Menuju Utara

Locana yang baru saja memuntahkan darah segar hanya diam saja tak menjawab omongan Jaka Umbaran. Sedangkan Sadewa dan Surtikanti pun tersenyum ke arah Jaka Umbaran segera.

"Hehehehe sungguh luar biasa..

Kau bisa mengalahkan Locana hingga seperti ini, mana mungkin kami yang kepandaian ilmu beladiri nya tak lebih baik dari dia berani menantang mu, kakak seperguruan", ucap Sadewa si Pedang Kilat sembari terkekeh kecil.

"Kakang Sadewa benar, kakak seperguruan..

Kemampuan beladiri ku tak lebih tinggi dari Kakang Locana. Tentu saja aku tidak akan menang bila melawan mu, kakak seperguruan. Jadi aku menyerah saja jika harus bertarung melawan mu", sambung Surtikanti segera.

Hemmmmmmm...

"Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku ingin mandi, waktunya sudah sore", Jaka Umbaran membungkukkan badannya sebelum melangkah ke arah pemandian di sendang kecil yang ada di kaki Bukit Katong.

Setelah Jaka Umbaran menghilang dari pandangan mata semua orang, Sadewa langsung menarik nafas panjang.

"Untung dia bukan pendendam. Kalau sampai dia tidak bisa memaafkan ulah Locana, tentu saja kita akan menerima imbasnya", ucap Sadewa sembari melirik ke arah Locana yang bangkit dari tempat jatuhnya sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Uhukkk uhukkk..

Aku tidak mengerti apa yang terjadi, Kakang Sadewa. Bocah itu mampu menahan serangan Ilmu Sepuluh Ribu Bayangan Pedang yang aku lepaskan. Sekilas saja aku melihat manik mata bocah itu berwarna kuning keemasan uhukkk uhukkk..

Sebenarnya ilmu kanuragan apa yang dia miliki?", Locana berulang kali batuk-batuk kecil di sela-sela omongan nya. Sedangkan Sadewa langsung mendelik kereng pada nya.

"Kau masih berani memanggil nya bocah? Apa belum kapok kau di hajar oleh nya, Locana?", mendengar perkataan itu, Locana langsung tersenyum kecut sambil menggaruk kepalanya.

"Hehehehe maaf Kang, keceplosan aku..

Maksud ku kakak seperguruan begitu uhukkk uhukkk ", ujar Locana yang mendapat cibiran dari Surtikanti.

"Gaya mu Kang Kang..

Kalau esok sampai lupa lagi, tanggung sendiri akibatnya. Aku tidak ikut-ikutan", setelah berkata seperti itu, Surtikanti pun segera melangkah meninggalkan tempat itu. Sadewa dan Locana pun segera mengikuti langkah sang adik seperguruan mereka.

Semburat warna jingga kemerahan di langit barat perlahan mulai berganti gelap. Ribuan kelelawar pun mulai beterbangan mencari mangsa. Perlahan malam mulai merayap turun menyelimuti bumi, memeluk jagat raya dengan dinginnya udara. Cahaya bulan purnama nampak indah meskipun hanya lewat sela-sela awan yang berarak di angkasa.

Selayaknya kebiasaan pada masa itu, ratusan murid Perguruan Bukit Katong duduk bercengkrama di halaman rumah mereka masing-masing sambil menikmati cemilan yang sudah di siapkan. Singkong rebus, ketela bakar, pisang raja rebus dan aneka pala kependem ( istilah untuk umbi-umbian yang ada di dalam tanah ) seperti uwi dan gembili menjadi sajian nikmat disamping minuman keras seperti twak, siddhu dan arak. Minuman keras itu berguna sebagai pelawan udara dingin Gunung Pamarihan yang terasa sanggup membekukan tulang.

Kesemuanya larut dalam suasana kegembiraan. Obrolan mereka pun mengalir lancar tanpa beban. Namun satu obrolan yang menjadi topik hangat pembicaraan mereka adalah kejadian sore hari tadi kala Jaka Umbaran berhasil menjatuhkan Locana. Bagi mereka, itu adalah sebuah berita besar.

Jaka Umbaran sedang mengunyah singkong rebus yang sedikit kematangan hingga benyek. Di sandingkan dengan sambal korek ( isinya hanya cabe, garam dan sedikit terasi bakar ), membuat Jaka Umbaran lahap menyantap nya.

