Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning

Batu mulia berwarna merah di cincin jari manis tangan kiri Jaka Umbaran bersinar. Lalu sesosok makhluk halus yang hanya bisa di lihat oleh orang yang memiliki daya batin linuwih muncul di hadapan Jaka Umbaran. Makhluk tak kasat mata yang berwujud manusia tinggi besar dengan kulit kemerahan dengan sepasang tanduk pendek itu segera berlutut dihadapan sang pendekar muda.

"Ada apa Ndoro memanggil hamba?", ucap makhluk halus berwujud menyeramkan yang tak lain adalah Pancer, suami Suketi penghuni Sendang Inten ini segera.

"Bereskan setan hijau itu. Lekas laksanakan", perintah Jaka Umbaran sembari memberi isyarat pada Pancer untuk bergerak.

"Baik Ndoro, segala perintah hamba laksanakan", Pancer menghormat pada Jaka Umbaran sebelum bergerak cepat menerjang maju ke arah genderuwo itu.

Semua ini tak lepas dari pengamatan Ki Setrowahono, dukun perewangan yang di panggil Ki Gondo untuk membantu menyembuhkan Rara Melati. Lelaki tua itu terkejut bukan main melihat makhluk halus ini menghormat pada Jaka Umbaran sebelum bergerak. Meskipun di kepalanya terlintas berbagai pertanyaan, namun dukun perewangan itu lebih memilih untuk menahan diri sembari menyaksikan pertarungan antara Pancer dan genderuwo yang merasuki tubuh Rara Melati

Bhhhaammmmmmmm bhhuuuuummmmmmhh!

Sekeliling rumah Ki Gondo berderak keras layaknya terkena gempa bumi akibat pertarungan sengit Pancer dan genderuwo itu. Beberapa pajangan yang tergantung di dinding, jatuh saking kuatnya getaran yang ada.

Ki Gondo langsung menarik tangan istri dan anaknya yang lain untuk keluar dari dalam rumah karena takut ketiban barang yang jatuh. Para pelayan dan abdi setia nya juga ikut berhamburan keluar menyelamatkan diri.

Begitu juga dengan Nyi Manik Inten bersama dengan pelayan setia nya. Mereka buru-buru bergegas menuju halaman rumah bersama dengan Niluh Wuni. Hanya Jaka Umbaran dan Ki Setrowahono saja yang tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya semula. Kedua nya terus menatap ke arah pertarungan sengit antara dua makhluk halus ini.

Saling tindih, saling pukul dan saling tendang berpadu dengan gerakan cepat layaknya angin terus terjadi di kediaman Ki Gondo. Pendopo rumah yang semula tertata rapi dan indah ini dalam waktu singkat langsung porak poranda. Beberapa bagian dinding kayu jebol tanpa ada yang menabraknya.

Pada suatu kesempatan, Pancer berhasil memiting leher genderuwo yang berkulit hijau kehitaman ini. Genderuwo itu nampak tidak bisa bergerak sama sekali di bawah pitingan lengan Pancer yang segede bambu betung.

Melihat itu, Jaka Umbaran segera melesat cepat kearah mereka sambil menghantamkan tapak tangan kanan nya yang berwarna biru kemerahan ke arah kepala si genderuwo.

"Ajian Pamungkas Lebur Saketi..

Hiiyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaat!!!"

Blllaaammmmmmmm....!!!!

Kepala genderuwo itu langsung meledak dan hancur lebur menjadi abu. Tubuhnya langsung terkulai dan jatuh ke lantai pendopo rumah Ki Gondo. Perlahan tubuhnya menghitam dan berubah menjadi abu hitam yang kemudian hilang tersapu angin.

"Sekarang kau boleh kembali ke tempat mu", ucap Jaka Umbaran segera. Pancer langsung menyembah pada Jaka Umbaran sebelum berubah menjadi cahaya merah yang masuk kembali ke dalam cincin pusaka di jari manis sang pendekar.

Ketika suasana sudah kembali tenang dan getaran gempa yang terasa telah menghilang, Ki Gondo langsung berlari masuk ke dalam pendopo rumahnya. Disana ia melihat Jaka Umbaran sedang melepaskan tali yang mengikat tangan dan kaki Rara Melati bersama dengan Ki Setrowahono.

