Diatas Sungai Wulayu

Pagi hari ini cuaca begitu indah meskipun mendung kelabu berarak di angkasa. Cahaya hangat sang mentari pagi menerobos sela sela awan mendung menciptakan sebuah keindahan alam tersendiri bagi seluruh penghuni rumah Lurah Wanua Mantingan. Kicau merdu burung burung terdengar riang sembari sesekali terbang berpindah tempat di ranting pohon yang tumbuh di sekitar kediaman pimpinan Wanua Mantingan ini.

Meskipun hari masih pagi, kesibukan sudah terlihat sejak ayam jantan berkokok. Suara alu saling sambung menyambung tanda ada yang sedang menumbuk padi sudah ada sejak pagi buta. Puluhan orang terlihat sibuk bekerja di dapur kediaman keluarga Mpu Lunggah. Ada yang sibuk menampi beras yang baru saja selesai di tumbuk, ada yang sibuk menyalakan api untuk memasak air, beberapa perempuan desa terlihat sedang memotong aneka sayur mayur sedangkan yang laki-laki terlihat bahu membahu membelah kayu kering sebagai bahan baku perapian mereka.

Setelah semalam terjadi bencana akibat adanya perampokan dari kelompok Rampok Topeng Tengkorak yang berhasil di pukul mundur oleh Jaka Umbaran dan para pengikutnya, para penduduk yang kehilangan tempat tinggal memang mengungsi ke rumah Lurah Mpu Lunggah untuk sementara waktu. Ratusan warga ini harus berdesak-desakan berbagi tempat tinggal di pendopo rumah pemimpin kampung mereka. Meskipun demikian, kesemuanya justru merasa nyaman saat ini karena para pengacau keamanan itu pasti tidak akan berani datang lagi dalam waktu dekat.

Beberapa pemuda dan pemudi Wanua Mantingan baik yang menjadi korban keganasan perampok maupun yang bukan, langsung bergerak membantu dapur rumah Ki Lurah Mpu Lunggah karena mereka harus menyiapkan makanan untuk para pengungsi yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Oleh karena itu, mereka memulai kegiatan dapur umum sejak pagi buta.

Jaka Umbaran yang baru saja terbangun dari semedi nya, menghela nafas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur yang disediakan khusus untuk nya sebagai penghormatan atas jasa besarnya menyelamatkan desa. Pemuda tampan itu segera melangkah keluar dari dalam kamar. Saat melewati lorong di belakang pendopo yang menjadi tempat tinggal sementara para pengungsi, Jaka Umbaran berhenti. Beberapa orang tua terlihat masih tertidur pulas sedangkan beberapa ibu muda nampak sedang repot mengurusi buah hati mereka. Dia terenyuh melihat itu semua.

Setelah itu, ia segera melangkahkan kakinya menuju ke arah samping kiri rumah Ki Lurah Mpu Lunggah dimana terdapat sebuah kolam kecil yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci. Kolam kecil ini terlindung dari pandangan mata karena tepat berada di samping pohon rambutan besar yang rindang. Beberapa orang yang berpapasan dengan Jaka Umbaran segera membungkuk hormat. Sang pendekar muda membalasnya dengan cara yang sama sebelum melanjutkan kegiatannya.

"Wandansari,

Lihat tuh pujaan hati mu mau ke kolam. Ah dia benar-benar tampan dan gagah ya", ucap Srini, pelayan rumah Lurah Mpu Lunggah yang seumuran dengan Wandansari, sedikit menggoda kembang desa itu.

"Kau ini bicara apa sih Srini?

Kalau di dengar oleh orang nya, aku bisa malu", ujar Wandansari sambil tersipu-sipu.

"Lah ini kan kenyataan loh. Ingat Wandansari, jaman sekarang jadi perempuan itu harus berani. Kalau kau hanya diam saja menunggu Pendekar Umbaran mendekati mu, bisa-bisa malah dia kena gaet perempuan lain.

Kau tahu sendiri bukan, ada dua perempuan cantik yang selalu mengikuti kemanapun langkah pujaan hati mu itu. Bisa jadi mereka juga menaruh hati sama dia loh", ucap Srini yang langsung membuat Wandansari termenung beberapa saat lamanya.

'Omongan Srini ada benarnya juga. Kalau tidak segera bicara tentang perasaan ku pada Kakang Umbaran, bisa-bisa aku keduluan sama dua pengikutnya itu', batin Wandansari.

