Malam Yang Panjang

Perempuan cantik berbaju hitam itu segera memutar telapak tangan kanannya. Semburat cahaya hijau kehitaman bergulung-gulung melingkari lengan kanannya sebelum berkumpul menjadi satu di telapak tangan.

"Ajian Tapak Selaksa Racun??!!

Rupanya kau berhasil menguasai ilmu sesat itu, Durgandini. Tapi aku juga tidak akan kalah dengan mudah oleh ilmu kanuragan sesat mu", ujar Resi Wanakerta yang segera memusatkan tenaga dalam nya pada dua jari tangan kiri. Cahaya merah kuning memancar dari kedua jari tangan kiri orang tua itu yang segera di usapkan pada bilah keris berlekuk 9 di tangan kanannya. Seketika, keris pusaka itu memancarkan cahaya merah kekuningan yang menyilaukan mata.

Keduanya langsung melesat cepat layaknya terbang di atas pucuk pepohonan dengan berbekal ilmu kanuragan mereka masing-masing. Dewi Seribu Racun dengan tapak tangan kanan nya yang memancarkan cahaya hijau kehitaman dengan sekuat tenaga menghantamkan nya ke arah Resi Mpu Wanakerta. Sang kakek tua itu segera menyambut kedatangan serangan cepat lawan dengan keris pusaka yang memancarkan cahaya merah kekuningan.

Shhiuuuuttthh...

Blllaaammmmmmmm!!!

Keduanya langsung terpental ke arah yang berlawanan. Namun dengan keduanya menguasai diri dan berdiri di tempatnya. Nyi Durgandini mengusap sisa muntahan darah segar yang ada di sudut bibirnya sedangkan Resi Mpu Wanakerta nampak menotok beberapa jalan darah nya untuk menghentikan racun yang masuk ke dalam tubuh nya. Serangan Dewi Seribu Racun alias Nyi Durgandini keseluruhan memang mengandung racun keji.

Dua orang itu sebenarnya adalah bekas sepasang kekasih yang pernah begitu terkenal di dunia persilatan Tanah Jawadwipa sebagai Sepasang Camar Putih dari Lembah Kali Progo. Berada di dalam golongan pendekar putih, keduanya malang melintang di wilayah Kerajaan Panjalu wilayah tengah dan barat. Keduanya diakui sebagai penegak kebenaran yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran hingga nama mereka begitu harum di dunia persilatan Tanah Jawadwipa.

Namun semua itu berubah setelah keduanya berhasil mengalahkan pimpinan Perguruan Racun Kembang di wilayah Kadipaten Bojonegoro. Durgandini diam-diam mempelajari Kitab Seribu Racun Kembang yang mereka ambil dari pimpinan perguruan itu dan mulai melatih diri dengan segala jenis racun yang berhasil dia temukan. Saat bertarung melawan Setan Sesat Gunung Muria, mereka berdua nyaris saja celaka di tangan lelaki bertubuh gempal itu. Durgandini terpaksa mengeluarkan Ajian Tapak Selaksa Racun yang baru dia kuasai separuhnya saja. Namun itu sudah cukup untuk menghabisi nyawa Setan Sesat Gunung Muria.

Mpu Wanakerta langsung murka setelah tahu Durgandini istrinya mempelajari ilmu racun itu. Terang-terangan dia meminta Durgandini untuk menghapus ilmu sesat itu dari tubuhnya namun Durgandini menolaknya. Akibatnya sepasang suami istri itu segera bertarung dan Durgandini harus mengakui keunggulan suaminya. Dia terluka parah setelah beradu ilmu kesaktian dengan Mpu Wanakerta.

Karena tidak tega untuk membunuhnya, Mpu Wanakerta meninggalkan tempat pertarungan mereka. Membiarkan Durgandini sendirian tanpa ada yang membantu. Dia kemudian menghilang dari dunia persilatan.

Sementara itu, Durgandini ternyata masih mampu bertahan hidup. Lalu dengan semua ilmu kesaktian yang dia pelajari dari Kitab Seribu Racun Kembang, Durgandini menjelma menjadi sosok pendekar wanita yang memiliki kemampuan beladiri yang sangat tinggi. Hanya saja, entah karena pengaruh dari racun yang dia pelajari atau apa pun itu, sifat perempuan itu berubah keseluruhan. Jika sebelumnya dia adalah seorang wanita yang lemah lembut, kini dia berubah menjadi sosok pendekar yang kejam dan haus darah. Dia tak segan-segan untuk menghabisi nyawa lawannya dan menjadikannya sebagai seorang pendekar golongan hitam yang ditakuti.

