JAYABAYA : Perjalanan Menjadi Sang Legenda

JAYABAYA : Perjalanan Menjadi Sang Legenda

Penculikan Sang Putra Mahkota

Jllleeeggggeeeeeeerrrrr!!!!

Jllleeeggggeeeeeeerrrrr!!!!!

Suara keras guntur menggelegar di langit membuat suasana seisi Kotaraja Daha begitu mencekam. Udara dingin bulan terakhir di penghujung tahun ini sangat menusuk tulang. Gelapnya malam bercampur dengan hujan deras yang mengguyur wilayah Kotaraja Daha semakin membuat semua orang enggan beringsut dari tempat tinggal mereka. Kotaraja Daha menjadi seperti kota mati.

Di tengah suasana hujan deras itu, dua orang sosok bayangan hitam berkelebat cepat kearah istana megah yang menjadi tempat tinggal Prabu Bameswara dan anggota keluarga nya. Sosok dua bayangan hitam ini seolah tak bisa ditembus oleh hujan deras yang terus menerus turun seolah-olah sedang tumpah dari langit.

Begitu sampai di atas tembok istana, dua sosok bayangan hitam ini berhenti. Mata keduanya segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling istana negara ini. Setelah melihat pucuk bangunan utama dari Istana Daha, keduanya segera melesat cepat kearah tempat itu seolah terbang meskipun tanpa sayap. Mereka memang bukan manusia.

Di salah satu sudut bangunan besar yang merupakan tempat peristirahatan permaisuri raja, nampak Dyah Kirana sedang asyik menidurkan sang buah hatinya yang baru berusia 7 purnama. Bayi laki-laki yang dinamakan dengan nama Mapanji Jayabhaya ini nampak tidak tenang. Sejak tadi sore, bocah ini terus rewel. Berulang kali dia menangis meski sang ibunda telah menyusui nya seolah ingin mengatakan sesuatu.

Ooooeeekkkkk oeeeekkkkk!!

Tangis bayi Mapanji Jayabhaya kembali terdengar. Dyah Kirana segera menggendong putra laki-laki satu-satunya Prabu Bameswara ini untuk menenangkan nya.

"Cuppppppp cuppppppp...

Diam to Le.. Ibu mu ada disini loh, jangan rewel lagi ya..", bujuk Dyah Kirana sambil memasukkan ****** *********** ke mulut bayi Mapanji Jayabhaya dengan harapan dapat meredam kerewelan sang buah hati.

Dayang istana, Sundari dan Padmini yang ada di tempat itu turut bingung dengan sikap sang pangeran kecil yang begitu rewel tak seperti biasanya.

"Kog Ndoro Gusti Pangeran Jayabhaya rewel terus ya Yu? Tidak seperti biasanya, anteng dan enak momongannya", ujar Sundari pada Padmini yang lebih tua darinya. Keduanya adalah dayang istana yang bertugas melayani segala kebutuhan Dyah Kirana selaku permaisuri raja.

Prabu Bameswara mengangkat Dyah Kirana sebagai permaisuri utama setelah hanya dia yang melahirkan bayi laki-laki hingga saat ini. Memang selain Dyah Kirana, istri Prabu Bameswara alias Panji Tejo Laksono yang lain seperti Ayu Ratna, Luh Jingga, Gayatri dan Dewi Rara Kinanti semuanya melahirkan bayi perempuan. Hanya Song Zhao Meng alias Dewi Wulandari saja yang sampai saat ini masih belum melahirkan keturunan untuk sang Maharaja Panjalu.

"Mana ku tahu, Ri??

Wong biasanya kamu yang sering menggendong Ndoro Pangeran Mapanji Jayabhaya. Aku kan cuma sesekali saja to momong dia", balas Padmini setengah berbisik karena takut akan menjadi pengganggu istirahat majikan mereka.

Jllleeeggggeeeeeeerrrrr!!!

Suara keras guntur kembali terdengar. Padmini dan Sundari sampai menutup telinga mereka saking takutnya. Kilat yang menyambar begitu terang seperti hendak menerangi seluruh jagat raya terlihat mendahului bunyi keras sang guntur.

