Murid Yang Terusir

Mendengar ucapan itu, Niluh Wuni pun segera bangkit dari tempat duduknya. Perempuan cantik berbaju hitam dengan selendang kuning di dada ini menggenggam erat gagang pedang nya.

Melihat sikap waspada Jaka Umbaran, Sadewa yang semula tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang sedang bergerak ke tempat mereka berkemah, langsung menajamkan pendengarannya. Samar-samar terdengar suara ranting pohon patah seperti sedang terinjak oleh kaki. Sadewa pun segera berdiri dan memberi isyarat kepada seluruh pengikutnya untuk bersiaga.

Suasana di tempat itu seketika berubah menjadi tegang. Semua orang bersiap siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

Kreetteeekkk krrakkk..

Bunyi ranting kering yang patah terinjak terdengar semakin mendekat. Semua orang semakin erat menggenggam erat gagang senjata mereka masing-masing.

Dari balik rimbun pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di sekitar tempat itu, sesosok bayangan terlihat muncul. Seorang lelaki tua dengan pakaian compang-camping terlihat mendekat. Salah seorang murid Perguruan Bukit Katong yang terkejut melihat kedatangan nya, langsung menyabetkan pedang nya ke arah lelaki tua itu.

Shhhrrrrreeeeeeeeeeetttttth!!

Melihat itu, Jaka Umbaran segera melesat cepat kearah sabetan pedang si murid Perguruan Bukit Katong dan menarik tubuh lelaki tua berpakaian compang-camping ini hingga dia selamat dari maut. Saking takutnya, lelaki tua itu sampai mengompol di celananya yang penuh dengan tambalan.

Dari segala penjuru, muncul orang-orang dengan dandanan serupa. Wajah mereka semua terlihat pucat dan kelaparan. Setidaknya ada 25 orang yang datang. Separuh lebih terdiri dari anak-anak dan wanita tua. Sisanya dua lelaki yang masih muda dan lainnya hanya para lelaki tua.

Melihat muka mereka yang memelas, semua orang yang tadi bersiaga langsung menghela nafas lega. Awalnya mereka semua merasa khawatir karena tempat itu banyak di huni oleh binatang buas.

"Siapa kalian? Kenapa malam hari seperti ini masih berkeliaran di dalam hutan?", tanya Sadewa segera. Semua orang tertunduk tanpa berani mengangkat kepalanya. Mereka semua duduk bersimpuh di tanah.

"Aku Ki Wijil. Kami adalah penduduk Wanua Randugunting di selatan Kota Pakuwon Ungaran, Pendekar..

Kemarin malam, kampung halaman kami di serang oleh para perampok yang memakai ikat kepala merah yang menamakan dirinya sebagai Kelompok Setan Gunung Ungaran. Jumlah mereka lebih dari 100 orang. Mereka merampok seluruh harta benda di kampung kami.

Tak hanya itu, mereka juga membawa perempuan perempuan muda di kampung kami. Aku sempat mendengar pembicaraan mereka kalau pimpinan mereka yang bernama Pragola sangat menyukai gadis-gadis muda.

Cucu ku Warni diculik oleh para penjahat itu. Bahkan anak Lurah Wanua Randugunting, Laras, juga tak luput dari kejahatan mereka.

Sedangkan yang tua-tua dan laki-laki mereka bantai dengan kejam. Kami terpaksa melarikan diri untuk tetap bertahan hidup ", ucap lelaki tua yang memperkenalkan diri sebagai Ki Wijil itu dengan suara berat. Ada nada kesedihan yang mendalam di dalam setiap kata yang terucap dari bibirnya.

Mendengar nama Pragola di sebut, Sadewa, Locana dan Surtikanti langsung terkejut bukan main. Perubahan air muka mereka langsung membuat Jaka Umbaran heran.

"Apa adik seperguruan semua mengenal Pragola?", tanya Jaka Umbaran segera.

Baik Sadewa, Locana dan Surtikanti saling berpandangan satu sama lain seolah tak ingin bicara. Akhirnya Sadewa menghembuskan nafas panjang sebelum berbicara.