"Su-sudah berakhir, Ki Setro? Setan nya sudah musnah?", tanya Ki Gondo sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling pendopo rumah yang berantakan. Dia takut kalau kalau hal yang menakutkan itu terjadi lagi.

"Sudah beres Juragan Gondo..

Pendekar muda ini yang me.. Wadaaawwwhhh", Ki Setrowahono tak melanjutkan jawabannya karena jempol kaki kanan nya keburu diinjak oleh Jaka Umbaran. Saat mau protes, ia melihat Jaka Umbaran menaruh telunjuk tangan kanannya ke depan bibir sebagai isyarat untuk tidak membocorkan rahasia musnahnya genderuwo tadi. Ki Setrowahono mengangguk mengerti meski sambil meringis menahan rasa sakit pada jempol kaki kanan nya.

"Ngomong yang jelas Ki Setro..

Pendekar muda ini kenapa?", tanya Ki Gondo sembari mengernyit heran.

"Eh itu maksudnya pendekar muda ini yang membantu ku. Untung ada dia, kalau tidak aku pasti kerepotan mengurus genderuwo busuk itu", ujar Ki Setrowahono sambil sedikit melirik ke arah Jaka Umbaran yang mengacungkan jempol tangan nya diam-diam tanpa ketahuan juragan kaya raya itu.

Satu persatu orang mulai masuk ke dalam pendopo rumah Ki Gondo. Rara Melati yang baru saja lepas dari ikatan tali, seketika langsung berlari dan menghambur ke arah Ki Gondo dan istrinya. Tangis tersedu-sedu penuh kebahagiaan terdengar dari mulut mereka.

Setelah selesai drama keluarga ini, Ki Gondo segera mendekati Ki Setrowahono dan mengulurkan sekantong kepeng emas sisa pembayaran pertolongan yang telah dia janjikan.

"Terimakasih atas pertolongan mu Ki Setrowahono. Lain kali jika aku punya masalah seperti ini lagi, kau pasti akan ku panggil", ujar Ki Gondo segera.

"Semuanya sudah rampung Juragan Gondo. Kalau begitu aku mohon pamit. Permisi", ujar Ki Setrowahono sambil membungkuk hormat kepada Ki Gondo sebelum melangkah meninggalkan tempat itu. Tak lupa ia juga menganggukkan kepalanya ke Jaka Umbaran yang telah membantu nya. Sang Pendekar Gunung Lawu hanya tersenyum tipis saja.

Nyi Rondo Dadapan pun segera menyampaikan maksud kedatangan nya pada Ki Gondo. Juragan beras kaya raya itu sama sekali tidak keberatan dengan permintaan sang kawan dagang nya karena salah satu anak buah nya setidaknya telah membantu mengatasi masalah keluarganya.

Malam itu juga, setelah para pelayan rumah Ki Gondo bekerja keras untuk membersihkan puing puing bangunan yang berserakan di lantai pendopo rumah itu, rombongan Nyi Rondo Dadapan bermalam di rumah Ki Gondo, juragan beras kaya raya di wilayah Pakuwon Gemolong.

Begitu pagi hari tiba, para anak buah Nyi Rondo Dadapan langsung bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka ke barat. Setelah mengucapkan terima kasih atas kebaikan Ki Gondo yang mengijinkan mereka untuk bermalam cuma-cuma di tempatnya, Nyi Manik Inten berpamitan pada sang empunya rumah.

"Aku sudah menukar barang yang kau minta Ki Gondo. Dua puluh lembar kain kualitas menengah ku setara dengan 10 kati beras milik mu.

Aku juga ingin mohon diri untuk pulang ke Dadapan. Gusti Akuwu Pakuwon Dadapan sudah menunggu kedatangan pesanan nya. Aku tidak ingin membuatnya kecewa karena aku terlambat mengantarkan barang yang dia pesan", ujar Nyi Manik Inten alias Nyi Rondo Dadapan sembari tersenyum tipis.

"Aku tidak akan menahan mu, Nyi Rondo Dadapan. Tapi aku juga ingin berterimakasih kepada salah satu anak buah mu yang telah membantu Ki Setrowahono.

Berhati-hatilah di jalan Nyi Manik Inten. Semoga selamat sampai di rumah ", ujar Ki Gondo sambil tersenyum lebar.

