Ajian Lebur Saketi

Sendang Inten sebuah kolam kecil berpagar pepohonan besar yang terletak di kaki Gunung Lawu. Meskipun terlihat seperti telaga kecil biasa, namun ada sesuatu yang berbeda bagi para pendekar yang mengerti ilmu kebatinan tingkat tinggi. Di tempat itu, sejak jaman awal peradaban, di percaya oleh para warga masyarakat di sekitarnya sebagai tempat berkumpulnya kekuatan ghaib yang ada di Gunung Lawu.

Kedatangan Jaka Umbaran ke telaga kecil itu sontak membuat sepasang makhluk tak kasat mata yang telah ratusan tahun menghuni sebatang pohon beringin besar yang ada di dekat tempat itu terpancing emosi. Keduanya adalah Pancer dan Suketi, sepasang siluman yang memiliki wujud aneh. Pancer berwujud manusia tinggi besar dengan kulit merah yang menakutkan, sedangkan Suketi berwujud seorang perempuan kecil berkulit sawo matang yang tingginya hanya seketiak suaminya. Keduanya sering muncul di alam nyata sebagai sepasang kera yang terlihat bermain di pohon beringin besar ini.

"Apa mau manusia itu Kakang Pancer? Kenapa dia berendam di Sendang Inten?", ujar Suketi sembari menunjuk ke arah Jaka Umbaran yang sedang duduk bersila di tengah Sendang Inten. Tubuh pemuda tampan itu separuh tenggelam di dalam telaga kecil nan jernih ini.

"Sepertinya dia mau bertapa, Nini Suketi..

Sudah biarkan saja, paling-paling cuma kuat dua hari sudah menyerah. Manusia tidak akan sanggup bertahan begitu lama dalam air Sendang Inten apalagi dengan udara Gunung Lawu yang begini dingin", ucap Pancer sembari melompat ke arah cabang pohon besar yang ada di dekatnya. Suketi sekilas melihat Jaka Umbaran sebelum dia mengikuti langkah sang suami untuk kembali ke sarangnya.

Sore berlalu begitu saja. Udara panas di sekitar Gunung Lawu seketika berganti dengan dingin yang menggigit. Apalagi kala malam mulai menyelimuti seluruh tempat itu.

Jaka Umbaran yang sedang duduk bersila di dalam Sendang Inten, harus mati-matian menahan rasa dingin yang menyerang tubuhnya. Menjelang pagi hari, suhu udara di sekitar tempat itu menurun drastis hingga terasa semakin menyiksa tubuh pemuda tampan itu.

Akhirnya matahari pagi muncul juga di ufuk timur. Cahaya jingga kemerahan perlahan tapi pasti mulai membuat seisi jagat raya terlihat indah bersama terusir nya sang malam yang dingin mencengkeram bumi. Cericit burung berkicau di ranting pohon beringin besar di sisi timur Sendang Inten, semakin menambah suasana indah di pagi hari itu.

Suketi dalam wujud monyet kecil itu sekilas melihat ke arah Jaka Umbaran yang masih tetap duduk bertapa di dalam Sendang Inten.

'Ah paling besok dia sudah tidak kuat. Abaikan saja lah', batin siluman betina itu sambil melompat meninggalkan tempat tinggalnya, melompat dari satu dahan ke dahan pohon besar lainnya untuk mencari makanan di rimbunnya hutan kaki Gunung Lawu.

Hari berganti dengan cepat. Tak terasa sudah 2 pekan berlalu sejak Jaka Umbaran mulai bertapa di Sendang Inten. Tubuhnya telah terbiasa dengan panas yang menyengat pada siang hari dan dingin yang menusuk tulang di malam hari dalam keadaan berendam di telaga kecil ini. Suketi mulai tertarik untuk mencoba mendekati Jaka Umbaran. Sesekali ia berjalan mendekati Sendang Inten karena ingin mengganggu tapa brata Jaka Umbaran namun dia tidak berani untuk menyentuhnya langsung. Beberapa kali ia melempari batu kerikil kecil pada tubuh manusia itu untuk mengganggu nya namun sedikitpun Jaka Umbaran tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya semula.

Menjelang satu purnama, gangguan yang diterima dari Suketi semakin bertambah. Dia semakin berani untuk langsung mengacau di Sendang Inten. Bukan Suketi saja yang melakukannya, bahkan suaminya Pancer semakin sering ikut-ikutan membuat ulah. Tapa brata Jaka Umbaran memang mengganggu kehidupan para siluman di sekitar Gunung Lawu.