Ooooeeekkkkk oeeeekkkkk!!!

Bayi Mapanji Jayabhaya kembali menangis keras bersamaan dengan kilat yang kembali terlihat. Dari arah luar jendela, terlihat dua pasang mata merah menyala mengintip ke dalam kamar tidur Dyah Kirana. Sosok dua makhluk menyeramkan itu segera menerjang masuk ke dalam kamar.

Brruuaaaakkkkkkkh!!!

Dyah Kirana yang sedang menyusui bayi Mapanji Jayabhaya seketika melompat menjauh dari datangnya dua bayangan hitam ini.

"Setan alas!!!

Dua makhluk halus seperti kalian berani masuk ke dalam Istana Kotaraja Daha. Apa ingin dimusnahkan ha?", hardik Dyah Kirana segera.

"Ehehehehehehe...

Kami hanya suruhan. Apapun yang diperintahkan oleh junjungan kami adalah kewajiban yang harus dilakukan. Dyah Kirana, serahkan bayi itu pada ku sekarang! Jika tidak, aku tidak akan segan untuk membuat mu hidup segan mati tak mau", ucap salah seorang diantara mereka berdua.

Ya, keduanya adalah dua orang utusan dari Ratu Laut Selatan, Dewi Angin-angin yang bernama Wingit dan Kundala. Kelahiran Mapanji Jayabhaya yang sempat menggegerkan dunia siluman tempo hari membuat Dewi Angin-angin Sang Ratu Siluman Laut Selatan ingin mengangkat nya sebagai putra angkat. Dewi Angin-angin tahu, bahwa keinginan itu harus di dapatkan dengan jalan kekerasan karena tidak mungkin Prabu Bameswara akan menyerahkan putra laki-laki satu-satunya untuk dijadikan sebagai putra angkat nya.

"Setan bodoh!

Kau benar benar sudah bosan hidup rupanya", setelah berkata demikian, sambil menggendong bayi Mapanji Jayabhaya, Dyah Kirana menerjang maju ke arah Wingit dan Kundala. Putri angkat Resi Ranukumbolo dari Pertapaan Gunung Mahameru ini sudah melapisi tubuhnya dengan mantra penghancur siluman.

Whhhuuuggghhhh..

Dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh!!

Dua serangan beruntun Dyah Kirana membuat dua makhluk halus dari Laut Selatan ini terdorong mundur. Pertarungan sengit antara mereka pun segera terjadi. Adu kepandaian ilmu beladiri, adu kekuatan dan kelincahan menghancurkan seisi ruangan ini.

Plllaaaakkkkk plllaaaakkkkk!!

Dhhaaaassshhh!!!

Wingit yang lebih unggul dalam ilmu kanuragan menoleh ke arah Kundala untuk membuat serangan bersama-sama agar memecah konsentrasi Dyah Kirana.

Dua utusan Ratu Laut Selatan ini pun melesat cepat kearah Dyah Kirana. Di tengah pergerakan, Wingit merubah gerakan tubuhnya dan langsung menyerang sisi bawah sedangkan Kundala mengincar bagian tubuh atas Dyah Kirana.

Mendapati dirinya sedang diincar dari dua arah berbeda, Dyah Kirana mundur beberapa langkah sebelum bergerak cepat menghindari dua serangan makhluk halus Laut Selatan ini. Namun begitu ia mendarat, Wingit sudah muncul di dekatnya sambil menghantam perut sang Ratu Panjalu.

Dhhaaaassshhh..

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Dyah Kirana tersurut mundur beberapa langkah ke belakang dan bayi Mapanji Jayabhaya terlepas dari gendongan nya. Kundala langsung menyambar bayi yang masih berselimut kain biru ini. Setelah mendapatkan nya, Kundala langsung bergerak ke samping Wingit.

Tepat di saat itu, Panji Tejo Laksono datang ke kamar Dyah Kirana. Padmini yang tidak pingsan saat kedua makhluk halus itu menerjang masuk ke dalam kamar tidur Dyah Kirana, langsung berlari keluar dari tempat itu dan memberitahu Panji Tejo Laksono yang sedang menerima pisowanan Tumenggung Ludaka dan Demung Gumbreg.

