Perguruan Kelelawar Merah

Sebuah bayangan melayang turun dari atas pohon nangka dengan gerakan seringan kapas. Tangan kirinya memegang buah nangka yang tinggal separuh saja. Mulut bayangan itu yang merupakan seorang lelaki muda berwajah tampan terlihat asyik mengunyah buah nangka matang lalu menyemburkan biji nangka keluar dari mulut nya. Dengan gerakan anggun dan perlahan, si pemuda tampan yang tak lain adalah Jaka Umbaran itu mendarat di depan Pendekar Pedang Kuning dan dua murid perempuan nya itu.

"Untuk apa marah-marah begitu, pendekar berewok?

Hanya biji nangka saja masak membuat mu kesakitan? Apa ilmu kanuragan mu hanya sanggup menahan lemparan buah ciplukan?", ujar Jaka Umbaran dengan santainya.

"Bedebah tengik!!

Rupanya kau cari gara-gara dengan ku ya.. Ada hubungan apa kau dengan si tua bangka Pedang Kuning itu ha?", Banupati menghardik keras sambil menunjuk ke arah Pendekar Pedang Kuning yang sedang dibantu berdiri oleh kedua orang murid perempuan nya.

"Aku tidak kenal dengan mereka, juga tidak ada hubungan apapun dengan ketiganya.

Tapi melihat puluhan orang lelaki menindas seorang lelaki tua yang sedang luka dalam dan dua orang perempuan tentu saja aku tidak bisa tinggal diam. Tindakan pengecut seperti yang kalian lakukan membuat ku kehilangan nafsu makan ku", ucap Jaka Umbaran segera.

"Kurang ajar!!

Rupanya kau memang sudah bosan hidup. Menantang murid-murid Perguruan Kelelawar Merah sama dengan cari mati. Kawan-kawan, kita cincang pemuda sok pahlawan ini!!", teriak keras Banupati yang segera melesat cepat kearah Jaka Umbaran sembari membabatkan pedang nya ke arah leher pemuda berbaju cokelat lusuh ini. Puluhan orang anak buah nya ikut menerjang maju.

Shhrreeettthhh!!!

Jaka Umbaran segera menggeser posisi tubuhnya hingga tebasan pedang Banupati hanya bisa menyambar angin sejengkal di atas kepalanya. Sembari menjejak tanah dengan keras, dia meloncat maju dengan menghantamkan kepalan tangannya ke arah perut Banupati.

Bhhhuuuuuuggggh!!

Oouuugghhhhhh!!!!

Banupati langsung meraung keras kala pukulan keras Jaka Umbaran telak mengenai perutnya. Tubuhnya seketika mencelat mundur dan menabrak dua orang pengikutnya hingga ketiganya segera jatuh menghujam tanah.

Melihat pimpinan mereka di jatuhkan dengan mudah oleh Jaka Umbaran, para murid Perguruan Kelelawar Merah semakin beringas menerjang maju ke arah Jaka Umbaran dengan senjata mereka masing-masing.

Dua orang langsung membabatkan pedang nya ke arah perut sang pendekar muda. Dua orang lainnya mengayunkan pedangnya ke arah kepala sang pendekar muda dari Pertapaan Watu Bolong ini.

Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh!!!

Dengan tenang saja, Jaka Umbaran segera membuat gerakan yang memutar menghindari sabetan empat pedang yang mengincar nyawa nya. Sembari memutar tubuhnya, dia masih sempat menendang dan memukul dua orang penyerangnya hingga keduanya jatuh terjengkang.

Sepuluh orang lain nya langsung menusukkan pedangnya kearah Jaka Umbaran dari segala penjuru begitu sang pendekar berhasil lolos dari maut dan mendarat dengan selamat.

Shhhuuuttth shhuutttthh!!

Jaka Umbaran segera menjejak tanah. Tubuhnya seketika melenting tinggi ke udara lalu mendarat turun dan menginjak ujung bilah pedang yang menyatu. Semua penyerangnya terkejut dan berusaha keras untuk menarik senjata mereka yang terhimpit di bawah kaki si pemuda tampan. Jaka Umbaran tersenyum lebar lalu dengan cepat layangkan pukulan cepat beruntun ke arah mereka.

Dhasshhh dhasshhh dhhaaaassshhh!.

Aaauuuuggggghhhhh oouuugghhhhhh!!