Semakin lama Jaka Umbaran bertapa, semakin banyak siluman yang berdatangan ke Sendang Inten karena merasa gerah dengan aura panas yang keluar dari tubuh manusia yang bertapa di telaga kecil ini. Tak hanya Suketi dan Pancer, puluhan siluman seperti siluman ular, siluman kijang, siluman musang, siluman kelinci hingga siluman kelabang mendatangi Sendang Inten agar tapa brata Jaka Umbaran segera berakhir. Suara suara aneh seperti orang minta tolong, anak kecil yang sedang menangis hingga tawa terbahak-bahak terdengar di telinga Jaka Umbaran namun sang pemuda tampan itu tak juga terpengaruh oleh semua itu.

Pada hari ketiga puluh sembilan pertapaan Jaka Umbaran, beberapa siluman yang tidak dapat menahan diri lagi karena semakin panasnya udara di sekitar Sendang Inten akhirnya bersepakat untuk mengganggu tapa brata Jaka Umbaran secara langsung.

"Kita tidak boleh bersabar lagi dengan orang ini. Kita harus segera mengusirnya keluar dari tempat pertapaan nya agar tempat tinggal kita kembali seperti semula", ujar siluman kalajengking sembari menunjuk ke arah Jaka Umbaran di dalam Sendang Inten.

"Aku setuju dengan pendapat mu, Kala..

Biar aku dulu yang mencoba untuk membangunkan tapa brata nya", ucap siluman gagak sembari melesat cepat kearah Jaka Umbaran yang tetap tak bergeming sedikitpun dari tempatnya bertapa.

Siluman gagak ini segera mengayunkan cakarnya ke arah Jaka Umbaran.

Shhhrrrraaaaaakkkkkkh!!

Namun saat cakar tangan siluman gagak menyentuhnya, seketika itu juga dia terpental jauh ke belakang dan nyaris menimpa kawannya sendiri. Jemari cakarnya putus seperti terbakar dan putus sebuah.

Melihat itu, kawannya yang lain, siluman elang dan siluman kalajengking langsung melesat maju bersamaan ke arah Jaka Umbaran. Siluman kalajengking bersenjatakan capit besar dan siluman elang mengandalkan sepasang cakar tangan nya mengayunkan senjata andalannya ke arah sang murid Maharesi Siwamurti ini.

Chhrraaaaakkkkkkk....

Shhhrrrraaaaaakkkkkkh!!!!

Aaaarrrgggggghhhhh.... !!!!

Kedua siluman itu menjerit keras saat serangan mereka menyentuh kulit sang pemuda tampan yang sedang bertapa di dalam Sendang Inten ini. Keduanya mental dan mencelat jauh ke belakang. Dua siluman itu meraung kesakitan karena senjata mereka yang merupakan bagian dari tubuh mereka gosong seperti terbakar api. Daya linuwih yang tercipta dari pertapaan Jaka Umbaran membuat tubuhnya seperti memiliki pelindung gaib yang tak terlihat, yang tak mampu di tembus oleh para siluman.

Para siluman terus bergantian mengganggu tapa brata Jaka Umbaran termasuk Suketi dan Pancer suaminya. Namun semua usaha para siluman Gunung Lawu ini sia-sia belaka karena tak satupun dari mereka ada yang mampu mengacaukan tapa brata murid Maharesi Siwamurti ini.

Pagi menjelang tiba di kawasan Gunung Lawu dan sekitarnya. Cahaya mentari pagi indah bersinar di ufuk timur, perlahan mengusir embun yang ada di pucuk-pucuk daun. Semilir angin dingin yang berdesir dari arah selatan membuat suasana dingin semakin terasa di Pertapaan Watu Bolong.

Pagi itu, selepas melakukan puja bakti pada Sang Hyang Akarya Jagat, Maharesi Siwamurti beringsut dari sanggar pamujan nya setelah menaburkan bebungaan dan kemenyan pada anglo tanah liat sehingga asap putih berbau harum menyebar ke sekeliling Pertapaan Watu Bolong.

Sembari menapaki tangga turun dari batu berwarna hitam, Maharesi Siwamurti menggerakkan jemari tangannya. Dia terlihat seperti sedang menghitung sesuatu. Tiba-tiba hitungan nya berhenti dan dia tersenyum simpul.

"Sudah 40 hari rupanya..

Hehehehe, sudah waktunya bagi ku untuk membangunkan tapa brata Jaka Umbaran murid ku..", ucap Maharesi Siwamurti lirih. Setelah itu, sang pertapa tua itu segera melesat cepat bagaikan terbang di atas pucuk pohon yang tumbuh di lereng Gunung Lawu ini ke arah Utara.

