Pendekar Gunung Lawu

Dua larik cahaya putih kebiruan layaknya dua petir yang menyambar ke segala penjuru meluruk maju ke arah para anggota kelompok Rampok Topeng Tengkorak. Beberapa orang yang melihat itu segera berhamburan menyelamatkan diri namun yang paling depan hanya bisa pasrah saja saat dua larik cahaya biru keputihan itu.

Blllaaammmmmmmm blllaaammmm!!!

Sumpah serapah bercampur makian beruntun terdengar di barengi dengan jerit kesakitan dari berbagai arah. Ledakan keras beruntun itu terdengar hingga ke penghujung wanua. Sebanyak 10 orang anggota Rampok Topeng Tengkorak langsung meregang nyawa dengan tubuh gosong seperti tersambar petir.

Melihat anak buah nya tewas bergelimpangan, si lelaki bertubuh gempal yang memakai topeng tengkorak bertanduk ini menggeram keras sembari melesat cepat kearah Jaka Umbaran yang baru saja menapak tanah. Dari kedua tangan nya muncul dua cahaya merah pipih layaknya pedang. Secepat kilat dia menyabetkan nya ke arah sang pendekar muda.

Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh!!

Jaka Umbaran terpaksa harus menjatuhkan tubuhnya ke samping kanan agar lolos dari sergapan pimpinan kelompok Rampok Topeng Tengkorak yang dijuluki sebagai Setan Topeng Tengkorak Besi ini.

Setelah itu, Jaka Umbaran segera memutar tubuhnya dan melakukan guntingan kaki pada lawan. Melihat itu, Setan Topeng Tengkorak Besi dengan cepat menjejak tanah hingga tubuhnya terangkat ke atas. Dengan kecepatan tinggi, dia melemparkan dua cahaya merah tipis itu ke arah Jaka Umbaran.

Whhhuuuggghhhh whhhuuuggghhhh!!

Dua larik cahaya merah tipis itu segera menerabas cepat kearah Jaka Umbaran yang masih berjongkok di tanah. Sadar kalau lawannya sedang mengincarnya, Jaka Umbaran langsung menyambar sebuah gerobak kayu milik penduduk yang ada di sampingnya dan melemparkannya ke arah dua cahaya merah tipis itu segera.

Whhuuusshhh!

Blllaaaaaarrr blllaaammmmmmmm!!!

Ledakan keras terdengar bersahutan menandakan bahwa serangan cepat si lelaki bertopeng tengkorak besi itu sangat berbahaya. Gerobak kayu yang dilemparkan oleh Jaka Umbaran seketika hancur lebur berkeping-keping begitu dua cahaya merah tipis itu mengenainya.

Keduanya segera mengambil jarak yang cukup jauh dari lawan. Di saat yang bersamaan, Ki Suradipa si Pendekar Pedang Kuning bersama para muridnya juga Ki Jagabaya Gandung beserta Lurah Mpu Lunggah sampai di tempat. Mereka semua langsung menerjang maju ke arah para anak buah Rampok Topeng Tengkorak yang tersisa.

Dari balik lobang mata pada topeng tengkorak besi itu, sebuah pandangan mata tajam terlihat geram ke arah Jaka Umbaran.

"Bocah keparat!!

Siapa kau dan kenapa ikut campur dalam urusan ku heh? Sebaiknya kau minggir dari tempat ini jika masih sayang dengan nyawa mu!!", bentak Si Setan Topeng Tengkorak Besi ini garang.

"Aku orang yang akan mencabut nyawa mu, perampok busuk!!", balas Jaka Umbaran segera.

"Kurang ajar!!

Akan ku cincang tubuh mu bocah busuk!!", Setan Topeng Tengkorak Besi segera mengeluarkan lagi ilmu kanuragan nya. Dua cahaya merah setipis pedang tercipta dari kedua tangan nya.

Setelah ilmu kanuragan tingkat tinggi nya yang bernama Ajian Pembelah Langit itu tercipta sempurna di kedua telapak tangannya, Si Rampok Topeng Tengkorak Besi segera melesat cepat kearah Jaka Umbaran sembari mengayunkan kedua tangan bergantian ke arah sang pendekar muda.

Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh!!

Dua cahaya merah tipis bersilangan dan meluruk cepat kearah Jaka Umbaran. Sang pendekar muda menghirup nafas panjang sembari memejamkan matanya. Pupil matanya seketika memancarkan cahaya kuning keemasan sebentar yang diikuti oleh cahaya biru tipis yang menutupi seluruh tubuh.