"Kurang ajar kalian berdua!!

Kembalikan putra ku sekarang! Jika tidak, akan ku hancurkan kalian berdua menjadi abu!!", ucap Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara dengan penuh amarah. Dada sang raja mengeluarkan cahaya kuning keemasan dan Keris Nagasasra muncul di sana. Prabu Bameswara segera menggenggam erat gagang pusaka yang sanggup membunuh makhluk halus ini.

Wingit dan Kundala saling berpandangan sejenak karena gentar dengan keampuhan Keris Nagasasra. Segera Wingit membuat keputusan sendiri dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Kundala. Mata Kundala langsung melebar karena tahu apa yang akan di lakukan oleh saudaranya itu.

Dengan cepat, Wingit bersedekap tangan di depan dada. Tubuhnya seketika mengembang. Semakin lama semakin besar. Kundala langsung mundur selangkah demi selangkah ke belakang.

"Hidup Gusti Ratu Laut Selatan!!!!", ucap Wingit lantang.

Dan...

Blllaaammmmmmmm!!!!

Ledakan dahsyat terdengar saat tubuh Wingit meledak. Prabu Bameswara segera mengeluarkan Ajian Tameng Waja untuk melindungi Dyah Kirana dari ledakan dahsyat ini. Seluruh kamar tidur Dyah Kirana dan separuh bangunan hancur porak poranda akibat ledakan ini. Saat Prabu Bameswara melihat ke belakang bekas ledakan dahsyat itu, Kundala telah menghilang bersama dengan bayi Mapanji Jayabhaya.

"Kangmas Prabu, Jayabhaya...", setelah berkata demikian, Dyah Kirana langsung pingsan seketika. Prabu Bameswara alias Panji Tejo Laksono langsung menoleh ke arah Padmini dan Sundari yang bersembunyi dibalik bangunan tak jauh dari tempat pertarungan.

"Kalian berdua, urus Gusti Ratu mu.. Aku akan mengejar penculik itu!!".

Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara pun segera menyerahkan Dyah Kirana yang pingsan pada Padmini dan Sundari. Menggunakan Ajian Halimun nya dia mengejar Kundala yang telah kabur membawa bayi Mapanji Jayabhaya ke arah selatan.

Dalam pelarian nya membawa bayi Mapanji Jayabhaya, Kundala yang merupakan siluman terbang dengan cepat kearah barat daya karena tahu bahwa Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara tidak akan membiarkannya begitu saja.

Saat hendak melintas di kaki Gunung Wilis sebelah selatan, tiba-tiba...

Shhiuuuuttthh!!

Cahaya putih kebiruan meluncur cepat kearah Kundala. Siluman ini yang tak menduga bahwa akan ada serangan ini, langsung terkena hantaman cahaya putih kebiruan ini

Blllaaaaaarrr..

Hoooaaarrrrrrggggghhhhh!!!

Tubuh Kundala langsung terpelanting ke tanah. Masih dengan menggendong bayi Mapanji Jayabhaya yang tertidur pulas karena sirep yang telah dia gunakan, Kundala langsung bangkit sambil menatap ke arah datangnya serangan cepat yang telah menjatuhkannya.

Seorang lelaki tua berjanggut putih panjang dengan tubuh kurus dan pakaian layaknya seorang pertapa, terlihat sedang berdiri di atas pucuk pohon sambil menatap tajam ke arah bayi yang sedang di gendong Kundala. Cahaya bulan purnama yang cukup terang menerangi sekitar wilayah selatan Gunung Wilis karena daerah ini tidak hujan, membuat pandangan mata lelaki tua itu jelas melihat sosok bayi yang sedang tertidur pulas ini.

"Siluman, kenapa kau membawa-bawa bayi manusia itu ha?!!

Lekas serahkan kepada ku", kakek tua itu segera mengulurkan tangannya ke arah Kundala yang perlahan terbang ke langit sehingga sejajar dengan nya.

"Manusia bau tanah!!

Jangan ikut campur urusan ku. Pergi kau dari sini. Aku tidak punya waktu berurusan dengan mu. Minggir!!!", hardik keras Kundala segera.