Selain Ajian Tapak Selaksa Racun, Nyi Durgandini juga berhasil melatih ilmu Racun Awet Muda yang membuatnya tampil cantik layaknya gadis muda. Sebuah ilmu sesat yang mengharuskan pengguna nya untuk meminum racun binatang berbisa tiap setengah purnama sekali yang pada akhirnya si pengguna ilmu itu menjadi wanita paling beracun sejagat raya. Ini pula alasan kenapa Durgandini masih terlihat cantik seperti gadis muda padahal usianya sudah hampir 7 dasawarsa.

Satu warsa ini, Mpu Wanakerta muncul lagi di dunia persilatan. Ini karena adik seperguruan nya yang lain, Mpu Wahana dibunuh oleh Durgandini dan salah seorang murid Mpu Wahana mendatangi goa tempat pertapaan Mpu Wanakerta. Sang murid meminta bantuan kepada Mpu Wanakerta untuk membalas dendam kematian sang guru dan Mpu Wanakerta merasa bertanggungjawab terhadap semua kejahatan Durgandini hingga dia mau melakukannya.

Selama hampir dua purnama terakhir, Mpu Wanakerta terus mengumpulkan kabar keberadaan sang bekas istri. Tak mudah bagi nya untuk mencarinya karena perempuan cantik beracun itu tak memiliki kediaman yang pasti dan selalu berpindah tempat. Pertemuan mereka malam hari itu hanyalah suatu kebetulan saja, karena Mpu Wanakerta mendengar kemunculan Durgandini di wilayah Kadipaten Kembang Kuning hingga ia yang masih di Kalingga segera bergegas menuju ke wilayah selatan Kadipaten Kembang Kuning dan akhirnya bertemu dengan sosok wanita yang pernah menjadi bagian dari hidupnya.

Hihihihihihi..

"Wanakerta, saatnya kita untuk menyelesaikan hutang kebohongan yang harus kau bayar pada ku.

Setelah kematian mu, akan ku buat tulang mu menjadi gagang senjata yang sedang ku siapkan untuk mengalahkan seluruh pendekar di Tanah Jawadwipa!", tawa lirih namun menakutkan bagi siapa saja yang mendengarnya terdengar dari mulut Nyi Durgandini, sesaat sebelum cahaya hijau kemerahan tercipta di kedua telapak tangannya.

Bau yang tidak sedap dan sangat menusuk hidung mengiringi angin kencang berseliweran pada putaran cahaya hijau kemerahan di tangan Nyi Durgandini. Ini adalah ilmu kanuragan pamungkas yang menjadi milik Nyi Durgandini yang juga telah memakan banyak korban jiwa di dunia persilatan, Ajian Jagat Racun Api.

Resi Mpu Wanakerta langsung mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dia miliki karena tahu bahwa Durgandini akan melepaskan ilmu pamungkas nya hingga dia pun bersiap menyambutnya dengan ilmu kanuragan tingkat tinggi yang dia miliki, Ajian Setra Kala Dipa. Cahaya merah kehitaman yang memancarkan aura hitam seperti hawa kematian pekat seperti di neraka tercipta di kedua telapak tangan lelaki tua itu.

Durgandini menyeringai lebar sesaat sebelum dia melesat cepat kearah bekas suaminya itu dengan menghantamkan tangan kanannya ke arah Mpu Wanakerta yang langsung memapak hantaman itu dengan tangan kanan nya yang berwarna merah kehitaman.

Dhhhuuuaaaaarrrrrrrrr!!!

Gelombang kejut besar tercipta dari benturan dua ilmu kanuragan tingkat tinggi ini. Ledakan keras nya bahkan terdengar di seluruh wilayah Kota Pakuwon Dadapan. Durgandini mencelat jauh ke belakang. Wanita cantik berbaju hitam itu langsung muntah darah segar dan tubuhnya menghantamkan tanah dengan keras.

Mpu Wanakerta pun bernasib sama. Lelaki tua itu bahkan harus berguling-guling hingga beberapa kali setelah tubuhnya terlempar jauh ke belakang dan jatuh ke tanah pinggiran Kota Pakuwon Dadapan dengan keras. Racun yang masuk ke dalam tubuh nya benar-benar telah menghancurkan sebagian besar organ dalam tubuh nya.