"Mampus kau bajingan keparat!!", teriak Si Setan Topeng Tengkorak Besi sembari menyeringai lebar ketika melihat Jaka Umbaran tak sedikitpun bergerak dari tempatnya berdiri.

Blllaaammmmmmmm!!!

Ledakan keras seketika terdengar memekakkan telinga semua orang. Baik kawan maupun lawan, semuanya mengira bahwa Jaka Umbaran pasti tewas dalam ledakan dahsyat itu.

Namun semuanya tercengang kala melihat Jaka Umbaran melesat cepat keluar dari dalam kepulan asap tebal yang menutupi tempatnya berdiri. Apalagi Si Setan Topeng Tengkorak Besi. Lelaki dengan dandanan menyeramkan itu tercengang beberapa saat lamanya sebelum menyadari bahwa Jaka Umbaran sedang bergerak cepat ke arah nya dengan tangan kanan di lambari cahaya putih kebiruan yang memancarkan kilat petir kecil di sekelilingnya.

"Sekarang giliran ku!!!", ucap Jaka Umbaran sembari menghantamkan tapak tangan kanan nya ke arah dada Si Setan Topeng Tengkorak Besi.

Whhhuuuuuusssshhh!!!

Dhhhuuuaaaaarrrrrrrrr!!!

Meskipun Setan Topeng Tengkorak Besi sekuat tenaga untuk mempertahankan diri dengan menyilangkan kedua tangan nya yang terlindung oleh pelindung tangan dari besi yang merupakan senjata pertahanan dengan daya linuwih yang tinggi, namun nyatanya dia harus menerima kenyataan pahit bahwa dia masih kalah tenaga dalam dan ajian dibandingkan dengan Jaka Umbaran meskipun sang pendekar muda masih menggunakan separuh tenaga dalam yang dia miliki. Tubuhnya mencelat jauh ke belakang dan menyusruk tanah hampir 2 tombak jauhnya. Topeng besi yang dia kenakan lepas dan wajah aslinya pun terlihat. Dia langsung muntah darah segar.

Hhoooeeeeggggghhh!!!

Betapa terkejutnya semua orang saat melihat siapa sosok lelaki yang bersembunyi di balik topeng tengkorak besi bertanduk itu. Terutama Ki Lurah Mpu Lunggah dan Ki Jagabaya Gandung. Karena mereka berdua sangat mengenal sosok di balik topeng tengkorak besi ini.

"Ra-raden Rukmo ??!!!

Ja-jadi kau yang selama ini menjadi Rampok Topeng Tengkorak Besi??", ucap Ki Lurah Mpu Lunggah seolah tak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya.

Belum hilang rasa keterkejutan mereka dengan sosok Raden Rukmo, putra Akuwu Tambak Boyo Mpu Parto yang merupakan sosok asli Si Setan Topeng Tengkorak Besi, sesosok bayangan berkelebat cepat menyambar tubuh Raden Rukmo sambil melepaskan serangan yang berupa gumpalan cahaya merah kehitaman ke arah mereka.

Jaka Umbaran segera menjejak tanah dengan keras lalu melesat menyongsong serangan cepat itu dengan pukulan tangan kanannya yang berwarna putih kebiruan.

Blllaaammmmmmmm!!!

Ledakan keras kembali terdengar saat Ajian Guntur Saketi milik Jaka Umbaran beradu dengan gumpalan cahaya merah kehitaman. Jaka Umbaran tersurut mundur beberapa tombak ke belakang dengan satu tangan menyangga tubuh.

Namun pendekar muda itu tidak terluka sama sekali dan segera bangkit sambil menatap ke arah tempat Si Setan Topeng Tengkorak Besi alias Raden Rukmo berada. Pimpinan kelompok Rampok Topeng Tengkorak ini telah raib dari tempatnya semula.

Rupanya serangan yang dilakukan oleh si bayangan hitam itu tadi hanya serangan pengalihan untuk menyelamatkan Raden Rukmo. Bersamaan dengan hilangnya putra Akuwu Tambak Boyo, para anggota kelompok Rampok Topeng Tengkorak yang tersisa juga ikut menghilang meskipun ada beberapa orang yang terbunuh oleh Niluh Wuni, Sekar Kantil dan Ki Suradipa.

"Urusan kita belum selesai, pendekar muda! Aku akan kembali untuk menuntut balas!", terdengar suara menggema sayup-sayup di kejauhan.

Niluh Wuni, Ki Suradipa dan Sekar Kantil bersama dengan para sesepuh Wanua Mantingan bergegas mendekati Jaka Umbaran yang menatap ke arah sumber suara yang terdengar sayup-sayup itu.

"Tak ku sangka, akhirnya Rampok Topeng Tengkorak bisa terusir juga dari tempat kita.