Saat Wandansari hendak membuka mulutnya menjawab omongan Srini, Sekar Kantil dan Niluh Wuni lewat di depan mereka menuju ke arah kolam kecil tempat mencuci muka.

"Tuh benar kan apa yang aku bilang?

Dua gadis itu selalu mengekor kemanapun Ndoro Pendekar Umbaran pergi. Kau harus berjuang keras untuk mendapatkan cinta mu, Wandansari. Saingan mu berat", kompor Srini yang langsung membuat hati Wandansari memanas seketika.

Tanpa menunggu lama lagi, Wandansari segera menyerahkan pekerjaan nya kepada orang lain yang ada di sebelah nya. Dia segera bergegas menuju ke arah kolam kecil. Srini yang penasaran ingin tahu bagaimana cara Wandansari mengungkapkan perasaannya, langsung bergegas mengikuti langkah sang kembang desa Wanua Mantingan ini.

Wandansari segera menyeruak di antara Jaka Umbaran dan Niluh Wuni yang sedang mencuci muka bersama-sama. Karuan saja, Jaka Umbaran dan Niluh Wuni juga Sekar Kantil terkaget melihat kemunculan sang putri Lurah Mpu Lunggah.

"Maaf menyela sebentar..

Aku agak buru-buru mencuci muka karena harus membantu menyiapkan makanan untuk para pengungsi", ucap Wandansari tanpa menoleh ke arah keduanya dan langsung mencuci muka nya.

"Hei anak Lurah..

Apa kau tidak bisa menunggu sebentar lagi? Suka sekali kau menyerobot tempat orang lain", omel Niluh Wuni segera.

"Aku sibuk dengan urusan dapur jadi tidak punya waktu menggoda jejaka yang sedang mencuci muka", jawab Wandansari sekenanya saja.

"Apa katamu?!!!

Kau minta di hajar ya agar bisa menjaga mulut mu itu ha?!", bentak Niluh Wuni yang sudah geram dengan ulah Wandansari.

"Kenyataan nya seperti itu, buat apa di tutupi lagi?", Wandansari mengibas-ngibaskan kedua telapak tangannya yang basah dan segera berbalik badan.

"Kau ini....", Niluh Wuni hendak mencengkeram leher Wandansari namun Jaka Umbaran segera mencekal lengan nya dengan cepat.

"Cukup Wuni..

Jangan membuat masalah di tengah suasana berduka seperti ini. Dan kau Nini Wandansari, sebaiknya kau juga tidak memancing keributan. Terimakasih sebelumnya", ucap Jaka Umbaran segera sebelum dia melangkah meninggalkan tempat itu.

"Awas kau nanti", Niluh Wuni menunjuk wajah cantik Wandansari lalu bergegas mengikuti langkah Jaka Umbaran diikuti oleh Sekar Kantil.

"Siapa takut?", jawab Wandansari segera. Srini sang pelayan setia segera mendekati majikannya itu dengan menggabungkan dua jempolnya.

"Hebat kau Wandansari, hebat...", ucap Srini sembari tersenyum tipis.

Saat matahari mulai sepenggal naik ke atas langit timur, makanan yang dimasak oleh dapur umum dibagikan kepada para pengungsi. Kesemuanya mendapatkan jatah makan yang sama. Makanan yang dibungkus dengan daun jati ini menjadi hidangan terbaik yang bisa didapatkan oleh para pengungsi pagi hari itu.

"Apa rencana mu selanjutnya, Pendekar? Sebenarnya kami masih takut kalau kalau para perampok itu kembali menyatroni tempat tinggal kami ini", tanya Lurah Mpu Lunggah sembari menjumput sepotong pisang raja rebus yang terhidang di depannya.

"Aku ingin melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru ku Ki Lurah..

Secepatnya kami harus ke Perguruan Bukit Katong di lereng Gunung Pamarihan jadi tidak bisa berlama-lama tinggal di sini. Untuk urusan para perampok itu, aku yakin mereka tidak akan berani untuk datang lagi setelah pimpinan mereka terluka parah. Jadi Ki Lurah tenang saja", jawab Jaka Umbaran sambil tersenyum tipis.

"Heh iya juga ya..