"Benar, kami bertiga mengenal Pragola. Bahkan sangat mengenalnya", ujar Sadewa sambil kembali menghela nafas berat.

"Begini ceritanya..

Guru Besar Perguruan Bukit Katong Resi Mpu Hanggabhaya memiliki 4 murid yang sangat di sayangi nya. Aku, Locana, Surtikanti dan satu orang lagi yang sekarang jadi bahan pembicaraan kita, Pragola. Kami berempat di didik oleh guru agar kami menjadi pendekar berilmu tinggi agar di masa depan akan menjadi penerus Perguruan Bukit Katong", imbuh Sadewa kemudian.

"Suatu hari, Pragola yang paling berbakat diantara kami, mempelajari sebuah ilmu kanuragan aneh. Lalu entah kenapa tiba-tiba perilakunya berubah menjadi beringas dengan membantai para murid perguruan lain yang sedang berselisih paham dengan kami saat sedang membeli kebutuhan di pasar besar Pakuwon Dadapan. Sesudah kejadian itu, setelah kami pulang ke perguruan, Pragola juga nyaris memperkosa Surtikanti.

Guru begitu murka dengan sikap Pragola, menghajarnya habis-habisan hingga menorehkan sebuah luka di wajah kiri nya dan langsung mengusirnya dari perguruan", sambung Locana sambil matanya menerawang jauh ke angkasa seolah tak ingin lagi mengingat masa lalu mereka.

"Semenjak pengusiran itu, Pragola kemudian menghilang seolah hilang di telan bumi. Hampir 13 tahun dan baru hari ini kami mendengar kabar tentang nya.

Namun dia tidak menjadi lebih baik, justru malah semakin menjadi-jadi. Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja", ujar Surtikanti sembari mengepalkan tangannya erat-erat. Sebuah bara api dendam yang sempat padam tertelan waktu pada Pragola, kembali membara hebat dalam hatinya.

Mendengar penjelasan ketiga orang pengajar di Perguruan Bukit Katong itu, Jaka Umbaran langsung mengerti.

"Kalau begitu adanya, kita harus menghentikan sepak terjangnya adik seperguruan. Aku setuju dengan pendapat adik seperguruan Surtikanti.

Malam ini, sisa makanan kita biar di makan oleh para pengungsi ini. Sepertinya mereka sedang kelaparan dan mendekati tempat ini karena mencium bau makanan yang kita buat", mendengar ucapan Jaka Umbaran, Sadewa langsung mengangguk setuju.

Sisa daging babi hutan panggang yang masih tersisa banyak karena para murid Perguruan Bukit Katong hanya mampu memakan tak sampai satu ekor babi hutan panggang yang berukuran sedang, di bagikan secara merata pada pengungsi Wanua Randugunting itu. Mereka yang sedang kelaparan, tentu saja menerima makanan itu dengan senang hati. Malam itu, setelah menahan rasa lapar seharian penuh akhirnya mereka bisa tidur nyenyak dengan perut kenyang.

Begitu pagi menjelang tiba..

Setelah sampai di luar hutan lebat yang ada di selatan Wanua Randugunting, rombongan Perguruan Bukit Katong dan rombongan pengungsi Wanua Randugunting menghentikan langkah mereka. Sadewa memutuskan untuk memisah rombongan itu agar mereka lebih cepat bergerak.

"Ki Wijil..

Sebelum kita berpisah, apakah kau tahu dimana letak sarang Kelompok Setan Darah itu berada?", tanya Jaka Umbaran sesaat sebelum mereka berpisah.

"Aku sempat mendengar kalau mereka tinggal di Kaki Gunung Ungaran sebelah timur. Kalau tidak salah mereka menyebutnya sebagai Lembah Ijo Royo-royo.

Tapi pas nya dimana, aku kurang tahu Pendekar. Hanya itu saja yang aku dengar", ucap Ki Wijil sang sesepuh Wanua Randugunting itu sembari membungkuk hormat.

