhan orang murid nya. Pandangan matanya teduh dengan penuh aura keagungan selayaknya seorang pertapa yang telah mencapai tahap tinggi keilmuannya.

Lelaki bertubuh kekar itu tiba-tiba saja menghentikan ucapan nya, langsung menoleh ke arah pintu pertapaan yang dikenal sebagai Candi Gedong Songo sekarang. Para murid nya saling berpandangan tak mengerti apa penyebab sang guru menghentikan pengajaran nya. Salah satu cantrik nya yang berwarna Janadi memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Mohon ampun bila saya lancang, wahai Brahmana yang agung..

Apakah gerangan yang membuat Brahmana yang agung menghentikan pengajaran dan terus menatap ke arah pintu gerbang pertapaan?", Janadi menghormat pada sang guru besar sekaligus pimpinan Pertapaan Gunung Ungaran itu. Mendengar pertanyaan itu, Maharesi Dhanudara menjawab pertanyaan itu namun tanpa menoleh ke arah para murid nya.

"Om Swastyastu..

Ada tamu agung yang berkunjung kemari. Pelajaran hari ini cukup sampai disini saja. Kalian boleh meninggalkan tempat ini", ujar Maharesi Dhanudara sembari berdiri dari tempat duduknya.

Para murid Pertapaan Gunung Ungaran seketika itu juga ikut menoleh ke arah pintu gerbang pertapaan. Mereka semua penasaran dengan siapa tamu agung yang di maksud oleh sang guru besar.

Dari arah timur, nampak rombongan berkuda sedang bergerak mendekati Pertapaan Gunung Ungaran. Mereka adalah rombongan Perguruan Bukit Katong yang ditandai dengan baju biru langit. Begitu sampai di depan pintu gerbang pertapaan, mereka semua segera melompat turun dari kuda mereka masing-masing dan berjalan mendekati tempat Maharesi Dhanudara berada.

Janadi celingukan mencari sosok agung yang di maksud oleh sang guru besar. Tak satupun dari mereka yang berpakaian mewah selayaknya seorang bangsawan ataupun pejabat negara karena kesemuanya memakai pakaian yang biasa-biasa saja. Tak bisa menutupi rasa penasaran nya, Janadi segera bertanya kepada Maharesi Dhanudara,

"Brahmana yang Agung,

Mana tamu kehormatan yang anda maksudkan?"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

😌😌😌😌

2024-02-02

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

mantap

2024-01-20

0

Samsul Arif

Samsul Arif

typo bang, bernama bukan berwarna

2023-08-24

4

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!