Hmmmmm...
"Aku pernah mendengar dari cerita guru bahwa kakak seperguruan nya menguasai ilmu kanuragan tingkat tinggi yang di sebut dengan nama Ajian Bandung Bondowoso. Konon katanya, pemilik ajian itu akan memiliki tenaga yang luar biasa, bahkan sanggup memindahkan bukit dengan sekali hantam. Selain itu, Ajian Bandung Bondowoso membuat pengguna nya memiliki kekebalan tubuh terhadap segala serangan senjata maupun tenaga dalam.
Guru pernah bercerita jika kakak seperguruan nya memperoleh julukan sebagai Dewa Pertapa Tanpa Tanding itu karena memiliki ilmu kanuragan ini. Aku menduga bahwa kakak seperguruan mewarisi ilmu kesaktian itu. Kalau benar demikian, jangankan kita bertiga, para dedengkot dunia persilatan pun akan kerepotan jika sampai bermasalah dengan kakak seperguruan", ujar Sadewa sambil menghela nafas panjang.
"K-kalau begitu dia hanya mengeluarkan sedikit kemampuannya saat menghajar ku kemarin Kakang Sadewa?", Locana langsung sadar seketika mendengar penjelasan Sadewa.
"Tentu saja, Locana..
Kalau dia sungguh-sungguh melawan mu, pasti hari ini sudah menjadi hari ketiga kematian mu. Makanya jangan sok-sokan menantang kakak seperguruan lagi", balas Sadewa yang membuat Locana langsung mengangguk cepat.
Di sisi lain, Pragola sempoyongan berdiri sambil memegangi dadanya. Darah segar terus mengalir keluar dari sudut bibirnya. Lelaki bertubuh gempal dengan wajah codet di sebelah kiri ini menatap tajam ke arah Jaka Umbaran.
"Bocah keparat!!
Uhukkk uhukkk uhukkk, jangan pernah merasa menang lebih dulu. Aku masih sanggup untuk mengalahkan mu", ucap Pragola sembari kembali menyilangkan kedua tangannya ke depan dada.
"Dasar murid durhaka..
Kau sudah mencemarkan nama baik Paman Guru dengan ulah bejat mu yang menebar angkara murka dimana-mana. Aku mewakili Paman Guru untuk menghukum mu", ucap Jaka Umbaran.
"Kau jangan sombong dulu bocah keparat!!", ucap Pragola sembari melesat cepat kearah Jaka Umbaran dengan tangan kanan yang di lambari cahaya merah darah. Terlihat Pragola ingin mengerahkan seluruh tenaga dalam nya yang tersisa untuk serangan ini.
Jaka Umbaran menghirup udara dalam-dalam sambil memejamkan matanya sebentar. Saat matanya terbuka, manik mata nya berubah warna menjadi kuning keemasan. Setelah itu ia diam tak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri.
"Matilah kau bangsaaaaaaaaattttt..
Hiiyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaat...!!!"
Blllaaammmmmmmm!!!!
Ledakan keras kembali terdengar saat tangan kanan Pragola menghantam dada Jaka Umbaran. Cahaya kuning keemasan tipis yang menyelubungi seluruh tubuh nya mampu melindungi sang pendekar muda dari bahaya Ajian Tapak Dewa Darah. Mata Pragola melotot lebar saat melihat serangannya tak mampu melukai kulit pemuda tampan itu. Apalagi saat melihat Jaka Umbaran tersenyum lebar.
"Kau benar benar bodoh! Kau tidak pernah belajar dari kesalahan mu sebelumnya. Serangan yang sama tidak akan bisa menjatuhkan ku..
Sekarang waktunya giliran ku..!!", tangan kanan Jaka Umbaran yang di lambari cahaya putih kebiruan langsung menghantam dada kiri Pragola.
Blllaaammmmmmmm..
AAAARRRGGGGGGHHHHH!!!
Pragola menjerit keras sebelum roboh ke tanah. Dada kiri nya bolong sebesar kepalan tangan hingga tembus punggung. Daya kesaktian Ajian Guntur Saketi yang mengandung kekuatan petir menghancurkan jantung dan daging tubuh Pragola. Dia tewas bersimbah darah dengan separuh tubuhnya gosong seperti disambar petir.
Dengan tewas nya Pragola, hari itu juga Kelompok Setan Gunung Ungaran yang telah menebar ketakutan di wilayah selatan Kadipaten Kembang Kuning, lenyap dari muka bumi. Kelompok perampok yang sangat di takuti oleh para prajurit Kadipaten Kembang Kuning ini akhirnya hanya menjadi cerita untuk menakuti anak kecil sebelum tidur.
