Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran

Mendengar teriakan keras dari Jaka Umbaran, Surtikanti pun segera meluncur turun dari tebing batu sambil mengibaskan tangannya ke arah dua orang lelaki bertubuh gempal yang hendak keluar. Sadewa, Locana, Niluh Wuni dan Sekar Kantil pun ikut melompat turun dari atas tebing.

Whhuuusshhh!!

Serangkum angin kencang berhawa dingin menerabas cepat kearah mereka. Dua orang itu langsung mencelat maju menabrak kawan mereka yang ada di depannya.

Sadewa dan Locana langsung melompat ke arah pintu gerbang markas Kelompok Setan Gunung Ungaran. Locana dengan badan gempal nya langsung mendorong pintu gerbang sedangkan Sadewa dengan cepat mengunci pintu gerbang menggunakan palang pintu besar yang ada di dekatnya.

Seketika itu juga, para anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran sadar bahwa mereka telah di tipu oleh Jaka Umbaran yang sengaja memancing perhatian mereka.

"Celaka!!!

Cepat dobrak pintu gerbang! Pasti yang di dalam sedang mengacak-acak kediaman kita!", teriak salah seorang diantara mereka. Mendengar itu, beberapa orang berusaha keras untuk memanjat pagar markas. Namun tingginya yang lebih dari 4 depa membuat mereka kesulitan.

Begitu pintu gerbang markas besar itu tertutup, Sadewa, Surtikanti, Locana, Niluh Wuni dan Sekar Kantil langsung bergegas menuju ke arah sebuah rumah besar yang ada di tengah pemukiman.

Sedangkan Jaka Umbaran yang sedang bergerak mundur, begitu melihat pintu gerbang tertutup, dia langsung menghentikan langkahnya. Dengan cepat, ia memutar telapak tangannya yang segera membentuk sikap mudra seperti orang sedang bertapa. Mulutnya komat-kamit merapal mantra dan dari tengah dada nya muncul cahaya putih kebiruan yang bergulung cepat kearah kedua lengan dan berkumpul di telapak tangan.

"Ajian Guntur Saketi..

Hiiyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaat...!!!

Kedua tangan Jaka Umbaran segera menghantam maju ke arah para anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran yang mengejarnya. Empat larik cahaya putih kebiruan beruntun menerabas maju ke arah mereka.

Whhhuuuggghhhh whhhuuuggghhhh!!

Sumpah serapah dan makian panjang disambung jeritan kesakitan terdengar saat empat larik cahaya putih kebiruan itu menghantam ke arah anak buah Pragola.

Bllaamm bllaamm blllaaammmm..

Dhhhuuuaaaaarrrrrrrrr!!!

Empat ledakan keras beruntun terdengar. Sebanyak 30 orang anak buah Pragola tersungkur tewas dengan tubuh hancur dan sebagian hangus terbakar. Asap tebal mengepul tinggi ke angkasa, menutupi jarak pandang mata semua orang namun itu tidak berlaku untuk Jaka Umbaran.

Setelah melepaskan empat serangan beruntun ke arah para pengikut Pragola, Jaka Umbaran melesat ke dalam asap tebal itu. Salah seorang pengikut Pragola yang merasakan pedih di matanya benar-benar tidak menyangka bahwa dia akan menjadi korban selanjutnya dari kepandaian ilmu beladiri sang murid Maharesi Siwamurti.

Jaka Umbaran muncul tiba-tiba di hadapannya sambil menghantamkan tapak tangan kanan nya yang berwarna putih kebiruan.

Blllaaaaaarrr!!

Aaauuuuggggghhhhh !!

Orang bernasib naas itu seketika mencelat dengan dada bolong tembus punggung. Dia tewas seketika dengan bersimbah darah. Jaka Umbaran terus mengamuk di dalam asap tebal itu. Ledakan keras di sambung jerit keras memilukan hati berulang kali terdengar.

Saat asap tebal itu menghilang di terpa angin, terlihat sebuah pemandangan yang mengerikan. Jaka Umbaran berdiri dengan tubuh penuh darah segar yang muncrat dari lawan-lawannya sedangkan puluhan orang anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran bergelimpangan tak bernyawa. Dia mirip seperti Dewa Kematian Yamadipati yang baru saja mencabut nyawa manusia di mata para murid Perguruan Bukit Katong.

Permadi, murid kesayangan Sadewa melongo melihat itu semua. Sikutan keras Juwana, murid Locana si Pedang Bayangan, seketika menyadarkannya.

