Pakuwon Gemolong

Suara teriakan keras saudagar perempuan kaya raya itu seketika menyadarkan semua penumpang kapal penyeberangan. Mereka betul-betul lupa bahwa mereka kini diatas perahu dan tak ada satupun orang yang mengendalikan perahu besar itu di arus Sungai Wulayu yang deras.

Keenam orang centeng saudagar perempuan kaya raya yang dikenal sebagai Nyi Manik Inten atau yang biasa disebut dengan sebutan Nyi Rondo Dadapan itu langsung melompat ke arah samping kiri kanan kapal dan menyambar dayung perahu penyeberangan yang ditinggal kabur oleh para anak buah kapal.

Dengan sepenuh tenaga, mereka mencoba untuk mendayung perahu penyeberangan ini agar tidak semakin jauh terseret arus sungai. Namun beban berat badan perahu penyeberangan yang besar tak mampu mereka kalahkan. Perahu penyeberangan terus bergerak terseret arus sungai meskipun sedikit melambat.

Melihat itu, semua penumpang kapal penyeberangan tak terkecuali Ki Suradipa, Niluh Wuni dan Sekar Kantil berusaha membantu dengan beberapa dayung perahu yang masih tersisa namun itu masih juga belum membantu sepenuhnya. Para perempuan menjerit ketakutan sedangkan beberapa lelaki tua yang ada di tempat itu mulai berkomat-kamit membaca doa agar selamat dari maut.

Di tengah kekalutan yang melanda seluruh penumpang kapal, Jaka Umbaran terlihat celingukan mencari sesuatu. Saat menemukan sebatang bambu di tepi sungai. Sekali hentak, tubuh Jaka Umbaran melenting tinggi ke udara. Dia dengan mudah menyeberangi Sungai Wulayu. Semua orang terkejut dan mengira bahwa dia tidak mempedulikan nasib para penumpang kapal penyeberangan yang lain namun nyatanya mereka salah.

Begitu sampai di tepi sungai Wulayu, Jaka Umbaran segera menyambar batang pohon bambu itu dan menggunakan nya untuk melompat kembali ke perahu penyeberangan.

Whhhuuuggghhhh..

Jlleeeegggg!!

Perahu penyeberangan langsung bergoyang sedikit namun tetap bergerak terseret arus. Dengan menggunakan batang pohon bambu panjang sebesar betis orang dewasa ini, Jaka Umbaran segera menusukkan nya ke dasar sungai yang berbatu. Perahu penyeberangan yang terseret arus Sungai Wulayu ini langsung berhenti seketika.

Semua orang terkejut bukan main melihat tenaga yang dimiliki oleh pendekar muda ini tak terkecuali Nyi Manik Inten. Manik mata Jaka Umbaran memancarkan cahaya kuning keemasan saat pemuda tampan itu langsung menekan batang bambu hingga perahu penyeberangan ini langsung melesat cepat melawan arus Sungai Wulayu yang sedang deras. Ini benar-benar kejutan besar untuk setiap penumpang yang putus asa dengan nasib mereka.

Memang, Jaka Umbaran memiliki Ajian Bandung Bondowoso yang membuat nya memiliki tenaga besar luar biasa. Selain tenaga dalam dan tenaga kasar yang begitu besar, Ajian ini juga mampu membuat tubuh pemakainya menjadi kebal terhadap senjata dan ilmu kanuragan.

'Siapa pemuda ini? Kenapa dia sanggup untuk mendorong perahu penyeberangan yang besar ini sedangkan puluhan orang saja tak mampu melakukan nya?

Hemmmmmmm, pemuda ini sungguh menarik', batin Nyi Manik Inten alias Nyi Rondo Dadapan sembari melirik ke arah dada bidang Jaka Umbaran yang terbuka dan berkeringat. Janda cantik ini langsung mengulum senyumnya karena sedang berpikir yang tidak-tidak.

Tiga kali hentakan keras bambu itu, perahu penyeberangan yang telah terseret arus Sungai Wulayu hampir dua ratus depa telah kembali ke jalur penyeberangan yang semestinya.

Perlahan perahu penyeberangan ini menepi di dermaga penyeberangan seberang sungai. Enam centeng Nyi Rondo Dadapan segera melompat ke dermaga dan mengikat tali tambang besar ke tiang pancang dermaga agar perahu penyeberangan itu tak bergeser dari tempatnya. Semua penumpang kapal penyeberangan itu langsung menarik nafas lega.

