Mendengar teriakan keras dari Jaka Umbaran, Surtikanti pun segera meluncur turun dari tebing batu sambil mengibaskan tangannya ke arah dua orang lelaki bertubuh gempal yang hendak keluar. Sadewa, Locana, Niluh Wuni dan Sekar Kantil pun ikut melompat turun dari atas tebing.
Whhuuusshhh!!
Serangkum angin kencang berhawa dingin menerabas cepat kearah mereka. Dua orang itu langsung mencelat maju menabrak kawan mereka yang ada di depannya.
Sadewa dan Locana langsung melompat ke arah pintu gerbang markas Kelompok Setan Gunung Ungaran. Locana dengan badan gempal nya langsung mendorong pintu gerbang sedangkan Sadewa dengan cepat mengunci pintu gerbang menggunakan palang pintu besar yang ada di dekatnya.
Seketika itu juga, para anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran sadar bahwa mereka telah di tipu oleh Jaka Umbaran yang sengaja memancing perhatian mereka.
"Celaka!!!
Cepat dobrak pintu gerbang! Pasti yang di dalam sedang mengacak-acak kediaman kita!", teriak salah seorang diantara mereka. Mendengar itu, beberapa orang berusaha keras untuk memanjat pagar markas. Namun tingginya yang lebih dari 4 depa membuat mereka kesulitan.
Begitu pintu gerbang markas besar itu tertutup, Sadewa, Surtikanti, Locana, Niluh Wuni dan Sekar Kantil langsung bergegas menuju ke arah sebuah rumah besar yang ada di tengah pemukiman.
Sedangkan Jaka Umbaran yang sedang bergerak mundur, begitu melihat pintu gerbang tertutup, dia langsung menghentikan langkahnya. Dengan cepat, ia memutar telapak tangannya yang segera membentuk sikap mudra seperti orang sedang bertapa. Mulutnya komat-kamit merapal mantra dan dari tengah dada nya muncul cahaya putih kebiruan yang bergulung cepat kearah kedua lengan dan berkumpul di telapak tangan.
"Ajian Guntur Saketi..
Hiiyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaat...!!!
Kedua tangan Jaka Umbaran segera menghantam maju ke arah para anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran yang mengejarnya. Empat larik cahaya putih kebiruan beruntun menerabas maju ke arah mereka.
Whhhuuuggghhhh whhhuuuggghhhh!!
Sumpah serapah dan makian panjang disambung jeritan kesakitan terdengar saat empat larik cahaya putih kebiruan itu menghantam ke arah anak buah Pragola.
Bllaamm bllaamm blllaaammmm..
Dhhhuuuaaaaarrrrrrrrr!!!
Empat ledakan keras beruntun terdengar. Sebanyak 30 orang anak buah Pragola tersungkur tewas dengan tubuh hancur dan sebagian hangus terbakar. Asap tebal mengepul tinggi ke angkasa, menutupi jarak pandang mata semua orang namun itu tidak berlaku untuk Jaka Umbaran.
Setelah melepaskan empat serangan beruntun ke arah para pengikut Pragola, Jaka Umbaran melesat ke dalam asap tebal itu. Salah seorang pengikut Pragola yang merasakan pedih di matanya benar-benar tidak menyangka bahwa dia akan menjadi korban selanjutnya dari kepandaian ilmu beladiri sang murid Maharesi Siwamurti.
Jaka Umbaran muncul tiba-tiba di hadapannya sambil menghantamkan tapak tangan kanan nya yang berwarna putih kebiruan.
Blllaaaaaarrr!!
Aaauuuuggggghhhhh !!
Orang bernasib naas itu seketika mencelat dengan dada bolong tembus punggung. Dia tewas seketika dengan bersimbah darah. Jaka Umbaran terus mengamuk di dalam asap tebal itu. Ledakan keras di sambung jerit keras memilukan hati berulang kali terdengar.
Saat asap tebal itu menghilang di terpa angin, terlihat sebuah pemandangan yang mengerikan. Jaka Umbaran berdiri dengan tubuh penuh darah segar yang muncrat dari lawan-lawannya sedangkan puluhan orang anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran bergelimpangan tak bernyawa. Dia mirip seperti Dewa Kematian Yamadipati yang baru saja mencabut nyawa manusia di mata para murid Perguruan Bukit Katong.
Permadi, murid kesayangan Sadewa melongo melihat itu semua. Sikutan keras Juwana, murid Locana si Pedang Bayangan, seketika menyadarkannya.