"Pa-paman Guru Umbaran sangat hebat..

Sendirian membantai para perampok ini dengan mudah", ucap Permadi setelah berhasil menguasai diri. Asal tahu saja, anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran memang bukan perampok sembarangan. Kebanyakan dari mereka adalah para pendekar dunia persilatan golongan hitam yang berubah haluan menjadi perampok demi sedikit kesenangan pribadi mereka.

"Guru ku saja bukan tandingannya, apalagi hanya para cecunguk seperti mereka.

Ayo kita bantu Paman Guru untuk menegakkan kebenaran", teriak Juwana yang langsung membangkitkan semangat para murid Perguruan Bukit Katong untuk bergerak menuju ke arah para anak buah Pragola yang masih tersisa.

Seorang lelaki bertubuh kekar menyandang sepasang pedang di punggungnya dan berusia sekitar 3 dasawarsa dengan rambut sebagian menutupi separuh wajah, nampak terkejut sebentar melihat kedatangan Sadewa, Locana dan Surtikanti serta Niluh Wuni dan Sekar Kantil. Namun kemudian ia menyeringai lebar menatap ke arah mereka.

"Hahahaha..

Rupanya para kawan lama datang berkunjung. Lama tak jumpa, Sadewa, Locana eh lupa aku harus memanggil kalian berdua dengan sebutan Kakang Sadewa dan Kakang Locana, bukan?

Surtikanti, lama tak bertemu ternyata kau tidak banyak berubah. Masih saja cantik seperti dulu hahahaha..", tawa menggelegar terdengar dari mulut lelaki yang tak lain adalah Pragola, bekas murid Perguruan Bukit Katong yang juga merupakan pimpinan Kelompok Setan Gunung Ungaran.

"Cukup basa-basi mu, Pragola!

Hari ini aku akan mewakili guru untuk memberikan hukuman atas kejahatan besar yang sudah kau lakukan", ucap Sadewa si Pedang Kilat sembari mencabut pedang di pinggangnya.

"Guru??

Huhhhhh sudah lama sekali aku tidak mendengar kata guru dalam hidup ku. Si tua itu rupanya masih hidup saja. Kenapa tua bangka itu tidak cepat mampus saja?", Pragola mendengus keras ketika ia mendengar kata guru disebut oleh Sadewa. Sekelebat ingatan tentang masa lalunya terlintas di pikiran nya, dan ini membuatnya geram.

"Dasar murid murtad!

Akan ku buat kau menyesali apa yang telah kau ucapkan!", Sadewa segera melesat cepat kearah Pragola sambil membabatkan pedang nya ke arah leher. Melihat kecepatan tinggi Sadewa, Pragola melompat mundur dari tempatnya berdiri sambil mencabut sepasang pedang di punggungnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang di tangan kanannya menangkis sabetan pedang Sadewa.

Thhrraaanggg!!!

Begitu tebasan pedang tertangkis dengan pedang di tangan kanannya, Pragola langsung membabatkan menusukkan pedang di tangan kiri ke arah perut Sadewa. Segera Sadewa melompat mundur, namun Pragola memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan cepat kearah perut murid utama Perguruan Bukit Katong itu dengan keras.

Bhhhuuuuuuggggh!!

Tubuh Sadewa langsung mencelat mundur beberapa tombak ke belakang setelah tendangan cepat Pragola telak mengenai perutnya. Surtikanti dan Locana langsung melompat menahan tubuh kakak seperguruan nya itu.

"Kakang Sadewa, kau tidak apa-apa?", tanya Surtikanti segera.

"Aku tidak apa-apa, Surti. Bajingan itu rupanya memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari ku uhukkk uhukkk..

Kita harus bekerjasama jika ingin mengalahkan nya", ujar Sadewa sambil memegangi perutnya yang seperti baru di hantam balok kayu besar.

"Hehehe... Apa kalian mengira kalau aku masih sama seperti dulu ha?

Ku akui bahwa kecepatan mu memang membuat ku terkejut, Sadewa. Tapi aku juga bukan Pragola yang dulu. Kini aku sudah berhasil melatih Ajian Tapak Dewa Darah, tak kan bisa kalian kalahkan. Bahkan si Tua Bangka Hanggabhaya itu pun belum tentu bisa mengalahkan ku", ucap Pragola sambil menyeringai lebar menatap ke arah Sadewa dan kawan-kawannya.

"Bangsat ini perlu di beri pelajaran, Kakang Sadewa.