Kesemuanya segera terpental ke segala arah beriringan dengan jerit kesakitan yang terdengar dari mulut mereka masing-masing. Tanpa menunggu lama, Jaka Umbaran menjejak tanah dengan keras. Sepuluh pedang terlontar ke atas. Lalu secepat kilat, dia menepak pedang-pedang itu hingga mencelat ke segala arah tepat dimana para anak murid Perguruan Kelelawar Merah baru saja bangkit dari tempat jatuhnya.

Chhreepppppph chhreepppppph chhreepppppph!!!

Aaaarrrgggggghhhhh!!!

Kesepuluh orang itu langsung terjungkal dengan senjata mereka menancap di tubuh masing-masing. Kesemuanya langsung roboh dengan pedang menancap di tubuhnya.

Adegan ini membuat Pendekar Pedang Kuning dan dua murid perempuan nya terpana. Bagaimana tidak, kecepatan gerak dan kemampuan beladiri yang begitu tinggi yang di miliki oleh Jaka Umbaran benar-benar mengagumkan. Jangankan mereka, pimpinan perguruan mereka saja belum tentu bisa melakukannya.

Seusai membantai kesepuluh orang anak buah Banupati, Jaka Umbaran segera melesat cepat kearah pria bertubuh gempal yang sedang di kawal oleh beberapa orang murid Perguruan Kelelawar Merah yang tersisa.

"Pendekar muda ini hebat sekali, Guru..

Apa guru mengenalnya?", tanya salah satu murid perempuan Pendekar Pedang Kuning yang bernama Niluh Wuni itu segera. Perempuan cantik berwajah bulat telur itu begitu penasaran dengan sosok pendekar muda yang sedang bertarung melawan Banupati dan kawan-kawan.

Pendekar Pedang Kuning atau Ki Suradipa itu hanya menggelengkan kepalanya saja karena ia benar-benar tidak tahu siapa pemuda tampan itu. Sepengetahuannya, di dunia persilatan Tanah Jawadwipa saat ini, hanya Rangga Janur dari Perguruan Bukit Katong di Gunung Lawu saja pendekar muda yang memiliki kemampuan beladiri yang tinggi, namun pemuda itu bukanlah orang yang di maksud dan Rangga Janur pun tak setinggi itu juga kemampuan beladiri nya.

"Aku tidak tahu, Wuni..

Mungkin dia adalah seorang pendekar muda yang baru saja selesai pendidikan dan turun gunung mencari pengalaman. Ilmu silat nya cepat dan langsung menghajar titik titik kematian lawan.

Aku bahkan tidak tahu jurus silat apa yang dia gunakan karena baru kali ini aku melihatnya uhukkk", Ki Suradipa batuk kecil setelah usai berbicara.

Ketiganya terus menatap ke arah pertarungan sengit antara Jaka Umbaran melawan Banupati dan kawan-kawan.

Bhhhuuuuuuggggh bhhhuuuuuuggggh!!

Ooougghhhhhhh..!!!

Dua orang kawan Banupati dari Perguruan Kelelawar Merah langsung terjungkal menyusruk tanah setelah sikutan dan pukulan keras Jaka Umbaran menghajar rusuk mereka. Banupati yang sudah terkuras banyak tenaga dalam nya, berusaha untuk mundur karena sadar bahwa ia bukan lawan yang sebanding untuk Jaka Umbaran.

Namun, Jaka Umbaran yang melihat gelagat aneh dari Banupati langsung melesat cepat menghadangnya dengan satu kali lompatan dan dua kali salto di udara. Wajah Banupati langsung pucat seketika melihat kemunculan Jaka Umbaran di depannya.

"Mau lari kemana kau, bajingan berewok?!", kata kata yang keluar dari mulut Jaka Umbaran seperti suara Hyang Batara Yamadipati di telinga Banupati.

Pria bertubuh gempal dengan kumis tebal itu langsung berlutut dihadapan Jaka Umbaran.

"A-ampuni aku pendekar..

Aku salah.. Ampuni nyawa ku. Aku masih punya anak kecil yang butuh ayahnya..", hiba Banupati sembari bersujud kepada Jaka Umbaran.

"Dusta! Itu semua bohong, pendekar!!

Banupati belum menikah dan dia tidak punya anak. Jangan terkecoh dengan bulan nya", teriak Niluh Wuni segera. Suara keras itu sempat membuat Jaka Umbaran menoleh ke arah Niluh Wuni lalu kembali menatap tajam ke arah Banupati yang telah berlutut dihadapan nya dengan tangan tertangkup di depan dada.

"Eh, kau coba mengelabui ku rupanya bajingan berewok...