Sadewa, Locana dan Surtikanti langsung mendekati Jaka Umbaran begitu sang pendekar muda mengakhiri perlawanan pimpinan perampok yang juga merupakan bekas saudara seperguruan mereka. Begitu juga dengan Niluh Wuni dan Sekar Kantil. Dua orang gadis muda itu segera melangkah menuju ke arah Jaka Umbaran.
"Wah ternyata Kakang Jaka Umbaran ini benar-benar hebat. Pantas menyandang nama besar sebagai Pendekar Gunung Lawu", ujar Sekar Kantil yang membuat Sadewa, Locana dan Surtikanti langsung terperangah kaget.
"Pendekar Gunung Lawu?
Itu gelar Kakak Seperguruan?", tanya Surtikanti segera.
"Benar sekali, Nisanak...
Para penduduk Wanua Mantingan telah memberinya gelar seperti itu sebagai bentuk penghargaan mereka pada Kakang Umbaran setelah menghancurkan Rampok Topeng Tengkorak yang membuat resah kehidupan mereka", sahut Niluh Wuni segera.
"Sudahlah, jangan terlalu berlebihan Kantil.. Itu hanya sebatas sebutan saja, tidak ada yang perlu dibanggakan.
Yang penting sekarang, kita periksa markas ini dulu. Barangkali masih ada beberapa sandera yang masih hidup dan perlu pertolongan. Ayo kita lihat ", ucap Jaka Umbaran sembari melangkah ke arah rumah besar bekas tempat tinggal Pragola. Semua orang segera mengikuti langkah sang pendekar muda.
Di belakang rumah besar, terdapat sebuah bangunan cukup besar yang di tutup rapat. Sepertinya bangunan ini sengaja di kunci dengan kuat untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam nya.
"Di kunci dari dalam, kakak seperguruan", ujar Locana setelah mencoba untuk mendorong pintu itu dari luar tapi tidak terbuka.
"Paksa saja..
Pasti ada sesuatu yang di sembunyikan di dalam ruangan ini", balas Jaka Umbaran segera.
Locana langsung mengangguk mengerti. Dia mengambil ancang-ancang lalu berlari cepat sambil menabrakkan tubuhnya yang gempal ke pintu kayu itu sekuat tenaga.
Brruuaaaakkkkkkkh!!!
Pintu ruangan itu langsung terbuka lebar. Dua orang berbadan tinggi besar yang ada di dalam ruangan itu langsung menerjang ke arah mereka sambil mengayunkan gada besarnya.
Whhhuuuggghhhh!!
Jaka Umbaran segera merentangkan kedua tangannya ke arah mereka. Dua ujung jari telunjuk nya memancarkan cahaya putih kebiruan yang dengan cepat langsung menerabas ke arah kepala dua orang bertubuh tinggi besar penjaga ruangan ini.
Cllaaaaaassshhhhh cllaaaaaassshhhhh!!
Brrruuuuuuuuuukkkhh!!!
Keduanya langsung tersungkur ke tanah dengan dahi bolong tembus tengkuk. Keduanya tewas seketika. Ini adalah tahap pertama dari Ajian Guntur Saketi yang di namakan Jari Saketi yang mampu melepaskan tembakan tenaga dalam tingkat tinggi dalam bentuk kecil layaknya senjata rahasia.
Lagi lagi Sadewa, Locana dan Surtikanti dibuat terperangah melihat tindakan cepat Jaka Umbaran. Andai saja Jaka Umbaran tidak bertindak cepat, pasti mereka akan menjadi korban sergapan cepat dua penjaga ruangan berbadan besar itu.
Mereka lalu melangkah masuk ke dalam ruangan besar yang ternyata berfungsi sebagai tahanan ini. Di balik pembatas ruangan itu beberapa perempuan desa nampak meringkuk dalam keadaan yang sangat memperihatinkan. Baju mereka semua robek dan koyak, menyisakan kemben dan jarit yang compang-camping saja. Saat mereka melihat kedatangan Jaka Umbaran dan kawan-kawan, semuanya langsung bergegas menuju ke besi tahanan yang mengurung mereka.
"Tolong bebaskan kami..
Tolong lepaskan aku dari tempat terkutuk ini", begitu kata kata yang keluar dari mulut mereka.