Hanya dalam waktu singkat saja, Maharesi Siwamurti sampai di Sendang Inten. Kedatangan pertapa tua itu segera membuat para siluman yang mengerubungi Sendang Inten semburat kabur menyelamatkan diri. Tentu saja mereka semua tidak ada yang berani untuk menantang pertapa tua ini karena dia memiliki sebuah ajian yang bisa membuat siluman terbunuh dengan sekali serang.

Begitu sampai di tepi Sendang Inten, Maharesi Siwamurti terus berjalan tanpa mempedulikan para siluman yang mengintip dari kejauhan. Ajaibnya, Maharesi Siwamurti menapakkan permukaan air telaga kecil ini seperti berjalan di daratan saja. Bahkan kakinya pun tak basah sama sekali.

Maharesi Siwamurti segera berhenti tepat di depan tempat Jaka Umbaran bertapa.

"Ngger Cah Bagus Jaka Umbaran..

Bangunlah dari tapa brata mu Ngger, kewajiban mu sudah selesai..", ucap Maharesi Siwamurti dengan suara berat nan berwibawa.

Mendengar suara itu, Jaka Umbaran perlahan mulai membuka matanya. Begitu melihat kedatangan Maharesi Siwamurti, dia tersenyum tipis dari bibirnya yang pucat. Lalu dengan sigap, dia bangkit dan menghormat pada sang guru.

"Sembah bakti saya Guru", ucap Jaka Umbaran segera.

"Hehehehe benar-benar murid berbakti..

Sekarang kau ikut aku untuk menerima apa yang sudah ku janjikan kepada mu 40 hari yang lalu..", usai berkata demikian, Maharesi Siwamurti segera menarik tangan kiri Jaka Umbaran dan membawanya terbang ke arah puncak Gunung Lawu.

Suketi dan Pancer suaminya segera mengikuti langkah sang pertapa. Keduanya segera melesat cepat mengejar arah perginya Maharesi Siwamurti dan Jaka Umbaran.

Di salah satu puncak Gunung Lawu, tepatnya di salah satu wilayah yang disebut dengan nama Repat Kepanasan atau juga bisa disebut sebagai Cakrasurya, Maharesi Siwamurti menghentikan langkahnya. Tepatnya di salah satu ujung tebing batu dekat jurang yang dalam, Maharesi Siwamurti meminta Jaka Umbaran untuk duduk disana.

"Umbaran, hari ini aku akan menurunkan Ajian Lebur Saketi sebagai pelengkap Ajian Guntur Saketi. Jika Guntur Saketi kau gunakan untuk melindungi diri dari manusia, maka Lebur Saketi kau pakai untuk menghadapi bangsa siluman.

Bijaksana lah Ngger Cah Bagus dalam menggunakannya", ujar Maharesi Siwamurti sembari tersenyum tipis.

"Murid patuh kepada semua perintah guru", ujar Jaka Umbaran sembari menghormat pada sang guru.

Mendengar jawaban itu, Maharesi Siwamurti tersenyum lebar. Perlahan dia memindahkan tasbih biji genitri berwarna kecoklatan yang selalu berada di tangan kanannya ke tangan kiri. Sementara mulut pertapa sepuh berjenggot putih panjang itu komat-kamit membaca mantra. Di telapak tangan kanan nya memancarkan cahaya biru kekuningan yang cukup menyilaukan mata.

"Kosongkan seluruh pikiran mu, Ngger Cah Bagus. Buka 9 lubang tubuh mu dan biarkan hawa kehidupan alam semesta merasuk kedalam nya..", perintah Maharesi Siwamurti segera. Jaka Umbaran segera melakukan perintah dari gurunya.

Sembari terus menerus membaca mantra, tangan kanan Maharesi Siwamurti segera diletakkan pada ubun-ubun kepala Jaka Umbaran. Seketika cahaya biru kekuningan itu menyebar ke seluruh bagian tubuh pemuda tampan ini. Tubuh Jaka Umbaran bergetar hebat dan keringat dingin mulai mengucur deras dari setiap pori-pori kulit.

Setelah Ajian Lebur Saketi bersatu dengan tubuh Jaka Umbaran, Maharesi Siwamurti melepaskan tangannya dari ubun-ubun kepala pemuda ini. Jaka Umbaran langsung menghela nafas lega karena hawa panas yang dirasakan oleh setiap bagian tubuh nya berangsur menghilang. Namun pemuda itu segera memejamkan mata untuk menata jalan nafas dan aliran darah nya.