"Pa-paman Guru Umbaran sangat hebat..
Sendirian membantai para perampok ini dengan mudah", ucap Permadi setelah berhasil menguasai diri. Asal tahu saja, anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran memang bukan perampok sembarangan. Kebanyakan dari mereka adalah para pendekar dunia persilatan golongan hitam yang berubah haluan menjadi perampok demi sedikit kesenangan pribadi mereka.
"Guru ku saja bukan tandingannya, apalagi hanya para cecunguk seperti mereka.
Ayo kita bantu Paman Guru untuk menegakkan kebenaran", teriak Juwana yang langsung membangkitkan semangat para murid Perguruan Bukit Katong untuk bergerak menuju ke arah para anak buah Pragola yang masih tersisa.
Seorang lelaki bertubuh kekar menyandang sepasang pedang di punggungnya dan berusia sekitar 3 dasawarsa dengan rambut sebagian menutupi separuh wajah, nampak terkejut sebentar melihat kedatangan Sadewa, Locana dan Surtikanti serta Niluh Wuni dan Sekar Kantil. Namun kemudian ia menyeringai lebar menatap ke arah mereka.
"Hahahaha..
Rupanya para kawan lama datang berkunjung. Lama tak jumpa, Sadewa, Locana eh lupa aku harus memanggil kalian berdua dengan sebutan Kakang Sadewa dan Kakang Locana, bukan?
Surtikanti, lama tak bertemu ternyata kau tidak banyak berubah. Masih saja cantik seperti dulu hahahaha..", tawa menggelegar terdengar dari mulut lelaki yang tak lain adalah Pragola, bekas murid Perguruan Bukit Katong yang juga merupakan pimpinan Kelompok Setan Gunung Ungaran.
"Cukup basa-basi mu, Pragola!
Hari ini aku akan mewakili guru untuk memberikan hukuman atas kejahatan besar yang sudah kau lakukan", ucap Sadewa si Pedang Kilat sembari mencabut pedang di pinggangnya.
"Guru??
Huhhhhh sudah lama sekali aku tidak mendengar kata guru dalam hidup ku. Si tua itu rupanya masih hidup saja. Kenapa tua bangka itu tidak cepat mampus saja?", Pragola mendengus keras ketika ia mendengar kata guru disebut oleh Sadewa. Sekelebat ingatan tentang masa lalunya terlintas di pikiran nya, dan ini membuatnya geram.
"Dasar murid murtad!
Akan ku buat kau menyesali apa yang telah kau ucapkan!", Sadewa segera melesat cepat kearah Pragola sambil membabatkan pedang nya ke arah leher. Melihat kecepatan tinggi Sadewa, Pragola melompat mundur dari tempatnya berdiri sambil mencabut sepasang pedang di punggungnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang di tangan kanannya menangkis sabetan pedang Sadewa.
Thhrraaanggg!!!
Begitu tebasan pedang tertangkis dengan pedang di tangan kanannya, Pragola langsung membabatkan menusukkan pedang di tangan kiri ke arah perut Sadewa. Segera Sadewa melompat mundur, namun Pragola memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan cepat kearah perut murid utama Perguruan Bukit Katong itu dengan keras.
Bhhhuuuuuuggggh!!
Tubuh Sadewa langsung mencelat mundur beberapa tombak ke belakang setelah tendangan cepat Pragola telak mengenai perutnya. Surtikanti dan Locana langsung melompat menahan tubuh kakak seperguruan nya itu.
"Kakang Sadewa, kau tidak apa-apa?", tanya Surtikanti segera.
"Aku tidak apa-apa, Surti. Bajingan itu rupanya memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari ku uhukkk uhukkk..
Kita harus bekerjasama jika ingin mengalahkan nya", ujar Sadewa sambil memegangi perutnya yang seperti baru di hantam balok kayu besar.
"Hehehe... Apa kalian mengira kalau aku masih sama seperti dulu ha?
Ku akui bahwa kecepatan mu memang membuat ku terkejut, Sadewa. Tapi aku juga bukan Pragola yang dulu. Kini aku sudah berhasil melatih Ajian Tapak Dewa Darah, tak kan bisa kalian kalahkan. Bahkan si Tua Bangka Hanggabhaya itu pun belum tentu bisa mengalahkan ku", ucap Pragola sambil menyeringai lebar menatap ke arah Sadewa dan kawan-kawannya.
"Bangsat ini perlu di beri pelajaran, Kakang Sadewa.