"Kalian tenang saja. Silahkan mundur ke belakang. Aku akan membebaskan kalian", ucap Jaka Umbaran segera. Para perempuan desa ini segera mematuhi perintah Jaka Umbaran dan menjauh dari pintu tahanan yang terbuat dari jeruji besi itu. Sebuah rantai besi nampak mengunci pintu itu. Jaka Umbaran memejamkan matanya sebentar lalu segera meraih rantai besi itu. Setelah menggenggamnya, dia langsung menarik rantai besi itu sekuat tenaga.
Brrraaaakkkkkkkkk!!!
Rantai besi itu seketika putus dengan satu kali sentakan keras dari Jaka Umbaran. Para perempuan desa yang semula ragu dengan kekuatan yang dimiliki oleh lelaki muda itu, mereka langsung bersorak gembira ketika melihat pintu penjara itu terbuka lebar. Satu persatu mulai keluar dengan berlinang air mata. Mereka semua menangis bahagia.
"Terimakasih banyak pendekar terimakasih..
Kalau tidak ada pertolongan dari kalian, kami pasti masih harus menjalani kehidupan bak di neraka. Dewata akan selalu melindungi mu", ucap salah seorang perempuan desa itu sembari membungkuk hormat kepada Jaka Umbaran.
"Yang terpenting, kalian semua sudah bebas sekarang. Adik seperguruan, tolong kau bimbing mereka supaya mereka lebih tenang keluar dari sini", Surtikanti pun mengangguk mengerti dan segera mengajak para perempuan desa itu keluar dari dalam ruangan tahanan itu. Niluh Wuni dan Sekar Kantil pun ikut membantu Surtikanti.
Setelah semuanya sampai di luar ruangan itu, Permadi dan kawan-kawan mendekati mereka.
"Paman Guru..
Kami baru saja menyisir seluruh markas ini. Sudah tidak ada anggota perampok yang tersisa. Tapi kami menemukan banyak barang berharga dan ratusan kepeng perak dan emas.
Mohon petunjuk bagaimana menanganinya..", Permadi menghormat setelah berbicara.
Jaka Umbaran segera menoleh ke arah Sadewa yang berdiri di samping kanan nya.
"Adik seperguruan Sadewa, sebaiknya kau yang mengatur benda-benda itu. Bagikan sedikit kepada para perempuan ini sebagai pegangan untuk masa depan mereka.
Yang lain, nanti kita mampir ke Wanua Randugunting agar di gunakan untuk membangun kembali kampung mereka. Selebihnya, terserah bagaimana kau mengaturnya", ujar Jaka Umbaran segera.
"Aku mengerti Kakak Seperguruan ", balas Sadewa sambil tersenyum simpul. Perintah dari Jaka Umbaran ini sangat berarti bagi Sadewa karena ini adalah penghargaan dari pendekar muda itu pada Sadewa selaku pimpinan rombongan.
Sebelum meninggalkan tempat itu, Sadewa memerintahkan kepada para murid Perguruan Bukit Katong untuk membakar markas Kelompok Setan Gunung Ungaran agar tidak menjadi sarang kejahatan lagi di kemudian hari. Api berkobar membakar keseluruhan bangunan yang terbuat dari kayu itu, berikut anggota perampok yang telah mereka habisi. Asap tebal membumbung tinggi ke angkasa, seakan menjadi penanda berakhirnya kekejaman kelompok yang sempat menjadi momok bagi wilayah selatan Kadipaten Kembang Kuning ini.
Setelah mengantar sebagian perempuan desa ke Wanua Randugunting, rombongan Perguruan Bukit Katong kembali melanjutkan perjalanan. Namun kondisi beberapa orang yang sempat terluka dalam pertarungan melawan para perampok, termasuk Sadewa, Locana dan Surtikanti yang merupakan pilar utama rombongan itu, membuat mereka tidak bisa bergerak cepat. Ini juga menjadi pertimbangan bagi Jaka Umbaran untuk meneruskan perjalanan.
"Adik seperguruan Sadewa, sebaiknya kita hentikan dulu perjalanan", ujar Jaka Umbaran sambil menarik tali kekang kudanya hingga tunggangan nya itu berhenti. Sadewa dan yang lainnya pun segera turut menghentikan langkah kaki kuda mereka.
"Uhukkk uhukkk..
Ada apa Kakak Seperguruan? Apa ada sesuatu yang penting?", Sadewa kembali batuk-batuk beberapa kali.
"Sebaiknya kita segera mencari tempat istirahat. Luka mu juga yang lain tidak memungkinkan bagi kita untuk meneruskan perjalanan.