Di saat yang bersamaan, Suketi dan Pancer sepasang siluman kera yang mengikuti mereka sampai di tempat itu. Ini tak lepas dari pengamatan Maharesi Siwamurti. Pertapa tua itu segera tersenyum penuh arti.

"Umbaran, buka mata mu.. Dan lihat lah, di alam nyata ini ada beberapa makhluk tak kasat mata.

Coba kamu temukan mereka..", ucap Maharesi Siwamurti segera. Jaka Umbaran dengan patuh membuka mata. Pupil matanya seketika mengeluarkan cahaya kuning keemasan. Segera dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu dan menemukan Suketi dan Pancer sedang mengawasi mereka berdua dalam wujud monyet.

"Guru, dua ekor monyet itu...", Jaka Umbaran menoleh ke arah Maharesi Siwamurti dan pertapa tua itu segera tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Kau bisa menguji kemampuan Ajian Lebur Saketi pada mereka", mendengar jawaban itu, Jaka Umbaran segera menghormat pada gurunya sebelum melesat cepat kearah Suketi dan Pancer. Dua siluman kera ini terkejut bukan main melihat kedatangan Jaka Umbaran.

"Kenapa kalian berdua mengikuti ku kemari?", tanya Jaka Umbaran segera.

"Ka-kakang Pancer..

Di-dia bisa melihat wujud kita yang sebenarnya", Suketi gagap berbicara saking gugupnya.

"Huhhhhh, memangnya kenapa kalau dia bisa melihat wujud kita Suketi?

Aku sudah tidak tahan lagi untuk menghajar manusia busuk ini..", ujar Pancer sembari melesat cepat kearah Jaka Umbaran. Tubuhnya seketika berubah menjadi sesosok makhluk tinggi besar dengan kulit kemerahan dengan wajah menyeramkan. Sembari menggeram keras, Pancer menghantamkan tangan kanannya ke arah Jaka Umbaran.

Hoooaaarrrrrrggggghhhhh!!!

Whhhuuuggghhhh!!!

Jaka Umbaran segera berkelit menghindari hantaman Pancer. Pemuda tampan itu segera memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan keras pinggang Pancer.

Bhhhuuuuuuggggh!!

Pancer hanya menyeringai lebar sembari menoleh ke arah Jaka Umbaran karena tendangan keras dari sang pemuda tampan itu sama sekali tidak terasa apa-apa baginya.

"Hanya itu saja kemampuan mu? Kau akan segera mati!!", teriak Pancer semakin beringas menerjang ke arah Jaka Umbaran. Pertarungan sengit antara mereka berlangsung seru di Repat Kepanasan.

Setelah beberapa jurus berlalu dan Jaka Umbaran masih belum bisa menjatuhkan Pancer, pemuda tampan itu segera melompat mundur ke belakang. Mulutnya komat-kamit merapal mantra Ajian Lebur Saketi. Dia ingin menjajal kemampuan ajian kanuragan yang baru saja diterimanya.

Dengan tapak tangan kanan yang memancarkan cahaya biru kekuningan, Jaka Umbaran menerjang maju ke arah Pancer. Awalnya Pancer begitu percaya diri menghadapi Jaka Umbaran namun teriakan keras Suketi langsung menyadarkan siluman kera ini.

"Awas Kakang, i-itu Ajian Lebur Saketi!!!"

Muka Pancer pucat seketika saat tapak tangan kanan Jaka Umbaran menghantam dada nya.

Blllaaammmmmmmm...

AAAARRRGGGGGGHHHHH!!!

Pancer meraung keras saat itu juga. Tubuhnya yang besar sekali terlempar jauh ke belakang dan menghantam batu besar di tebing Repat Kepanasan. Seketika wujudnya berubah menjadi seekor monyet kecil yang kemudian berubah lagi menjadi sebuah cincin dengan permata merah. Di dalam permata merah ini ada wujud seekor monyet kecil yang sedang tidur bergelung.

Jaka Umbaran segera melesat cepat mendekati cincin itu. Ia pun segera memungut nya sembari memperhatikan cincin bermata permata merah ini. Maharesi Siwamurti segera mendekati Jaka Umbaran yang sedang menimang cincin itu.

"Jagad Dewa Batara..

Ini adalah takdir, Ngger Cah Bagus", ucap Maharesi Siwamurti sembari tersenyum simpul. Jaka Umbaran yang tidak mengerti apa maksud omongan gurunya segera bertanya,

"Apa maksud omongan Guru??"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

😉😉😉😉

2024-02-01

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

mantap

2024-01-11

0

Roni Sakroni

Roni Sakroni

lanjutkan thor

2024-01-01

2

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!