"Kau sedang kelaparan ya Umbaran?", tanya Niluh Wuni yang tiba-tiba saja sudah duduk di samping Jaka Umbaran yang asik menikmati indahnya bulan purnama diatas tikar daun pandan.

"Eh Jagat Dewa Batara..

Kau mau aku mati kaget karena ulah mu itu ya Wuni? Hampir saja copot jantung ku. Dasar perempuan..", gerutu Jaka Umbaran yang benar-benar kaget karena munculnya perempuan cantik itu.

"Hehehehe maaf..

Melihat kau seperti orang kesurupan makan singkong rebus begitu, aku tidak tega untuk mengganggu mu jadi aku langsung duduk saja.

Eh sekarang kau sedang menjadi bahan obrolan para murid Perguruan Bukit Katong ini loh Umbaran. Kau benar benar hebat, bisa mengalahkan salah satu pengajar di sini", puji Niluh Wuni dengan tulus.

"Tidak perlu berlebihan menyanjung ku, Wuni..

Aku hanya meladeni tantangan nya. Tidak ada niat untuk mencari ketenaran tapi aku juga tidak mau jika harga diri ku sebagai pendekar direndahkan", jawab Jaka Umbaran sembari merebahkan tubuhnya di atas tikar daun pandan. Pandangan mata nya tegak lurus menatap langit malam yang cerah. Beberapa bintang terlihat meskipun sebentar karena tertutup oleh awan yang berarak.

"Apa yang kau pikirkan, Pendekar Gunung Lawu?"

Jaka Umbaran segera menoleh ke arah sumber suara. Dia langsung bangkit dari rebahan nya karena pemilik suara itu adalah Ajeng Ratih yang datang sambil membawa sepinggan cemilan dari olahan singkong.

"Huhhhhh... Apa semua perempuan punya kesenangan ketika berhasil mengagetkan laki-laki?

Tidak kau Putri Ajeng Ratih, tidak kau Wuni. Kalian berdua benar-benar senang ya bisa membuat aku kaget?", gerutu Jaka Umbaran segera.

"Bukan begitu Pendekar Gunung Lawu. Aku hanya tidak ingin mengganggu lamunan indah mu tadi hihihi", Ajeng Ratih terkekeh kecil sambil mendudukkan dirinya di samping kanan sang pendekar muda. Jadilah malam itu Jaka Umbaran duduk melihat bulan purnama diapit dua perempuan cantik.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku tadi", kembali Ajeng Ratih berbicara.

"Yang mana? Aku tidak merasa mendengar kau bertanya", jawab Jaka Umbaran sambil mengunyah utri (olahan singkong parut yang di kukus dengan parutan kelapa muda dan diisi dengan gula merah) yang di bawa oleh Ajeng Ratih.

"Haduh masih muda tapi sudah pelupa..

Aku tadi bertanya, apa yang sedang kau pikirkan malam ini?", Ajeng Ratih ikut-ikutan mengambil utri yang masih mengepulkan uap panas. Melihat itu, Niluh Wuni pun tak mau kalah dan segera ikut mengambilnya juga.

"Aku sedang melaksanakan tugas dari guru ku untuk mematuhi perintah dari Paman Guru Mpu Hanggabhaya selama satu purnama ini.

Sudah menjadi kewajiban seorang murid untuk melakukan topo ngrame sebagai upah bakti. Walaupun aku sendiri ingin sekali mencari tahu tentang keberadaan orang tua ku yang sebenarnya", ucap Jaka Umbaran sambil menghela nafas berat.

Niluh Wuni dan Ajeng Ratih langsung menoleh ke arah Jaka Umbaran bersamaan. Mereka berdua sedikitpun tidak mengetahui siapa Jaka Umbaran sebenarnya hanya bisa menerka-nerka apa sebenarnya yang telah di alami oleh pemuda tampan itu. Tapi keduanya memilih untuk tidak bertanya lagi mengenai hal itu karena takut menyinggung perasaan Jaka Umbaran.

Malam itu benar-benar indah. Cahaya bulan purnama semakin indah saat malam terus beranjak naik. Setelah cukup lama menikmati keindahan alam, para penghuni Perguruan Bukit Katong kembali ke peraduan mereka masing-masing.

Matahari pagi bersinar terang di ufuk timur. Cahaya nya yang hangat mampu mengusir dingin malam hari yang sempat mencengkeram seisi bumi. Perlahan sang embun pagi pun berlalu pergi, meninggalkan pucuk dedaunan yang ia peluk sepanjang malam.