Pagi itu juga, rombongan Nyi Manik Inten sang saudagar kain kaya raya ini bertolak meninggalkan Pakuwon Gemolong menuju ke arah barat. Setelah melewati jalan raya yang membelah hutan hutan di wilayah selatan Kadipaten Kembang Kuning dan melewati beberapa perkampungan kecil seperti Klego dan Sendang, rombongan ini sampai juga di tapal batas Kota Pakuwon Dadapan setelah matahari mulai bergeser dari atas kepala.

Jaka Umbaran yang berkuda paling depan bersama dengan Ki Suradipa langsung menarik tali kekang kudanya sambil memberikan isyarat kepada para anggota rombongan mereka untuk berhenti.

Seratus depa di depan mereka, sebuah masalah besar sedang terjadi. Puluhan orang berpakaian ala prajurit Kadipaten Kembang Kuning menghunuskan pedangnya bertarung sekuat tenaga melindungi sebuah kereta kuda sementara itu sekitar 20 orang lelaki berpakaian serba hitam tengah mengepung mereka dengan senjata teracung mengancam nyawa lawan.

"Ki Suradipa, minta semua orang untuk waspada..

Kita tidak boleh lengah", ucap Jaka Umbaran segera. Ki Suradipa segera menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti. Para centeng Nyi Manik Inten langsung mencabut golok yang terselip di pinggang masing-masing. Suasana seketika berubah menjadi tegang.

"Ada apa ini? Kenapa kalian mencabut senjata?", tanya Nyi Manik Inten alias Nyi Rondo Dadapan dari balik tirai jendela kereta kuda yang dia tumpangi.

"Lapor Nyi..

Sepertinya di depan sedang terjadi pertarungan. Pendekar Gunung Lawu meminta kita semua untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan", balas si benteng yang berada di dekat kereta kuda. Nyi Rondo Dadapan hanya menghela nafas berat mendengar jawaban itu.

Di pertarungan sengit antara para prajurit Kadipaten Kembang Kuning dan para pengepung nya, dua orang prajurit telah tersungkur bersimbah darah. Sementara pimpinan prajurit terlihat sibuk menghadapi 4 orang yang mengeroyoknya.

Dua orang berpakaian serba hitam yang berhasil mendekati pintu kereta kuda, langsung merangsek maju dan keduanya menarik pintu kereta kuda itu bersama-sama. Akibatnya pintu kereta kuda lepas dan dua orang gadis cantik berpakaian bangsawan langsung menjerit ketakutan.

Mendengar jeritan itu, si pimpinan prajurit berusaha untuk menolong mereka berdua namun empat orang yang mengeroyoknya tak memberikan kesempatan itu. Mereka berempat terus bergerak mengurung pergerakan si pimpinan prajurit pengawal.

Satu persatu prajurit Kadipaten Kembang Kuning mulai bertumbangan dengan luka yang parah. Pimpinan kelompok pengepung yang berhasil memaksa dua gadis bangsawan muda ini langsung tertawa terbahak-bahak.

"Dengan ini, Gusti Patih Kandaga pasti akan memberikan hadiah besar kepada ku hahahaha..."

Sebuah kerikil sebesar biji salak melesat cepat kearah dahi si pimpinan pengepung.

Cllaakkkkk..

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Si pimpinan pengepung itu langsung terjungkal sambil mengaduh kesakitan. Gadis bangsawan yang dia panggul ikut terjatuh. Saat gadis itu hendak lari seorang berpakaian serba hitam lainnya segera mencekal lengan nya. Si pimpinan para pria berbaju hitam itu alangsung bangkit sembari memegangi dahinya yang benjol sebesar telur ayam kampung. Dia langsung menoleh ke arah datangnya serangan. Dari sana empat orang melesat cepat kearah mereka.

Nyi Rondo Dadapan yang melihat salah satu sosok perempuan muda yang sedang di panggul oleh para pengepung itu langsung mengenali nya sebagai Ajeng Ratih, putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning, Mpu Prajanata. Tak menunggu lama, dia segera meminta kepada Jaka Umbaran dan kawan-kawan untuk menyelamatkan mereka. Mendengar permintaan dari Nyi Rondo Dadapan, Jaka Umbaran dan kawan-kawan langsung melesat ke arah pertarungan sengit yang ada di depan rombongan mereka.