Nyi Durgandini sempoyongan berdiri namun setelah melihat bekas suaminya itu masih belum juga bangkit dari tempat jatuhnya, dia tersenyum lebar.

"Oh Dewi Durga sang penguasa alam semesta, hari ini kau sungguh baik pada ku. Setelah sekian tahun akhirnya hari ini tiba juga..

Hihihihihihi, Wanakerta terimalah ajal mu dengan lapang dada!!", Nyi Durgandini langsung melesat cepat kearah Mpu Wanakerta yang masih duduk bersimpuh di tanah sambil memegangi dadanya yang sesak seperti ditimpa batu besar.

Saat tangan Nyi Durgandini hampir menyentuh kepala Mpu Wanakerta, Jaka Umbaran yang sedari tadi hanya diam menonton jalannya pertarungan antara mereka, memotong pergerakan Nyi Durgandini dengan tapak tangan kanan nya yang di lambari Ajian Guntur Saketi.

Nyi Durgandini kaget bukan kepalang dan langsung merubah serangannya dengan memapak hantaman tangan Jaka Umbaran.

Blllaaammmmmmmm..!!!

Jaka Umbaran tersurut mundur hampir 3 tombak jauhnya sedangkan Nyi Durgandini terpelanting ke belakang dan menyusruk tanah. Beberapa bagian bajunya robek sementara kulit tubuhnya terlihat mengalami luka parut yang parah.

"Setan keparat!!

Kenapa kau ikut campur dalam urusan ku ha?", bentak Nyi Durgandini sembari bangkit dari tempat jatuhnya. Luka dalam yang dia derita semakin parah setelah adu ilmu kanuragan dengan Jaka Umbaran baru saja.

"Membunuh lawan yang sudah tidak berdaya, bukanlah watak seorang pendekar Nisanak.

Sudah cukup pertarungan kalian, jangan di teruskan lagi", ucap Jaka Umbaran sembari perlahan berdiri tegak dengan tubuh yang segar bugar. Sepertinya dia tidak terpengaruh sama sekali dengan hawa ajian beracun yang baru saja berbenturan dengan ilmu kesaktiannya. Ini membuat Nyi Durgandini si Dewi Seribu Racun segera sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan lawan tangguh.

'Brengsek, bocah tengik ini rupanya memiliki kemampuan beladiri yang tinggi. Aku sudah luka parah setelah bertarung dengan Wanakerta, kalau sampai nekat bertarung melawan nya, aku pasti mati konyol. Aku harus kabur dari tempat ini', batin Durgandini.

Perlahan Nyi Durgandini memasukkan jemari tangannya ke kantong baju nya. Setelah itu, empat jemari tangannya menjepit 4 paku sebesar lidi yang berwarna hijau kehitaman pertanda mengandung semacam racun keji.

Dengan cepat, Nyi Durgandini segera mengibaskan tangan kanannya ke arah Jaka Umbaran.

Shhhrriinggg shhhrriinggg shhhrriinggg!

Serangan cepat senjata rahasia itu dengan sigap di hindari oleh Jaka Umbaran namun saat ia menoleh ke arah Nyi Durgandini, perempuan cantik berbaju hitam itu telah menghilang dari tempatnya berdiri.

"Bocah keparat! Urusan kita cukup sampai disini. Lain kali jika kita bertemu lagi, aku pasti akan mengambil nyawa mu..", sayup-sayup suara Nyi Durgandini terdengar dari kejauhan.

Setelah Nyi Durgandini berhasil kabur dari tempat itu, Jaka Umbaran segera menoleh ke arah Mpu Wanakerta yang masih duduk bersimpuh tak berdaya di tanah. Hidung dan mulutnya terlihat mengeluarkan darah kehitaman sebagai tanda bahwa dia keracunan.

Jaka Umbaran hendak bergerak menolong orang tua itu namun ia segera dicegah oleh Mpu Wanakerta.

"Percuma saja pendekar muda..

Racun nya sudah menyebar ke jantung ku. Jadi aku tidak bisa tertolong lagi. Uhukkk uhukkk uhukkk...

Sebelum aku mati, aku mohon bantuan mu untuk mencari keberadaan murid adik seperguruan ku yang bernama Prabhaswara di Paguhan", Mpu Wanakerta merogoh balik bajunya dan mengeluarkan sebuah kantong kain hitam lalu menyerahkannya kepada Jaka Umbaran.