"Aku tidak akan ikut campur urusan dunia siluman jika kau tidak membawa bayi itu.

Kau boleh pergi setelah menyerahkan bayi itu padaku karena bayi itu bukan dari kalangan bangsa siluman", ucap kakek tua ini dengan tenang.

"Keparat bau tanah!!

Rupanya kau ingin merebut bayi ini dari ku. Jangan harap aku akan menyerahkan nya walaupun nyawa ku menjadi taruhannya", ucap Kundala sembari memamerkan gigi taringnya yang perlahan memanjang.

"Siluman bodoh, kau cari mati!!"

Sekali hentak, tubuh kakek tua berjanggut panjang itu segera melesat ke arah Kundala dan pertarungan sengit di atas udara antara mereka langsung tak dapat dihindarkan lagi.

Whuuuggghh whuuuggghh..

Dhasshhh dhasshhh dhasshhh!!

Oouuugghhhhhh!!!

Kundala langsung melengguh tertahan kala tendangan keras kaki kanan kakek tua itu telak menghantam perutnya. Tubuh siluman asal Laut Selatan ini langsung meluncur jatuh ke tanah dan menghantam bumi dengan keras. Namun Kundala belum juga mau menyerah. Siluman berwujud manusia setengah anjing laut ini hendak bergerak maju ke arah kakek tua itu namun tubuh nya tak bisa digerakkan. Dia langsung menatap tajam ke arah kakek tua yang sedang komat kamit membaca mantra. Tasbih biji genitri berwarna kecoklatan di tangan kanannya terus berputar satu persatu.

Selusin rantai yang tercipta dari untaian huruf Jawa Kuno mengikat tubuh Kundala dari berbagai penjuru. Sekuat tenaga Kundala meronta, dia tidak juga bisa melepaskan diri dari ikatan rantai ghaib ini. Malahan rantai ghaib ini semakin erat mengikat tubuhnya.

Hhoooaaaaaaaarrrrrgggghhhhh!!!

"Aku sudah baik-baik meminta mu agar menyerahkan bayi manusia itu kepada ku tapi sayang kau keras kepala. Jadi terpaksa aku harus melakukannya", ucap sang kakek tua berjanggut panjang ini sembari melayang turun ke hadapan Kundala.

"Bajingan tua bangka!!

Lepaskan aku! Ratu Laut Selatan pasti tidak akan memaafkan perbuatan mu jika kau berani membunuh ku hoooaaarrrrrrggggghhhhh!!!!", teriak Kundala sembari terus menerus meronta.

"Rupanya kau anak buah Dewi Angin-angin. Huhhhhh, bahkan ratu gusti mu itu akan berlari ketakutan jika berjumpa dengan ku. Aku ampuni nyawa mu tapi sebagai gantinya,

aku mengambil bayi manusia ini", tangan kakek tua itu segera bergerak mengambil bayi Mapanji Jayabhaya yang masih dalam gendongan tangan kiri Kundala. Hebatnya, tangan kakek tua itu mampu menembus tubuh siluman Kundala dan mengambil bayi Mapanji Jayabhaya tanpa kesulitan sama sekali.

Begitu dalam gendongan kakek tua itu, bayi Mapanji Jayabhaya menguap lebar dan terbangun dari tidurnya.

"Bocah yang tampan.. Aku akan membawa mu pulang ke tempat tinggal ku hehehehe..", ucap kakek tua berpakaian pertapa ini sambil terbang ke arah Utara. Meninggalkan Kundala yang masih terikat rantai mantra ghaib yang diciptakan nya.

Setelah cukup lama Kundala terikat pada rantai mantra ghaib ini, menjelang pagi tiba, perlahan rantai ini menghilang dengan sendirinya.

Kundala yang bebas dari belenggu rantai mantra ghaib ini segera bergegas terbang menuju ke arah selatan.

"Aku harus melaporkan hal ini pada Gusti Ratu Laut Selatan!"

Terpopuler

Comments

Wy Ky

Wy Ky

ok

2024-06-04

0

babygirl♡

babygirl♡

...

2024-05-31

0

babygirl♡

babygirl♡

keren.

2024-05-31

0

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!