Ayo kita gunakan ilmu gabungan Pedang Mengurung Naga!", ucap Surtikanti sambil mencabut pedang nya. Locana dan Sadewa pun mengangguk setuju. Ketiga nya langsung melesat cepat kearah Pragola. Mereka langsung menyerang Pragola dari tiga sisi yang berbeda.
Pertarungan sengit antara mereka pun segera terjadi.
Empat orang anak buah Pragola saling berpandangan seolah saling berbicara. Melihat majikannya di kepung oleh tiga orang pendekar berilmu tinggi, mereka berempat ingin mencoba untuk membantu. Keempatnya langsung meloloskan senjata mereka masing-masing dan menerjang maju ke arah pertarungan sengit antara Pragola melawan Sadewa, Locana dan Surtikanti.
"Apa kalian tidak melihat ada kamu disini?!", teriak Sekar Kantil yang melesat maju menghadang pergerakan anak buah Pragola yang ada di samping kanan. Niluh Wuni pun juga melesat cepat kearah mereka bersamaan dengan saudari seperguruannya.
Thhrraaanggg thhrraaanggg..
Dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh!!
Empat orang anak buah Pragola pun tak punya kesempatan untuk mendekati arena pertarungan antara majikannya yang sedang di gempur oleh bekas saudara seperguruan nya itu. Niluh Wuni dan Sekar Kantil sama sekali tidak memberikan jalan bagi mereka untuk maju.
Setelah pertarungan sengit berlangsung puluhan jurus, satu tebasan pedang Surtikanti mampu menorehkan luka yang cukup dalam di dada Pragola. Melihat itu, Pragola mendengus keras.
"Surtikanti keparat!!
Akan ku hancurkan tubuh mu sampai abu mu pun tak akan tersisa!", teriak Pragola sembari menyabetkan pedang nya bersilangan ke arah Surtikanti yang baru menjejak tanah.
Shhhrrrrreeeeeeeeeeetttttth shhrreeettthhh!
Sadewa dengan cepat menarik tangan Surtikanti hingga hawa pedang bersilangan yang dilepaskan oleh Pragola hanya menyambar angin kosong di samping kiri tubuhnya.
"Hati-hati Surtikanti..
Pragola itu tenaga dalam nya diatas kita bertiga. Jangan lengah", ucap Sadewa yang segera di sambut dengan anggukan kepala dari Surtikanti. Locana pun langsung mendekat ke arah mereka berdua.
Sementara itu, Pragola menancapkan kedua pedangnya ke samping tempatnya berdiri. Setelah itu ia segera menyilangkan kedua tangan nya di depan dada, memutar keatas kepala lalu menangkup di depan dada. Mulutnya terus komat-kamit membaca mantra. Perlahan dari arah perut nya muncul cahaya merah darah yang segera menyebar ke seluruh tubuh. Lalu cahaya merah darah ini mengalir ke lengan lalu berkumpul di telapak tangannya. Ini adalah bentuk dari Ajian Tapak Dewa Darah yang merupakan ilmu andalannya.
Melihat itu, Sadewa langsung memajukan pedangnya hingga sejajar dengan bahu. Locana dan Surtikanti langsung menancapkan pedang mereka ke samping tubuh masing-masing, lalu keduanya mengerahkan seluruh tenaga dalam dan di salurkan pada punggung Sadewa. Cahaya biru muda langsung mengalir ke bilah pedang di tangan Sadewa. Mereka menggabungkan tenaga dalam untuk mendapatkan hasil terbaik dari Ilmu Pedang Langit yang merupakan puncak dari ilmu pedang Perguruan Bukit Katong.
"Hari ini dendam pada kalian tiga belas tahun yang lalu akan kalian bayar dengan nyawa kalian!!
Ajian Tapak Dewa Darah...
Chhiyyyyyyyyyyyyyaaaaaaaatt....!!", teriak Pragola sembari menghantamkan tapak tangan kanan nya ke arah Sadewa, Locana dan Surtikanti.
Selarik cahaya merah darah berhawa panas menyengat yang di selimuti oleh angin berbau amis darah segar meluruk cepat kearah Sadewa, Locana dan Surtikanti. Sadewa yang memegang pedang bercahaya biru muda menggenggam erat gagang pedangnya lalu mengayunkan senjatanya maju memapak cahaya merah darah dari Pragola.
Dhhhuuuaaaaarrrrrrrrr!!!
Ledakan dahsyat terdengar. Sadewa, Locana dan Surtikanti mencelat jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras. Ketiganya langsung muntah darah segar bercampur kehitaman sebagai tanda luka dalam yang serius. Sedangkan Pragola hanya tersurut mundur beberapa langkah ke belakang. Meskipun dia juga muntahkan darah segar namun dia masih terlihat bugar.