Apa adik seperguruan Sadewa tahu sebuah tempat yang aman untuk kita beristirahat barang semalam saja?", ucap Jaka Umbaran sambil menatap ke arah Locana, Surtikanti dan beberapa murid lainnya yang memang menderita luka akibat pertarungan yang baru saja selesai mereka lakukan.
Yang menderita luka luar memang sudah mendapat perawatan seperti di bubuhi obat maupun di balut, sedangkan yang luka dalam juga sudah memperoleh pengobatan dengan minum ramuan dan penyaluran tenaga dalam. Namun mereka semua masih terlihat pucat dan tersiksa meskipun masih bersemangat untuk melanjutkan perjalanan.
"Kakang Sadewa, bukankah tempat ini dekat dengan Pertapaan Gunung Ungaran?
Pimpinan mereka, Maharesi Dhanudara, adalah sahabat baik guru. Jika kita sedikit merepotkan mereka dengan bermalam barang satu atau dua hari, ku rasa mereka tidak akan keberatan", Locana memberi saran.
"Aku sependapat dengan Kakang Locana, Kakang Sadewa uhukkk uhukkk uhukkk..
Sebaiknya memang kita harus memulihkan kembali kondisi tubuh kita sebelum melanjutkan perjalanan ke Lembah Kali Gung", Surtikanti ikut berbicara.
"Baiklah kalau kalian semua sepakat..
Ayo semuanya kita berangkat ke Pertapaan Gunung Ungaran", ajak Sadewa kepada segenap anggota rombongan nya. Mereka pun bergerak menuju ke arah Pertapaan Gunung Ungaran yang ada di kaki Gunung Ungaran sebelah timur.
Seorang lelaki sepuh berjanggut lebat lebat dengan pakaian serba putih selayaknya seorang brahmana, sedang duduk bersila dengan tenang membacakan mantra yadnya di hadapan puluhan orang murid nya. Pandangan matanya teduh dengan penuh aura keagungan selayaknya seorang pertapa yang telah mencapai tahap tinggi keilmuannya.
Lelaki bertubuh kekar itu tiba-tiba saja menghentikan ucapan nya, langsung menoleh ke arah pintu pertapaan yang dikenal sebagai Candi Gedong Songo sekarang. Para murid nya saling berpandangan tak mengerti apa penyebab sang guru menghentikan pengajaran nya. Salah satu cantrik nya yang berwarna Janadi memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Mohon ampun bila saya lancang, wahai Brahmana yang agung..
Apakah gerangan yang membuat Brahmana yang agung menghentikan pengajaran dan terus menatap ke arah pintu gerbang pertapaan?", Janadi menghormat pada sang guru besar sekaligus pimpinan Pertapaan Gunung Ungaran itu. Mendengar pertanyaan itu, Maharesi Dhanudara menjawab pertanyaan itu namun tanpa menoleh ke arah para murid nya.
"Om Swastyastu..
Ada tamu agung yang berkunjung kemari. Pelajaran hari ini cukup sampai disini saja. Kalian boleh meninggalkan tempat ini", ujar Maharesi Dhanudara sembari berdiri dari tempat duduknya.
Para murid Pertapaan Gunung Ungaran seketika itu juga ikut menoleh ke arah pintu gerbang pertapaan. Mereka semua penasaran dengan siapa tamu agung yang di maksud oleh sang guru besar.
Dari arah timur, nampak rombongan berkuda sedang bergerak mendekati Pertapaan Gunung Ungaran. Mereka adalah rombongan Perguruan Bukit Katong yang ditandai dengan baju biru langit. Begitu sampai di depan pintu gerbang pertapaan, mereka semua segera melompat turun dari kuda mereka masing-masing dan berjalan mendekati tempat Maharesi Dhanudara berada.
Janadi celingukan mencari sosok agung yang di maksud oleh sang guru besar. Tak satupun dari mereka yang berpakaian mewah selayaknya seorang bangsawan ataupun pejabat negara karena kesemuanya memakai pakaian yang biasa-biasa saja. Tak bisa menutupi rasa penasaran nya, Janadi segera bertanya kepada Maharesi Dhanudara,
"Brahmana yang Agung,
Mana tamu kehormatan yang anda maksudkan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Iron Mustapa
😌😌😌😌
2024-02-02
1
rajes salam lubis
mantap
2024-01-20
0
Samsul Arif
typo bang, bernama bukan berwarna
2023-08-24
4