"Kalian bisa pulang ke rumah kalian masing-masing. Kami sendiri yang akan memburu Pragola dan kelompok rampok nya", ucap Sadewa yang langsung membuat semua pengungsi Wanua Randugunting itu tersenyum lebar. Sebelum nya mereka bingung mau kemana karena tidak memiliki tujuan untuk melanjutkan kehidupan mereka.

Rombongan Perguruan Bukit Katong bergerak cepat menuju ke arah Pakuwon Ungaran. Menjelang tengah hari, mereka menghentikan pergerakan mereka. Sadewa lalu mengajak mereka untuk makan siang di sebuah warung makan yang ada di pinggir barat Kota Pakuwon Ungaran.

Kedatangan 15 orang tamu bersamaan itu tentu saja membuat repot para pelayan warung makan yang terdiri dari dua orang gadis muda. Pemilik warung makan yang merangkap sebagai juru masak harus bekerja keras untuk memenuhi semua pesanan para tamu nya.

Seusai makan, Surtikanti yang memegang keuangan mereka segera mendekati si pemilik warung. Lelaki paruh baya bertubuh sedikit gemuk itu langsung tersenyum lebar ketika melihat Surtikanti mendekat.

"Bagaimana Nisanak? Apakah kalian semua puas dengan masakan di warung kami?", tanya si pemilik warung makan itu segera.

"Lumayan.. Masakan mu cukup bisa mengobati rasa lapar kami semua..

Berapa biaya makan semuanya?," Surtikanti mengeluarkan sekantong kepeng perak dan perunggu yang tersembunyi di balik bajunya.

"8 kepeng perak saja, Nisanak..", jawab si pemilik warung makan itu sambil tersenyum.

"Aku akan menggenapi nya menjadi sepuluh kepeng perak asal kau mau menunjukkan arah Lembah Ijo Royo-royo", ucap Surtikanti sambil menimang-nimang sepuluh kepeng perak itu di tangan kanan.

"Ah itu gampang sekali Nisanak..

Kalian tinggal lurus ke barat. Di jalan tepi hutan, kalian tinggal belok ke kiri. Sesampainya di sungai kecil, itu adalah ujung Lembah Ijo Royo-royo. Memangnya kalian sedang mencari apa disana? Kijang atau menjangan?", si pemilik warung makan balik bertanya.

"Bukan urusanmu..", Surtikanti melemparkan sepuluh kepeng perak itu ke arah pemilik warung makan. Dengan sigap, lelaki paruh baya bertubuh sedikit gemuk itu pun segera menangkapnya.

Setelah itu, rombongan murid Perguruan Bukit Katong pun segera meninggalkan tempat itu. Si pemilik warung makan itu hanya memandangi kepergian mereka tanpa bicara sepatah kata pun.

Sesuai dengan petunjuk dari pemilik warung, rombongan itu bergerak menuju ke arah barat. Begitu sampai di jalan setapak di hutan kaki Gunung Ungaran, mereka berbelok ke kiri. Dua ratus depa dari pertigaan jalan itu mereka menemukan sebuah sungai kecil yang berair jernih.

Sadewa pun segera memerintahkan kepada para murid Perguruan Bukit Katong untuk turun dari kuda mereka masing-masing. Semuanya segera menuntun kudanya ke arah semak belukar yang tumbuh subur di tepi sungai kecil itu.

"Kakak seperguruan, bantu kami mencari sarang Pragola. Yang lain tunggu saja disini sampai kita bergerak", mendengar perintah dari Sadewa, semuanya langsung mengangguk mengerti. Setelah itu, mereka berempat berpencar dalam dua kelompok. Sadewa bersama dengan Locana, sedangkan Surtikanti mengikuti Jaka Umbaran.

Di temani oleh Surtikanti, Jaka Umbaran memanjat pohon besar dengan gerakan cepat. Surtikanti mengekor di belakangnya. Keduanya pun langsung melesat cepat kearah barat. Menggunakan ilmu meringankan tubuh nya yang tinggi, dua orang itu bergerak cepat diantara pucuk pepohonan yang tumbuh subur di kaki Gunung Ungaran.