Satu persatu penumpang mulai naik ke dermaga penyeberangan sambil membawa barang bawaan mereka namun mereka tidak meninggalkan tempat itu dan berkumpul bersama menunggu kedatangan Jaka Umbaran yang naik paling akhir.

"Terimakasih banyak atas bantuannya Pendekar..

Tanpa bantuan mu, kami tidak tahu lagi bagaimana nasib kami selanjutnya", ujar seorang penumpang tua yang sempat ketakutan setengah mati tadi.

"Benar itu Pendekar..

Kau memang punya tenaga yang besar. Sanggup mendorong perahu penyeberangan besar ini melawan arus sungai. Aku salut pada mu", ucap centeng Nyi Rondo Dadapan sembari membungkuk hormat kepada Jaka Umbaran.

"Hanya sebuah bantuan kecil...

Tak perlu bersikap seperti itu. Sesama manusia wajib tolong menolong", balas Jaka Umbaran dengan santainya. Dia melenggang pergi sembari menuntun kudanya dan bersiap untuk berangkat.

Tiba tiba Nyi Manik Inten alias Nyi Rondo Dadapan segera berlari mencegat rombongan Jaka Umbaran dan kawan-kawan nya.

"Tunggu sebentar Pendekar.."

Jaka Umbaran yang hendak naik ke atas kuda nya seketika membatalkan niatnya dan menoleh ke arah Nyi Manik Inten alias Nyi Rondo Dadapan.

"Ada apa Nisanak? Kenapa kau tiba-tiba mengganggu perjalanan ku?", tanya Jaka Umbaran segera.

"Kepala pengawal ku sudah mati terbunuh oleh begal itu. Aku ingin menyewa mu untuk mengawal ku sampai di Pakuwon Dadapan. Kalau kau bersedia, aku akan membayar mu 100 kepeng perak", jawab Nyi Rondo Dadapan sembari mengeluarkan sekantong kepeng perak dari balik bajunya.

Sekar Kantil yang mata duitan langsung menyikut pelan pinggang Jaka Umbaran sambil berbisik lirih.

"Terima saja. Lumayan buat bekal di perjalanan. Hidup ini butuh uang", Sekar Kantil tersenyum setelah berkata demikian.

"Tidak mau!!

Aku tidak mau jadi pengawal pribadi seorang wanita bangsawan. Lebih baik kau cari saja orang lain yang bersedia", balas Jaka Umbaran dengan cueknya. Sekar Kantil langsung melotot lebar saat mendengar jawaban itu.

"Kau ini hihh..."

"Kantil, sudahlah. Jangan ganggu Umbaran. Kita harus segera berangkat", tukas Ki Suradipa yang membuat Sekar Kantil hanya bisa mendengus dingin.

"Apa kurang? Aku tambahi jadi 200 kepeng perak. Bagaimana pendekar? Kau bersedia bukan?", pinta Nyi Rondo Dadapan dengan pandangan mata penuh harap.

"Nah kalau segitu, aku bersedia. Serahkan dulu uang nya dan kita berangkat sekarang juga", jawab Jaka Umbaran sambil tersenyum tipis. Nyi Rondo Dadapan segera mengulurkan dua kantong kain hitam berisi 200 kepeng perak pada Jaka Umbaran dan segera menuju ke arah para centeng dan anak buah nya agar mereka segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

Sekar Kantil langsung mendekati Jaka Umbaran sambil menatap wajah tampan pemuda itu.

"Wah tak ku sangka kalau kau lebih licik dari ku. Kau berhasil menaikkan harga jasa pengawalan dengan cepat. Kau hebat", puji Sekar Kantil.

"Ini bukan licik tapi pintar. Pengawalan barang itu sangat beresiko. Setiap saat pasti akan ada banyak begal maupun perampok yang mengincar. Kalau mau di bayar dengan harga rendah, itu sama saja dengan dia meremehkan kemampuan kita untuk mengawal mereka.

Kau harus banyak belajar tentang kesabaran dalam berdagang", ucap Jaka Umbaran sembari tersenyum penuh kemenangan. Sekar Kantil langsung menggaruk kepalanya karena heran dengan sikap Jaka Umbaran.

'Sejak kapan dia tahu ilmu perdagangan? Bukankah dia baru turun gunung belum genap satu pekan? Ah entahlah..'