Kami juga tidak bisa menahan mu untuk tinggal bersama kami di sini. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mu juga pada Pendekar Pedang Kuning dan Nisanak berdua atas semua pertolongan yang kalian lakukan. Semoga Hyang Agung selalu melindungi setiap langkah perjalanan mu nanti Pendekar", ucap Mpu Lunggah sembari menghormat pada Jaka Umbaran.

"Sudah menjadi tugas ku sebagai orang dunia persilatan, Ki Lurah. Jadi kau tak perlu sungkan", balas Jaka Umbaran segera.

Dari arah dalam rumah, Niluh Wuni dan Sekar Kantil membawa dua buntalan kain hitam yang berisi beberapa pakaian mereka. Dia segera menyerahkan salah satu kain hitam itu pada Jaka Umbaran. Ki Lurah Mpu Lunggah diam diam memasukkan beberapa kepeng perak ke dalam buntalan kain hitam itu tadi pagi sebagai ucapan terima kasih.

Setelah berpamitan pada sang pimpinan wanua kecil itu, Jaka Umbaran segera melangkah menuntun kudanya di halaman. Wandansari yang melihat itu, segera bergegas mendekati sang pendekar muda.

"Kenapa kau pergi secepat ini Kakang?", ucap Wandansari sambil tertunduk. Bulir-bulir air mata perlahan jatuh di pelupuk matanya. Ada rasa tak ingin kehilangan sosok lelaki yang telah mencuri hati nya ini.

"Ada hal yang harus ku kerjakan, Nini Wandansari..

Aku mohon undur diri", ucap Jaka Umbaran sembari tersenyum simpul sebelum melompat ke atas kuda tunggangannya.

"Akankah kau kembali lagi kemari?", kembali Wandansari bertanya. Mata kembang desa Wanua Mantingan ini sembab dan basah oleh air mata.

"Aku tidak tahu, Nini..

Jika Dewata Yang Agung menginginkannya, pasti suatu saat nanti aku kemari. Aku permisi Nini Wandansari.

Hiyyahhhhh...!!", Jaka Umbaran segera menggebrak kuda tunggangan nya dan kuda berkulit cokelat ini langsung berlari cepat meninggalkan kediaman Mpu Lunggah. Wandansari terus menatap ke arah perginya Jaka Umbaran hingga menghilang dari pandangan mata bersama ratusan orang penduduk Wanua Mantingan.

Setelah berhasil menyusul Ki Suradipa dan kedua muridnya, Jaka Umbaran terus memacu kuda nya ke arah barat. Begitu meninggalkan perbatasan, mereka terus bergerak menuju ke arah barat, menjelang tengah hari memasuki sebuah perkampungan kecil bernama Kedung Gupit yang memiliki dermaga penyeberangan Sungai Wulayu ( Sungai Bengawan Solo sekarang ).

Puluhan orang terlihat sedang mengantri untuk menyeberang di tepi dermaga Kedung Gupit. Beberapa nampaknya merupakan pedagang kain karena membawa puluhan kodi kain yang diangkut dengan pedati yang di tarik oleh dua ekor sapi.

Seorang wanita cantik yang berusia sekitar 3 dasawarsa terlihat sedang memberikan perintah kepada para kuli angkut barang agar hati-hati dalam bekerja. Melihat dari dandanannya yang mewah, sepertinya dia adalah saudagar kaya raya. Satu pelayan wanita, seorang abdi yang memegang payung dan beberapa orang centeng bertubuh gempal dengan sebuah pedang terikat di pinggang terlihat berada di sekitar perempuan cantik berbaju ungu kehitaman ini. Mereka semua terlihat mengantri paling depan.

Jaka Umbaran segera melompat turun dari kudanya juga dengan Ki Suradipa, Niluh Wuni dan Sekar Kantil. Mereka menuntun kudanya dan ikut mengantri bersama dengan orang lain menunggu perahu penyeberangan.

Tak berapa lama kemudian, terlihat sebuah kapal penyeberangan merapat ke dermaga. Beberapa orang anak buah kapal besar itu segera melompat ke dermaga lalu menarik tali tambang besar agar kapal besar ini bisa merapat ke dermaga. Di awali dengan saudagar perempuan kaya raya itu, satu persatu orang mulai menaiki perahu penyeberangan ini termasuk Jaka Umbaran dan kawan-kawan nya.

Jaka Umbaran segera menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan para anak buah kapal penyeberangan ini. Kesemuanya membekal senjata yang tergantung di pinggang masing-masing. Tampang mereka juga tidak terlihat seperti orang baik-baik, bahkan bisa dibilang lebih mirip seperti perampok. Semuanya saling memberi isyarat rahasia lewat gerakan kepala maupun bibir.