Tanpa disadari, keduanya terus bergerak. Hingga akhirnya mereka melihat sebuah pemukiman yang di pagar dengan kayu gelondongan sebesar betis orang dewasa yang ujungnya di lancipi, mirip dengan sebuah benteng pertahanan. Beberapa orang bertubuh gempal dengan ikat kepala merah terlihat sedang duduk di pos jaga yang ada di pintu gerbang pemukiman itu.

Jaka Umbaran segera memberi isyarat kepada Surtikanti untuk sedikit merunduk agar mereka tidak ketahuan oleh para penjaga.

"Sepertinya ini adalah markas mereka, Adik Seperguruan", ucap Jaka Umbaran lirih sambil menunjuk ke arah perkampungan itu.

"Kau benar Kakak Seperguruan..

Sekarang bagaimana langkah kita selanjutnya?", tanya Surtikanti kemudian.

"Sebaiknya adik seperguruan panggil semua orang kemari. Jumlah mereka cukup banyak. Harus pakai akal untuk menghadapi mereka", jawab Jaka Umbaran segera. Mendengar itu, Surtikanti mengangguk setuju. Tanpa menunggu lama lagi, dia segera bergegas kembali ke tempat awal mereka. Meninggalkan Jaka Umbaran terus mengamati situasi di dalam markas Kelompok Setan Gunung Ungaran.

Satu kali waktu menanak nasi, seluruh anggota rombongan Perguruan Bukit Katong telah sampai di tempat Jaka Umbaran bersembunyi. Sadewa segera mendekati Jaka Umbaran.

"Bagaimana situasi di dalam, Kakak Seperguruan?", tanya Sadewa segera.

"Jumlah mereka sekitar 100 orang. Jika kita langsung menyerbu masuk, mereka pasti mengandalkan jumlah untuk menghadapi kita.

Bagaimana jika kita sedikit bersiasat agar bisa mengalahkan mereka?

Begini adik seperguruan.....", Jaka Umbaran berbisik-bisik pada telinga Sadewa. Murid utama Perguruan Bukit Katong itu pun langsung manggut-manggut mengerti. Setelah itu, mereka berpencar menjadi dua kelompok. Satu kelompok kecil terdiri dari Sadewa, Locana, Surtikanti dan Sekar Kantil bergerak cepat ke arah samping pemukiman yang di batasi tebing batu. Satu kelompok yang lebih besar dipimpin oleh Jaka Umbaran mendatangi pintu gerbang markas.

Kedatangan Jaka Umbaran bersama 9 orang murid Perguruan Bukit Katong langsung di hadang oleh beberapa lelaki bertubuh gempal yang memakai ikat kepala merah.

"Siapa kalian? Ada urusan apa kemari?", hardik keras salah seorang diantara mereka. Tanpa menjawab pertanyaan itu, Jaka Umbaran segera menyambar pedang salah satu murid Perguruan Bukit Katong dan menebas leher si lelaki yang bertanya.

Chhhrrraaaaaaasssssshhh!!

Si lelaki bertubuh gempal itu langsung roboh dengan leher nyaris putus. Melihat itu, kawannya pun segera mencabut senjata mereka masing-masing dan langsung menerjang maju ke arah Jaka Umbaran dan kawan-kawan.

Dalam waktu singkat, keributan besar terjadi di depan pintu gerbang markas Kelompok Setan Gunung Ungaran. Puluhan orang berbadan besar dengan wajah menyeramkan langsung merangsek maju ke arah pintu gerbang markas.

Setapak demi setapak, Jaka Umbaran terus mundur sambil bertahan menghadapi para anggota Kelompok Setan Gunung Ungaran yang terus berdatangan.

Setelah hampir 70 orang berada di luar gerbang, Jaka Umbaran langsung berteriak lantang.

"Adik seperguruan...

Sekarang giliran mu!!!"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

🤪🤪🤪🤪🤪

2024-02-02

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

lanjut

2024-01-20

0

Tamburelo

Tamburelo

terima kasih kang Ebez, telah up date dgn ajeg. mantap.😀

2023-06-21

4

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!