Ayo kita gunakan ilmu gabungan Pedang Mengurung Naga!", ucap Surtikanti sambil mencabut pedang nya. Locana dan Sadewa pun mengangguk setuju. Ketiga nya langsung melesat cepat kearah Pragola. Mereka langsung menyerang Pragola dari tiga sisi yang berbeda.

Pertarungan sengit antara mereka pun segera terjadi.

Empat orang anak buah Pragola saling berpandangan seolah saling berbicara. Melihat majikannya di kepung oleh tiga orang pendekar berilmu tinggi, mereka berempat ingin mencoba untuk membantu. Keempatnya langsung meloloskan senjata mereka masing-masing dan menerjang maju ke arah pertarungan sengit antara Pragola melawan Sadewa, Locana dan Surtikanti.

"Apa kalian tidak melihat ada kamu disini?!", teriak Sekar Kantil yang melesat maju menghadang pergerakan anak buah Pragola yang ada di samping kanan. Niluh Wuni pun juga melesat cepat kearah mereka bersamaan dengan saudari seperguruannya.

Thhrraaanggg thhrraaanggg..

Dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh!!

Empat orang anak buah Pragola pun tak punya kesempatan untuk mendekati arena pertarungan antara majikannya yang sedang di gempur oleh bekas saudara seperguruan nya itu. Niluh Wuni dan Sekar Kantil sama sekali tidak memberikan jalan bagi mereka untuk maju.

Setelah pertarungan sengit berlangsung puluhan jurus, satu tebasan pedang Surtikanti mampu menorehkan luka yang cukup dalam di dada Pragola. Melihat itu, Pragola mendengus keras.

"Surtikanti keparat!!

Akan ku hancurkan tubuh mu sampai abu mu pun tak akan tersisa!", teriak Pragola sembari menyabetkan pedang nya bersilangan ke arah Surtikanti yang baru menjejak tanah.

Shhhrrrrreeeeeeeeeeetttttth shhrreeettthhh!

Sadewa dengan cepat menarik tangan Surtikanti hingga hawa pedang bersilangan yang dilepaskan oleh Pragola hanya menyambar angin kosong di samping kiri tubuhnya.

"Hati-hati Surtikanti..

Pragola itu tenaga dalam nya diatas kita bertiga. Jangan lengah", ucap Sadewa yang segera di sambut dengan anggukan kepala dari Surtikanti. Locana pun langsung mendekat ke arah mereka berdua.

Sementara itu, Pragola menancapkan kedua pedangnya ke samping tempatnya berdiri. Setelah itu ia segera menyilangkan kedua tangan nya di depan dada, memutar keatas kepala lalu menangkup di depan dada. Mulutnya terus komat-kamit membaca mantra. Perlahan dari arah perut nya muncul cahaya merah darah yang segera menyebar ke seluruh tubuh. Lalu cahaya merah darah ini mengalir ke lengan lalu berkumpul di telapak tangannya. Ini adalah bentuk dari Ajian Tapak Dewa Darah yang merupakan ilmu andalannya.

Melihat itu, Sadewa langsung memajukan pedangnya hingga sejajar dengan bahu. Locana dan Surtikanti langsung menancapkan pedang mereka ke samping tubuh masing-masing, lalu keduanya mengerahkan seluruh tenaga dalam dan di salurkan pada punggung Sadewa. Cahaya biru muda langsung mengalir ke bilah pedang di tangan Sadewa. Mereka menggabungkan tenaga dalam untuk mendapatkan hasil terbaik dari Ilmu Pedang Langit yang merupakan puncak dari ilmu pedang Perguruan Bukit Katong.

"Hari ini dendam pada kalian tiga belas tahun yang lalu akan kalian bayar dengan nyawa kalian!!

Ajian Tapak Dewa Darah...

Chhiyyyyyyyyyyyyyaaaaaaaatt....!!", teriak Pragola sembari menghantamkan tapak tangan kanan nya ke arah Sadewa, Locana dan Surtikanti.

Selarik cahaya merah darah berhawa panas menyengat yang di selimuti oleh angin berbau amis darah segar meluruk cepat kearah Sadewa, Locana dan Surtikanti. Sadewa yang memegang pedang bercahaya biru muda menggenggam erat gagang pedangnya lalu mengayunkan senjatanya maju memapak cahaya merah darah dari Pragola.

Dhhhuuuaaaaarrrrrrrrr!!!