"Lepaskan gadis itu", ucap Jaka Umbaran setelah berhenti 2 tombak jauhnya dari tempat mereka berada. Ki Suradipa, Niluh Wuni dan Sekar Kantil pun menyusul di belakangnya.

"Huh melepaskan nya? Apa kau sudah gila?

Kami susah payah baru bisa mendapatkan nya jadi mana mungkin aku melepaskannya begitu saja? Mimpi kau!", ujar si pimpinan pria berbaju hitam itu sambil membersihkan bajunya yang kotor.

"Kroco seperti kalian memang harus di hajar lebih dulu agar menurut!", selepas berkata demikian, Jaka Umbaran segera melesat ke arah mereka. Para pria berbaju hitam itu segera menyambut kedatangan Jaka Umbaran dan kawan-kawan dengan ayunan senjata mereka masing-masing.

Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh..

Dua tebasan pedang dengan cepat terayun ke arah Jaka Umbaran, mengincar leher sang pendekar muda. Mudah saja, Jaka Umbaran segera merubah gerakan tubuhnya dengan menekuk lutut hingga tubuhnya merendah. Dua tebasan pedang itu hanya menyambar angin sejengkal di atas kepala nya.

Lalu menggunakan kedua tangan nya sebagai tumpuan, Jaka Umbaran segera memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan keras kedua kakinya ke arah dua lelaki berpakaian serba hitam yang hendak menerjang maju.

Dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh..

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Dua orang lelaki bertubuh gempal itu seketika jatuh tersungkur setelah menerima tendangan keras Jaka Umbaran. Dalam waktu singkat seluruh lelaki berpakaian serba hitam itu sudah berhasil di taklukkan oleh Jaka Umbaran dan kawan-kawan, termasuk pemimpin nya. Mereka tergolek pasrah di tanah dengan beberapa luka dan memar yang menghiasi tubuh mereka.

Ajeng Ratih dan adik sepupu nya Nimas Citrawati yang lolos dari penyergapan orang-orang berpakaian serba hitam itu langsung mendekati Jaka Umbaran yang masih menatap ke arah para pria berbaju hitam itu.

"Terimakasih atas bantuannya, Pendekar", ucap Ajeng Ratih dengan lembut.

"Jangan berterimakasih pada ku tapi berterimakasih lah pada Nyi Manik Inten karena dia yang menyuruh kami untuk menolong mu", balas Jaka Umbaran segera. Nyi Manik Inten yang ikut mendekat ke arah Jaka Umbaran dan kawan-kawan, segera menyahut.

"Tidak perlu berterimakasih pada ku Den Ayu. Aku adalah kawan baik ayah mu. Dia sudah sering membantu ku berdagang di Istana Kadipaten Kembang Kuning. Jadi sudah selayaknya aku membalas kebaikannya.

Siapa orang orang ini? Apa Den Ayu mengenalnya?", mendengar perkataan itu, Ajeng Ratih menghela nafas panjang.

"Mereka semua adalah suruhan Patih Kandaga dari Kadipaten Bhumi Sambara. Tumenggung Kandaga menginginkan ku untuk menjadi istrinya tapi aku menolak karena dia sudah beristri.

Berulang kali lamarannya aku tolak tapi dia tidak juga menyerah. Dan saat aku keluar dari Kota Kadipaten Kembang Kuning, orang-orang ini terus membuntuti kami hingga terjadi pertarungan ini", jelas Ajeng Ratih sembari menghela nafas berat.

"Sudah jelas dalam keadaan bahaya, tapi kenapa juga masih nekat keluar dari Kota Kadipaten Kembang Kuning?

Bosan hidup kau?", sahut Sekar Kantil yang sedari tadi hanya diam saja.

"Bukan begitu Nisanak. Kami hanya ingin belajar menjaga diri sendiri dengan berguru kepada pendekar yang ada di barat laut Gunung Pamarihan ini", ujar Ajeng Ratih sembari tersenyum tipis.

Ki Suradipa langsung ikut nimbrung dalam obrolan mereka dengan bertanya,

"Apa kau ingin ke Perguruan Bukit Katong?"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

😉😉😉😉😉

2024-02-02

1

Roni Sakroni

Roni Sakroni

rondo Dadapan gemoy ya mestinya. sikat dong Umbaran

2024-01-01

2

ahmat saepuloh

ahmat saepuloh

mant

2023-11-10

3

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!