"Wuni, bersiaplah..

Aku punya firasat buruk dengan orang-orang di kapal penyeberangan ini", bisik lirih Jaka Umbaran pada Niluh Wuni yang berdiri di dekatnya.

Niluh Wuni segera mengangguk mengerti. Dia langsung memegang gagang pedang nya. Sekar Kantil yang tidak mengerti, ikut-ikutan saja memegang gagang pedangnya.

Dan...

Shhhrriinggg shhhrriinggg shhhrriinggg!!

Puluhan orang anak buah kapal besar itu segera mencabut senjata mereka masing-masing dan mengarahkan nya kepada para penumpang kapal penyeberangan ini.

"Kepada semuanya, serahkan harta berharga dan uang kalian kalau kalian ingin selamat!", ucap seorang lelaki bermata satu dengan kepala plontos dan jambang lebat. Sebuah penutup mata dari kain hitam menutupi sebelah kiri mata lelaki yang berusia sekitar 4 dasawarsa itu.

"Apa maksudnya ini semua, heh pemilik kapal?", ucap pimpinan centeng saudagar perempuan itu segera.

Chhhrrraaaaaaasssssshhh!!!

Aaaarrrgggggghhhhh!!!

Si lelaki bertubuh gempal dengan mata satu itu langsung menebas leher kepala centeng saudagar perempuan kaya itu. Akibatnya dia langsung tewas seketika dengan leher nyaris putus. Tanpa mempedulikan rasa takut semua orang, dia menendang tubuh kepala centeng itu dengan keras hingga mayatnya langsung tercebur ke Sungai Wulayu.

"Ada lagi yang ingin mampus?!", si pimpinan kelompok begal ini mengedarkan pandangannya ke seluruh penumpang kapal penyeberangan itu sambil melotot kereng.

Jaka Umbaran segera menghirup udara dalam-dalam sebelum melesat cepat diantara para penumpang kapal penyeberangan yang ketakutan. Dengan cepat ia langsung melayangkan empat serangan beruntun ke arah 4 anak buah begal ini.

Whhhuuuggghhhh whhhuuuggghhhh

Dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh..

Bhyyyuuuurrrrrr!!!!

Empat orang anak buah kapal besar itu langsung mencelat dan jatuh ke dalam aliran Sungai Wulayu yang sedang keruh. Melihat Jaka Umbaran sudah bergerak, Niluh Wuni dan Sekar Kantil pun dengan cepat mengayunkan pedangnya kearah para anak buah begal kepala plontos ini.

Thhrraaanggg thhrraaanggg!!

Dhhaaaassshhh!!

Pertarungan jarak dekat di atas kapal penyeberangan ini pun segera terjadi. Centeng saudagar perempuan kaya raya itu juga ikut membantu dan dalam waktu singkat, kapal penyeberangan ini telah berhasil mereka kuasai.

Melihat keadaan yang kurang menguntungkan bagi dirinya, si kepala plontos itu segera melesat cepat kearah saudagar perempuan kaya raya itu dengan tujuan ingin menjadikan nya sebagai sandera. Namun belum sampai dia melakukannya, Jaka Umbaran yang melihat gelagat aneh nya pun seketika menghadang laju pergerakan nya sembari mengayunkan tinju nya kearah perut lelaki bertubuh gempal ini.

Bhhhuuuuuuggggh!!

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Bhyyyuuuurrrrrr....!!!

Si pimpinan kelompok begal ini seketika terlempar keluar dari kapal penyeberangan setelah tinjuan keras Jaka Umbaran telak mengenai perutnya. Entah masih hidup atau sudah mati, tapi si kepala plontos itu langsung tak terlihat lagi dalam derasnya arus Sungai Wulayu.

Para anak buah kapal penyeberangan yang lain langsung berhamburan menyelamatkan diri dengan melompat ke dalam Sungai Wulayu.

Saudagar perempuan kaya raya itu pun segera berteriak keras pada para centeng nya,

"Kalian semua, cepat kendalikan kapal ini!"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

☺😊😊😊😊

2024-02-02

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

mantapp

2024-01-11

0

Roni Sakroni

Roni Sakroni

jgn terlalu banyak urusan cinta cinta annya dong

2024-01-01

2

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!