"Tolong berikan ini kepadanya. Katakan padanya bahwa dia adalah putra Adipati Paguhan yang sesungguhnya", imbuh Resi Mpu Wanakerta. Jaka Umbaran segera menerima uluran tangan orang tua itu. Setelah memberikan benda yang selama ini selalu dibawanya, tangan Resi Mpu Wanakerta langsung terkulai. Dia tewas dengan duduk bersimpuh.

Jaka Umbaran menghela nafas panjang melihat itu semua. Dia kemudian memeriksa denyut nadi di leher sang lelaki tua untuk memastikan kematiannya. Begitu yakin bahwa orang itu sudah mati, Jaka Umbaran segera memasukkan kantong kain hitam itu ke balik bajunya. Lalu dengan sekali hentak, tangannya menghantam tanah di sampingnya.

Blllaaaaaarrr!!

Lobang sebesar kerbau sedalam satu depa tercipta di tanah. Jaka Umbaran kemudian membopong mayat Resi Mpu Wanakerta dan meletakkannya di dalam lobang tanah itu. Setelah itu, Jaka Umbaran segera mengumpulkan sisa tanah dan mengubur mayat Mpu Wanakerta. Terakhir dia menancapkan sebuah batu kali sebesar paha pada ujung kuburan itu sebelum bangkit.

"Beristirahatlah dengan tenang, Kakek tua. Aku berjanji akan melakukan apa yang kau minta", setelah berkata demikian, Jaka Umbaran melesat cepat kearah kediaman Nyi Manik Inten karena langit timur telah menjadi terang sebagai pertanda bahwa pagi akan segera tiba.

Begitu sampai di rumah Nyi Manik Inten, Jaka Umbaran segera merebahkan tubuh di dipan kayu serambi rumah dan memejamkan matanya untuk beristirahat.

"Heh kebo, bangun.. Ini sudah siang, kau tidak mau sarapan?", samar-samar Jaka Umbaran mendengar suara seorang perempuan yang sangat dia kenali. Perlahan dia membuka matanya dan melihat ke sekeliling. Terlihat Niluh Wuni sedang berdiri di samping nya.

"Aku baru saja tidur, kenapa kau bangunkan aku? Ini masih pagi..", ucap Jaka Umbaran segera.

"Hah pagi?! Pagi kepala mu..

Lihat itu matahari sudah sepenggal naik ke atas langit. Jadi tidak kita ke Perguruan Bukit Katong?", mendengar ocehan Niluh Wuni, Jaka Umbaran segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat istirahat nya dan benar saja, cuaca sedang panas-panasnya di tempat itu. Dia segera mengucek matanya sambil menguap lebar beberapa kali.

"Sudah siang begini masih saja ngantuk, memangnya semalam kau tidak tidur? Atau jangan-jangan semalam kau dengan janda cantik itu....", belum sempat Niluh Wuni menyelesaikan omongannya, jidatnya sudah lebih dulu di toyor oleh Jaka Umbaran.

"Hapus pikiran kotor mu itu, hei perempuan..

Aku tidak sebejat itu..", ucap Jaka Umbaran sembari melangkah meninggalkan serambi kediaman Nyi Manik Inten menuju ke arah gentong air di dekat tangga. Segera dia mencuci muka untuk menyegarkan kembali tubuhnya. Niluh Wuni tersenyum tipis mendengar jawaban sang pendekar muda.

Pagi itu setelah sarapan, Ki Suradipa dan Jaka Umbaran bersama dengan Niluh Wuni dan Sekar Kantil berpamitan pada Nyi Manik Inten alias Nyi Rondo Dadapan. Perempuan cantik itu terlihat gugup saat membalas omongan pamit Jaka Umbaran. Kini dalam rombongan itu bertambah lagi dengan ikutnya Nimas Citrawati dan Ajeng Ratih beserta 3 orang pengawal pribadi nya. Tujuan mereka semua terletak setengah hari perjalanan dengan berkuda dari Pakuwon Dadapan di arah barat daya. Semuanya langsung melompat ke atas kuda mereka masing-masing dan bergerak cepat menuju ke salah satu perguruan silat terbesar yang menempati urutan ke empat di tanah Jawa,

Perguruan Bukit Katong.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

klu cm minum racun sih msh gpp, kirain minum darah perawan wkwkkkk.... 😁

2023-12-02

2

dewi habeahan

dewi habeahan

Landung teman sigendut mana

2023-08-21

1

Kang_Wah_Yoe

Kang_Wah_Yoe

jadi penasaran demung gumbreg wes jadi apa saiki kang❓

2023-07-13

0

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!