Kini rombongan Jaka Umbaran bergabung dengan rombongan pedagang Nyi Manik Inten alias Nyi Rondo Dadapan. Mereka meninggalkan dermaga penyeberangan itu setelah persiapan perjalanan mereka rampung.

Dari tepi Sungai Wulayu, mereka bergerak menuju ke arah barat tepatnya menuju ke Pakuwon Dadapan yang masuk dalam wilayah Kadipaten Kembang Kuning. Melewati beberapa wanua kecil di sepanjang perjalanan, mereka nyaris tak menemui hambatan yang berarti.

Menjelang senja, rombongan itu memasuki wilayah Pakuwon Gemolong. Kota kecil yang indah dengan hijau nya pemandangan alam dan persawahan yang terbentang luas.

"Kita menginap di sini saja. Aku punya kenalan sesama pedagang. Kita bermalam di rumah nya", perintah Nyi Rondo Dadapan pada kusir kereta kuda yang sedang mengatur pergerakan kuda penarik kereta.

Setelah beberapa saat lamanya waktu berjalan, rombongan itu berhenti di depanku sebuah rumah besar dengan halaman luas. Ada dua centeng bertubuh tinggi besar terlihat menjaga gapura rumah besar itu.

Nyi Manik Inten segera turun dari kereta kuda nya di bantu oleh pelayan wanita setia nya. Mereka berdua segera mendekati dua centeng bertubuh tinggi besar itu. Setelah bicara sebentar, salah seorang diantara mereka mengantar Nyi Manik Inten masuk ke dalam pelataran rumah besar itu.

Sebelum melangkah masuk, Nyi Rondo Dadapan segera menoleh ke arah Jaka Umbaran yang masih duduk dengan gagah di atas kuda tunggangannya.

"Pendekar Umbaran,

Tolong temani aku masuk ke dalam", ujar Nyi Rondo Dadapan sembari tersenyum tipis. Jaka Umbaran segera mengangguk mengerti. Pemuda tampan bertubuh tegap dan gagah ini segera melompat turun dari atas kudanya. Tak suka melihat senyum di wajah cantik Nyi Rondo Dadapan, Niluh Wuni pun ikut melompat turun dari kuda.

"Aku ikut dengan mu Kakang", ucap Niluh Wuni yang segera mengejar langkah kaki Jaka Umbaran dan Nyi Rondo Dadapan. Di temani oleh seorang pelayan setia nya, Nyi Rondo Dadapan masuk ke dalam kediaman keluarga teman sesama pedagang nya itu.

Seorang lelaki paruh baya berjanggut hitam dan memakai pakaian seperti seorang dukun dengan kain hitam menutupi seluruh tubuhnya juga lengkap dengan ikat kepala hitam sedang duduk bersila dengan mulut komat-kamit merapal mantra saat Nyi Rondo Dadapan dan para pengawalnya datang. Di depannya sebuah anglo tanah liat terlihat mengepulkan asap putih berbau harum kemenyan. Di samping anglo tanah liat itu, terdapat ubo rampe sesajen seperti kembang setaman, seekor ayam panggang, beberapa butir telur ayam kampung, sirih pinang dan beberapa barang lainnya yang menjadi pelengkap sesaji.

Di hadapannya, seorang gadis cantik terlihat meronta dalam ikatan kuat pada beberapa pohon randu yang masih basah. Gadis cantik itu sudah tidak karu-karuan dandanannya, rambutnya awut awutan tak rapi bahkan terlihat seram sedangkan lingkar luar matanya menghitam seperti orang yang kurang tidur.

Sedangkan seorang lelaki paruh baya dengan tubuh gendut dan kumis tipis dan jenggot jarang yang mengenakan pakaian warna merah yang masih baru terlihat sedang menatap ke arah aksi dukun itu dengan harap-harap cemas. Beberapa orang perempuan dan laki-laki muda yang merupakan anggota keluarga nya juga terlihat khawatir.

Dia adalah Ki Gondo, seorang saudagar kaya yang memiliki kekayaan yang sangat banyak. Sawahnya puluhan ribu jengkal, emasnya puluhan kati dan bisa di katakan bahwa dia adalah orang terkaya di Pakuwon Gemolong juga termasuk beberapa orang kaya berpengaruh di Kadipaten Kembang Kuning.