Perlahan lelaki bertubuh gempal dengan luka memanjang di wajah sebelah kiri nya itu mencabut sepasang pedang nya yang menancap di tanah sambil berjalan mendekati tempat dimana Sadewa, Locana dan Surtikanti berada. Di wajahnya sebuah seringai lebar penuh kebengisan terukir jelas.
"Waktu nya kalian bertiga membayar hutang luka di wajah ku ini telah tiba..
Sampaikan salam ku kepada raja neraka, hai saudara seperguruan ku!"
Setelah berkata demikian, Pragola melesat cepat kearah Sadewa, Locana dan Surtikanti yang masih terduduk di tanah sambil memegangi dadanya yang terasa sakit bukan main.
Locana langsung memejamkan matanya saat melihat Pragola bergerak. Dia pasrah menjemput maut.
Namun tiba-tiba...
Blllaaammmmmmmm!!!
Pintu gerbang markas Kelompok Setan Gunung Ungaran yang terbuat dari rangkaian kayu gelondongan sebesar betis orang dewasa ini meledak. Dua batang bagiannya melesat cepat kearah Pragola yang hendak menghabisi nyawa Sadewa, Locana dan Surtikanti.
Melihat bahaya besar sedang bergerak kearah nya, Pragola langsung merubah gerakan tubuhnya dan segera membabatkan sepasang pedang di tangan nya ke arah dua batang kayu itu.
Chhhrrraaaaaaasssssshhh chhraasshh!!!
Batang kayu sebesar betis orang dewasa ini langsung terpotong menjadi dua bagian. Sadewa, Locana dan Surtikanti selamat dari maut. Mereka semua langsung menoleh ke arah pintu gerbang markas yang hancur berantakan dan melihat sosok Jaka Umbaran sedang berdiri di sana dengan tangan kiri nya memancarkan cahaya putih kebiruan seperti warna petir yang menyambar.
"I-itu kakak seperguruan...
Kakak Seperguruan, tolong bantu kami!!!", teriak Sadewa, Locana dan Surtikanti dengan keras.
'Siapa bocah keparat ini? Kenapa Sadewa, Locana dan Surtikanti memanggil namanya sebagai kakak seperguruan?
Brengsek, rupanya bocah itu yang menjadi senjata andalan mereka saat menyerbu tempat ku ini. Aku harus membunuh nya lebih dulu agar tidak mengganggu kesenangan ku', batin Pragola sembari mengalihkan perhatian nya pada Jaka Umbaran.
Dia segera menancapkan kedua pedangnya seperti tadi. Lalu bersiap mengeluarkan Ajian Tapak Dewa Darah andalannya. Tubuhnya kembali memerah dengan bau anyir darah tercipta di sekitar tubuhnya.
Melihat itu, Jaka Umbaran yang baru saja selesai mengakhiri perlawanan para anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran, langsung mengangkat sebatang pohon gelondongan yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu dengan cepat ia merangkul batang pohon besar itu, menyalurkan tenaga dalam nya dan melesat cepat kearah Pragola sambil menusukkan batang pohon besar itu kearah Pragola.
Pimpinan kelompok perampok itu seketika menghantamkan tapak tangan kanan nya yang berwarna merah darah ke arah batang kayu besar yang hendak menabrak tubuhnya.
Blllaaammmmmmmm!!!
Sepertiga kayu besar itu langsung meledak dan terbakar setelah terkena hantaman Ajian Tapak Dewa Darah yang dilepaskan oleh Pragola. Namun sisa batang pohon besar yang masih dipegang oleh Jaka Umbaran langsung menghantam keras tubuh Pragola hingga pimpinan Kelompok Setan Gunung Ungaran ini langsung mencelat jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras.
Dia langsung memuntahkan darah segar. Sepertinya hantaman kayu besar itu telah mematahkan beberapa tulang rusuknya.
Surtikanti tak dapat menutupi kekagumannya pada Jaka Umbaran. Dia seketika berucap lirih namun masih terdengar oleh telinga Sadewa dan Locana.
"Besar sekali tenaga yang dimiliki oleh Kakak Seperguruan.
Ajian apa yang dimiliki nya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Iron Mustapa
😋😋😋😋😋
2024-02-02
1
rajes salam lubis
keren
2024-01-20
0
ahmat saepuloh
lanjut
2023-11-11
3