Ledakan dahsyat terdengar. Sadewa, Locana dan Surtikanti mencelat jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras. Ketiganya langsung muntah darah segar bercampur kehitaman sebagai tanda luka dalam yang serius. Sedangkan Pragola hanya tersurut mundur beberapa langkah ke belakang. Meskipun dia juga muntahkan darah segar namun dia masih terlihat bugar.

Perlahan lelaki bertubuh gempal dengan luka memanjang di wajah sebelah kiri nya itu mencabut sepasang pedang nya yang menancap di tanah sambil berjalan mendekati tempat dimana Sadewa, Locana dan Surtikanti berada. Di wajahnya sebuah seringai lebar penuh kebengisan terukir jelas.

"Waktu nya kalian bertiga membayar hutang luka di wajah ku ini telah tiba..

Sampaikan salam ku kepada raja neraka, hai saudara seperguruan ku!"

Setelah berkata demikian, Pragola melesat cepat kearah Sadewa, Locana dan Surtikanti yang masih terduduk di tanah sambil memegangi dadanya yang terasa sakit bukan main.

Locana langsung memejamkan matanya saat melihat Pragola bergerak. Dia pasrah menjemput maut.

Namun tiba-tiba...

Blllaaammmmmmmm!!!

Pintu gerbang markas Kelompok Setan Gunung Ungaran yang terbuat dari rangkaian kayu gelondongan sebesar betis orang dewasa ini meledak. Dua batang bagiannya melesat cepat kearah Pragola yang hendak menghabisi nyawa Sadewa, Locana dan Surtikanti.

Melihat bahaya besar sedang bergerak kearah nya, Pragola langsung merubah gerakan tubuhnya dan segera membabatkan sepasang pedang di tangan nya ke arah dua batang kayu itu.

Chhhrrraaaaaaasssssshhh chhraasshh!!!

Batang kayu sebesar betis orang dewasa ini langsung terpotong menjadi dua bagian. Sadewa, Locana dan Surtikanti selamat dari maut. Mereka semua langsung menoleh ke arah pintu gerbang markas yang hancur berantakan dan melihat sosok Jaka Umbaran sedang berdiri di sana dengan tangan kiri nya memancarkan cahaya putih kebiruan seperti warna petir yang menyambar.

"I-itu kakak seperguruan...

Kakak Seperguruan, tolong bantu kami!!!", teriak Sadewa, Locana dan Surtikanti dengan keras.

'Siapa bocah keparat ini? Kenapa Sadewa, Locana dan Surtikanti memanggil namanya sebagai kakak seperguruan?

Brengsek, rupanya bocah itu yang menjadi senjata andalan mereka saat menyerbu tempat ku ini. Aku harus membunuh nya lebih dulu agar tidak mengganggu kesenangan ku', batin Pragola sembari mengalihkan perhatian nya pada Jaka Umbaran.

Dia segera menancapkan kedua pedangnya seperti tadi. Lalu bersiap mengeluarkan Ajian Tapak Dewa Darah andalannya. Tubuhnya kembali memerah dengan bau anyir darah tercipta di sekitar tubuhnya.

Melihat itu, Jaka Umbaran yang baru saja selesai mengakhiri perlawanan para anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran, langsung mengangkat sebatang pohon gelondongan yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu dengan cepat ia merangkul batang pohon besar itu, menyalurkan tenaga dalam nya dan melesat cepat kearah Pragola sambil menusukkan batang pohon besar itu kearah Pragola.

Pimpinan kelompok perampok itu seketika menghantamkan tapak tangan kanan nya yang berwarna merah darah ke arah batang kayu besar yang hendak menabrak tubuhnya.

Blllaaammmmmmmm!!!

Sepertiga kayu besar itu langsung meledak dan terbakar setelah terkena hantaman Ajian Tapak Dewa Darah yang dilepaskan oleh Pragola. Namun sisa batang pohon besar yang masih dipegang oleh Jaka Umbaran langsung menghantam keras tubuh Pragola hingga pimpinan Kelompok Setan Gunung Ungaran ini langsung mencelat jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras.

Dia langsung memuntahkan darah segar. Sepertinya hantaman kayu besar itu telah mematahkan beberapa tulang rusuknya.

Surtikanti tak dapat menutupi kekagumannya pada Jaka Umbaran. Dia seketika berucap lirih namun masih terdengar oleh telinga Sadewa dan Locana.

"Besar sekali tenaga yang dimiliki oleh Kakak Seperguruan.

Ajian apa yang dimiliki nya?"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

😋😋😋😋😋

2024-02-02

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

keren

2024-01-20

0

ahmat saepuloh

ahmat saepuloh

lanjut

2023-11-11

3

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!