Beberapa hari ini, Ki Gondo sedang tertimpa musibah. Putri nya, Rara Melati, tiba-tiba bertingkah aneh. Gadis cantik itu nampak murung, tak mau mandi dan tiba-tiba mengamuk tidak jelas. Akibatnya Ki Gondo terpaksa harus membelenggu anak gadisnya itu agar tidak membuat masalah. Sudah beberapa tabib dan dukun terkenal dia datangkan untuk mengobati putrinya Rara Melati. Namun kesemuanya gagal menyembuhkan Rara Melati, malahan gadis cantik itu semakin parah penyakitnya.

Ki Setrowahono, seorang dukun kondang asal Kota Kadipaten Kembang Kuning hari itu di datangkan oleh Ki Gondo dengan harapan dapat menyembuhkan Rara Melati. Meskipun harus merogoh kantong nya dalam-dalam untuk mendatangkan nya, namun demi sembuhnya Rara Melati, Ki Gondo tidak keberatan.

Tangan kiri Ki Setrowahono meraih keris kecil bersarung kuningan di dekatnya lalu segera mencabutnya. Tangan lelaki paruh baya bertubuh gempal itu memegang erat gagang keris kecilnya.

"Heng wilaheng sekareng bawono langgeng. Jin setan peri perayangan, pergilah kau dari badan Rara Melati sekarang juga!", Ki Gondo segera menusukkan keris pusaka kecilnya itu ke air bunga setaman dalam bokor kuningan yang tiba-tiba bergolak hebat.

Chhrreeeessshhh..

Blllaaaaaaaaaarrrrrrrrrrr!!!

Tiba-tiba saja anglo tanah liat yang sedang mengepulkan asap putih kemenyan itu meledak. Ini membuat kaget semua orang yang ada di tempat itu. Ki Setrowahono bahkan sampai mencelat ke belakang dan nyaris menabrak Jaka Umbaran yang berdiri di dekat Nyi Manik Inten andai sang pendekar muda itu tidak sigap menghindar. Dukun perewangan ini langsung memuntahkan darah segar.

Dari dalam asap putih kemenyan muncul sesosok mahluk hitam kehijauan dengan mata merah menyala, taring sebesar pisang kluthuk, rambut ikal yang gimbal hingga pinggang serta mengenakan mahkota emas dengan satu permata hijau ditengahnya. Dia menyeringai lebar menatap ke sekeliling tempat itu dengan tatapan mata yang membuat takut semua orang.

"Hoooaaarrrrrrggggghhhhh!!

Dukun perewangan busuk, jangan pernah coba-coba untuk mengeluarkan ku dari dalam tubuh gadis Anggara Kasih ini. Kalau kau tidak ingin mampus, sebaiknya kau pergi saja hoaaarrrgggghhh...", ucap si makhluk hitam kehijauan biasa di sebut sebagai genderuwo ini sambil menunjuk ke arah Ki Setrowahono.

"Tempat mu bukan di sini, heh Genderuwo!!

Pergilah kau dari badan Rara Melati. Jika tidak, aku terpaksa harus memusnahkan mu", ucap Ki Setrowahono sambil memegang erat gagang keris pusaka kecil miliknya.

"Bangsat kau Dukun perewangan keparat!!

Aku akan membuat mu menyesal telah berani mengusik kesenangan ku!!", teriak si genderuwo sambil melesat cepat kearah Ki Setrowahono sambil mengibaskan tangannya yang berkuku panjang pada lelaki paruh baya berjenggot panjang itu.

Shhhrrrrreeeeeeeeeeetttttth!!

Dhhaaaassshhh!!!

Hempasan angin dingin yang mengikuti kibasan tangan si genderuwo itu langsung melemparkan tubuh Ki Setrowahono. Dukun perewangan yang baru saja berdiri itu kembali mencelat ke belakang bahkan kini lebih jauh dari sebelumnya. Lagi-lagi lelaki paruh baya bertubuh gempal itu muntah darah segar. Kesakitan si genderuwo ini memang diatas kemampuannya.

Jaka Umbaran diam-diam mengusap cincin pusaka berbatu merah di jari manisnya ini sambil berkata lirih,

"Sedulur papat lima pancer, datanglah!

Aku butuh bantuan mu.."

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

😆😆😆😆

2024-02-02

1

julius

julius

wah bagus nih... gendruwo vs siluman

2024-01-17

0

GOTZ

GOTZ

yang betul Hong Wilahing om.

2023-07-26

4

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!