Bagus sekali tindakan mu. Tadi aku berencana untuk melepaskan mu tapi karena kau berani berdusta kepada ku, aku akan memberi mu pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan seumur hidup mu", setelah berkata demikian, Jaka Umbaran langsung melayangkan tendangan keras kearah dada Banupati.

Dhhaaaassshhh!!

AAAARRRGGGGGGHHHHH!!!

Banupati langsung meraung keras saat tubuhnya mencelat jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras. Tendangan keras Jaka Umbaran telah menghancurkan semua pelatihan dan tenaga dalam yang dia miliki. Mulutnya langsung memuntahkan darah segar.

"Huuuooooooooghhhhhh..

Te-terima kasih sudah mengampuni nyawa ku pendekar", ucap Banupati sambil bersujud di tanah. Dia segera bergegas berjalan sempoyongan meninggalkan tempat itu bersama satu orang murid Perguruan Kelelawar Merah yang tersisa.

Sekar Kantil yang tidak dapat menahan diri langsung mendekati Jaka Umbaran.

"Kenapa kau lepaskan dia, Pendekar? Bajingan itu sudah lama menebar angkara di muka bumi. Mati adalah satu-satunya jalan terbaik untuk semua orang", protes Sekar Kantil keras.

"Sudahlah, Nisanak..

Aku sudah menghapus ilmu kanuragan nya juga sumber tenaga dalam nya. Dia tidak akan bisa berbuat kejahatan lagi di masa depan. Jangan membunuh orang yang sudah tidak berdaya, karena sebagai pendekar itu adalah pantangan", ucap Jaka Umbaran sambil tersenyum penuh arti.

"Tapi..."

"Pendekar muda ini benar, Kantil..

Kau masih harus banyak belajar untuk mengendalikan emosi mu juga belajar tata cara dunia kependekaran di Tanah Jawadwipa ini. Ingat itu.

Pendekar muda, aku Ki Suradipa. Uhukkk uhukkk, dunia persilatan mengenal ku sebagai Pendekar Pedang Kuning. Ini murid-murid ku, Niluh Wuni dan Sekar Kantil. Aku sangat berterimakasih pada mu karena kau telah menolong kami dari para bajingan Perguruan Kelelawar Merah itu. Kalau boleh aku tahu, siapa nama mu dan darimana kau berasal?", Ki Suradipa menghormat pada Jaka Umbaran.

"Aku hanya angin yang lewat tanpa ada asal muasalnya. Nama ku tidak penting, tidak punya nama besar seperti mu, Ki Suradipa.

Mohon maaf jika aku kurang sopan", ucap Jaka Umbaran segera. Kesal dengan jawaban itu, Niluh Wuni yang penasaran ingin tahu siapa pendekar muda yang menolongnya langsung bicara.

"Huhhhhh, mentang-mentang berilmu tinggi lantas tak mau mengatakan nama. Apa begini tata krama yang diajarkan oleh guru mu,?!"

"Wuni, jaga bicaramu.. Jangan bersikap tidak sopan kepada penolong kita..

Kalau dia tidak membantu, sudah pasti kau akan dijadikan gundik oleh Banupati. Ingat itu!!", bentak Ki Suradipa sang Pendekar Pedang Kuning keras. Niluh Wuni langsung tertunduk mendengar suara keras gurunya.

"Hehehehe maaf maaf..

Mungkin sikap ku yang kurang mengerti tata krama dunia persilatan. Baiklah, nama ku Jaka Umbaran. Asal ku dari Pertapaan Watu Bolong di Gunung Lawu", ucap Jaka Umbaran sambil menggaruk kepalanya sendiri.

Ki Suradipa alias Pendekar Pedang Kuning kaget bukan main mendengar jawaban sang pendekar muda. Setahu nya, Pertapaan Watu Bolong di huni oleh seorang maharesi yang sakti mandraguna yang jarang mau turun gunung. Meskipun dia tidak pernah bertemu langsung dengan Maharesi Siwamurti, namun nama besar nya sebagai pertapa tua yang sakti mandraguna begitu terkenal di dunia persilatan Tanah Jawadwipa.

"J-jadi kau adalah murid Maharesi Siwamurti dari Pertapaan Watu Bolong?", gagap Ki Suradipa saking gugupnya mendengar jawaban Jaka Umbaran.

"Hehehe itu benar Kisanak... Apa kau mengenal guru ku?", tanya Jaka Umbaran segera.