Pagi itu sesuai dengan perintah dari sang pimpinan utama Perguruan Bukit Katong, Resi Mpu Hanggabhaya, para murid perguruan silat yang terpilih sebagai perwakilan dari Bukit Katong untuk menghadiri pertemuan para pendekar dunia persilatan di Lembah Kali Gung, berkumpul di depan balai besar perguruan.

Dipimpin oleh Sadewa yang di tunjuk langsung oleh sang guru besar, juga di dampingi oleh Locana dan Surtikanti, mereka berbaris dengan rapi menunggu kedatangan sang guru besar. Diantara kelima belas orang yang berangkat, ada Jaka Umbaran, Niluh Wuni dan Sekar Kantil. Ketiga ikut serta dalam rombongan itu atas perintah dari Resi Mpu Hanggabhaya langsung.

Dari arah pintu samping, Resi Mpu Hanggabhaya masuk bersama Mpu Mandala dan Nyimas Kencanawati. Seluruh anggota rombongan langsung membungkuk hormat kepada Resi Mpu Hanggabhaya.

"Om Swasyastu..

Hari ini kalian semua akan berangkat menuju ke Lembah Kali Gung. Berhati-hatilah dalam melakukan perjalanan. Jangan sampai melakukan hal di luar perintah dari pimpinan kalian, Sadewa. Jika ada masalah, sebaiknya kalian semua tidak ikut campur kecuali jika terpaksa.

Satu pesan yang paling penting, jaga nama baik perguruan. Jangan sampai kalian membuat malu Perguruan Bukit Katong di mata dunia persilatan Tanah Jawadwipa", pesan Resi Mpu Hanggabhaya sembari menatap ke seluruh anggota rombongan itu dengan penuh pengharapan.

"Kami mengerti, Guru Besar ", ucap semua orang bersamaan.

"Berangkatlah..

Semoga Hyang Akarya Jagat selalu melindungi setiap langkah kalian semua", Resi Mpu Hanggabhaya segera mengangkat tangan kanannya. Semua anggota rombongan itu langsung menghormat sebelum mereka berbalik badan dan melangkah menuju ke arah kuda yang sudah di siapkan untuk mereka semua.

Perlahan rombongan itu bergerak meninggalkan Perguruan Bukit Katong. Ki Suradipa berdiri di samping pintu gerbang perguruan dan berteriak kencang.

"Pendekar Gunung Lawu..

Titip dua murid ku. Jaga mereka seperti kau menjaga dirimu sendiri!"

Jaka Umbaran segera mengangguk mengerti sebelum dia menggebrak kuda tunggangan nya mengejar para murid Perguruan Bukit Katong yang sudah lebih dulu memacu kuda mereka.

Sadewa memimpin rombongan itu terus bergerak menuju ke arah Utara. Setelah memasuki wilayah Pakuwon Garung yang terletak di barat Rawa Pening, mereka terus bergerak menuju ke arah Utara. Setelah hampir seharian melakukan perjalanan, mereka tiba di kaki Gunung Telomoyo.

Matahari telah tergelincir ke arah barat. Melihat kudanya yang sudah terlihat kelelahan, Sadewa langsung menghentikan rombongan itu di tepi hutan kecil yang terletak di perbatasan Pakuwon Ungaran.

"Kita beristirahat disini", ucap Sadewa sembari mengangkat tangan kanannya. Seluruh anggota rombongan langsung menarik tali kekang kudanya dan rombongan itu seketika berhenti.

Sadewa langsung membagi tugas antara mereka. Karena harus berhemat dalam perjalanan, maka dia memerintahkan kepada para anggota rombongan yang dia pilih untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Sedangkan yang lain mempersiapkan tempat bermalam dan mengumpulkan ranting-ranting kering untuk membuat api unggun. Jaka Umbaran yang tidak masuk hitungan Sadewa, langsung mendekati lelaki bertubuh kekar ini.

"Adik seperguruan, bolehkah aku ikut membantu mencari makanan?", tanya Jaka Umbaran segera.

"Oh silahkan saja, Kakang Umbaran..

Tapi aku peringatkan agar tidak terlalu jauh dari tempat ini. Kita semua tidak kenal dengan lingkungan di sekitar sini. Jadi sebaiknya kita berhati-hati", ucapan Sadewa langsung di balas anggukan kepala dari sang pendekar muda.