"Aku tidak mengenal langsung guru mu tetapi nama besarnya sebagai Pendekar Gunung Lawu begitu tersohor di seantero Kerajaan Panjalu ini.

Lantas apa tujuan mu turun gunung ini, Pendekar Jaka Umbaran?", Ki Suradipa balik bertanya.

"Jangan memanggilku dengan sebutan seperti itu, Ki Suradipa. Tidak enak rasanya. Panggil saja aku Jaka Umbaran atau Umbaran saja, lebih enak didengar hehehehe..

Aku di utus oleh guru ku untuk menemui Resi Mpu Hanggabhaya di Perguruan Bukit Katong. Katanya dia memiliki ilmu terawangan yang tinggi hingga bisa membantu ku. Tapi sayangnya aku tidak tahu kemana arah Perguruan Bukit Katong itu", Jaka Umbaran kembali menggaruk kepalanya.

"Aku tahu dimana letak Perguruan Bukit Katong itu, Umbaran..

Juga bisa mengantarkan mu kesana jika kau mau. Anggap saja ini sebagai balasan atas pertolongan mu baru saja. Bagaimana??", mendengar tawaran Ki Suradipa, Jaka Umbaran langsung tersenyum lebar.

"Kalau tidak merepotkan, aku sangat berterimakasih Ki Suradipa", balas Jaka Umbaran segera.

"Kalau begitu, sebaiknya kita segera berangkat mumpung hari masih siang. Dua hari naik kuda, kita akan sampai di Perguruan Bukit Katong", ucap Ki Suradipa sembari mengajak Jaka Umbaran. Lelaki tua itu segera menelan sebutir pil berwarna hitam untuk mengobati luka dalam nya sebelum melompat ke atas kuda.

Mereka mudah mendapatkan hewan tunggangan karena para anak buah Banupati memburu mereka dengan berkuda. Kematian mereka meninggalkan puluhan ekor kuda yang tertambat pada semak belukar tak jauh dari tempat itu.

Jaka Umbaran terlihat bingung saat Niluh Wuni menuntun seekor kuda yang semestinya menjadi tunggangan si pendekar berbaju ini.

"Kau kenapa, Umbaran?", tanya Niluh Wuni segera.

"Hehehehe, aku tidak pernah naik kuda jadi tidak tahu bagaimana cara mengendalikannya", ucap Jaka Umbaran sambil nyengir lebar.

"Haduuh dasar pendekar kampungan..

Coba kamu perhatikan Si Kantil itu. Dia dengan mudah menaiki kuda nya", Niluh Wuni menunjuk ke arah Sekar Kantil yang sedang melompat ke atas kuda tunggangan nya.

Melihat itu, Jaka Umbaran segera melompat ke atas kuda nya. Dengan canggung dia memegang erat tali kekang kudanya. Melihat itu, timbul niat iseng Niluh Wuni.

'Huh, waktunya aku membalas sikap sombong mu tadi Umbaran. Rasakan sekarang'

Niluh Wuni segera menepak pantat kuda tunggangan Jaka Umbaran dengan keras. Kuda berkulit cokelat ini seketika langsung berlari kencang menuju ke arah barat. Jaka Umbaran hampir saja terjatuh dari atas kuda nya andai tidak cepat menguasai diri.

Melihat pemandangan yang dirasa cukup menggelikan itu, Niluh Wuni terkekeh kecil lalu segera melompat ke atas kuda nya dan menyusul Ki Suradipa, Sekar Kantil dan Jaka Umbaran yang telah lebih dulu meninggalkan tempat itu menuju ke arah barat.

Dua pasang mata milik Banupati dan salah satu murid Perguruan Kelelawar Merah terus mengawasi pergerakan Jaka Umbaran dan kawan-kawan baru nya hingga mereka menghilang di balik tikungan jalan.

"Kakang Banupati, dendam ini harus kita balas. Guru kita, Ki Janarwira yang dikenal sebagai Si Dewa Kalong Merah pasti bisa menghabisi nyawa mereka", ujar si murid Perguruan Kelelawar Merah itu segera.

Banupati langsung mengangguk mengerti. Sambil mengusap sisa darah yang telah mengering di sudut bibirnya, dia berkata,

"Kau benar Adhi. Guru pasti bisa membunuh mereka semua.

Ayo kita pulang ke perguruan!!"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

🤨🤨🤨🤨🤨

2024-02-02

2

rajes salam lubis

rajes salam lubis

tetap semangat

2024-01-11

0

ahmat saepuloh

ahmat saepuloh

ok lah

2023-11-10

3

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!