Begitu ijin di dapatkan, Jaka Umbaran segera menjejak tanah dengan keras hingga tubuhnya melenting tinggi ke udara. Dalam beberapa tarikan nafas, tubuh Jaka Umbaran sudah menghilang dari pandangan mata lelaki bertubuh kekar ini.

Menggunakan ilmu meringankan tubuh nya yang tinggi, Jaka Umbaran melompat dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencari makanan. Setelah cukup lama mencari mata Jaka Umbaran langsung melebar kala melihat serombongan babi hutan sedang melintas di bawah pohon besar yang sedang ia naiki. Sebelum berangkat tadi, dia sudah meminjam pedang milik Sekar Kantil.

Dengan hati-hati Jaka Umbaran segera mematahkan sebuah ranting pohon sebesar jempol tangan. Dengan gerakan lembut, dia melancipi ujung ranting pohon itu. Babi hutan yang sedang mencari makanan pada pangkal kayu lapuk di bawahnya sama sekali tidak menyadari bahwa mereka sedang dalam bahaya.

Setelah persiapan nya cukup, Jaka Umbaran segera melemparkan ranting lancip itu kearah salah satu babi hutan yang berukuran sedang.

Whhhuuuggghhhh!!

Bersamaan dengan itu, Jaka Umbaran melayang turun dari dahan pohon dengan cepat dan menebaskan pedangnya kearah babi hutan yang paling besar.

Shhhrrrrreeeeeeeeeeetttttth!!

Chhreepppppph Jrrrraaaaaasssssshhh!!

Ngguuuuuiiiiiiiiiiikkkkkk....!!!

Satu ekor babi hutan berbadan sedang langsung tersungkur setelah ranting pohon itu menembus punggung hingga perutnya. Sedangkan babi hutan yang paling besar langsung meregang nyawa setelah tebasan pedang menebas tubuh nya hingga terpotong menjadi dua bagian. Sisa babi hutan yang lain langsung bubar menyelamatkan diri.

Di tempat bermalam, Locana langsung tersenyum pongah dengan memamerkan hasil buruannya. Dua ekor ayam hutan tubuh nya nyaris terbelah menjadi dua nampak di tenteng oleh pendekar yang berjuluk Si Pedang Bayangan itu. Murid murid lain hanya membawa beberapa ketela pohon dan satu tandan pisang.

"Hehehehe, malam ini aku akan makan enak. Kalian nikmati saja singkong dan pisang penuh biji itu. Jangan ada yang ingin merebut makan malam ku", ucap Locana sambil menyeringai lebar.

Para murid Perguruan Bukit Katong hanya bisa diam saja tak menjawab omongan sang pengajar. Sedangkan Sadewa hanya geleng-geleng kepala melihat ulah adik seperguruan nya itu.

"Mereka tidak butuh ayam hutan mu, adik seperguruan. Babi hutan pasti lebih mengenyangkan perut mereka!"

Suara keras itu seketika membuat semua orang menoleh ke arah dalam hutan. Jaka Umbaran berjalan mendekati mereka dengan memikul dua ekor babi hutan yang diikat pada ujung pikulannya. Para murid Perguruan Bukit Katong langsung tersenyum lebar sembari melirik ke arah Locana dengan sedikit mencibir.

Malam itu, mereka memanggang daging babi hutan yang di tangkap oleh Jaka Umbaran dengan senang hati. Hanya Locana saja yang terlihat cemberut karena dia malu untuk ikut meminta bagian daging babi hutan panggang itu.

Saat semuanya sedang asyik menikmati makanan mereka, telinga peka Jaka Umbaran mendengar sesuatu yang sedang bergerak kearah mereka. Dia segera meletakkan potongan daging babi hutan panggang di tangannya dan berdiri sambil menatap ke arah kanan.

Niluh Wuni langsung bertanya kepada sang pendekar muda segera.

"Umbaran ada apa?", mendengar pertanyaan Niluh Wuni, Jaka Umbaran segera meletakkan telunjuk tangan kanannya ke depan bibir sambil menjawab,

"Ssssttttttttt pelankan suara mu, Wuni..

Sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang.."

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

😌😌😌😋😋

2024-02-02

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

lanjutkan

2024-01-20

0

rajes salam lubis

rajes salam lubis

ini tuh yg mantap

2024-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!