Aku menghaturkan banyak terima kasih atas bantuan mu, Pendekar Gunung Lawu", ujar Ki Jagabaya Gandung sembari membungkuk hormat kepada Jaka Umbaran.

"Benar sekali omongan mu, Ki Jagabaya..

Kisanak Jaka Umbaran memang layak untuk mendapatkan julukan sebagai Pendekar Gunung Lawu. Dia sungguh-sungguh hebat bisa membuat Si Setan Topeng Tengkorak Besi tak berdaya menghadapinya", sambung Ki Lurah Mpu Lunggah segera.

"Aku masih belum layak untuk mendapatkan nama pendekar, Ki Lurah..

Kemampuan beladiri ku masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak yang harus aku pelajari", balas Jaka Umbaran merendah.

"Lantas kenapa jika belum sempurna, Umbaran?

Kemampuan beladiri mu jauh lebih baik dari ku. Kau lebih pantas menyandang gelar sebagai pendekar di bandingkan dengan ku", sahut Ki Suradipa sambil tersenyum.

Para penduduk yang selamat dari kekejaman Rampok Topeng Tengkorak berduyun-duyun mendatangi Jaka Umbaran sambil meneriakkan julukan barunya.

"Hidup Pendekar Gunung Lawu!!

Hidup Pendekar Gunung Lawu!!!"

Suara pujian dari para penduduk Wanua Mantingan sambung menyambung hingga rasa putus asa yang sempat menghinggapi hati dan pikiran mereka akibat ulah Rampok Topeng Tengkorak seolah sirna. Kedatangan Jaka Umbaran atau sekarang yang mereka sebut sebagai Pendekar Gunung Lawu ibarat sebuah obat hati yang paling mujarab dari rasa pasrah akan kematian yang baru saja menghinggapi hati setiap orang.

Jaka Umbaran segera mengangkat kedua tangan nya dan seketika itu juga para penduduk Wanua Mantingan diam seketika.

"Sudah cukup pujian kalian..

Yang paling penting sekarang adalah mengobati yang terluka dan merawat yang sakit. Besok pagi kita mulai menata kembali kehidupan yang lebih baik", ucap Jaka Umbaran sambil tersenyum.

"Pendekar Gunung Lawu benar..

Malam ini bawa semua yang terluka ke pendopo wanua kita. Sampai kita bisa membangun lagi tempat tinggal kalian yang hancur, semua kebutuhan kalian akan menjadi tanggung jawab ku sebagai lurah", sambung Ki Lurah Mpu Lunggah segera.

Maka malam hari itu juga, ratusan penduduk Wanua Mantingan yang kehilangan tempat tinggal dan menjadi korban kekejian Rampok Topeng Tengkorak mengungsi ke rumah Lurah Mpu Lunggah. Selain memang butuh tempat berteduh, mereka juga merasa lebih aman karena ada Pendekar Gunung Lawu sang pahlawan penyelamat Wanua Mantingan yang mereka kagumi.

****

Huuuooooooooghhhhhh!!

Raden Rukmo kembali memuntahkan darah segar. Di sebuah gubuk kayu di dalam Alas Gomati, putra Akuwu Tambak Boyo itu nampak menyedihkan. Wajahnya memucat setelah memuntahkan banyak darah. Rambutnya yang ikal nampak menutupi sebagian wajahnya. Beberapa bagian bajunya robek sementara kedua tangannya nampak menghitam seperti habis terbakar api.

Seorang lelaki paruh baya bertubuh kekar dengan raut muka kejam nampak berusaha keras untuk menyelamatkan nyawanya. Bulir-bulir keringat sebesar biji kedelai nampak membasahi dahi lelaki berewokan yang sebagian sudah berwarna putih karena ditumbuhi uban ini. Meskipun hanya obor lampu minyak jarak yang menerangi tempat itu, namun nampak jelas bahwa dia bukan orang biasa. Pakaian nya menyiratkan bahwa dia adalah seorang pendekar karena sebuah pedang besar tersandang di punggungnya.

Dia adalah Ki Wikanda, guru Raden Rukmo putra Akuwu Tambak Boyo. Lelaki paruh baya ini bukan pendekar sembarangan.

Nama Ki Wikanda cukup tersohor di dunia persilatan terutama di Wilayah Kadipaten Lasem sebagai Pendekar Pedang Pembelah Gunung. Ini juga merujuk pada senjata pusaka berupa pedang besar yang selalu tersandang di punggungnya. Ilmu kanuragan nya tinggi, bahkan Adipati Lasem Ardhaprabu pun menaruh hormat kepada nya. Dia sering di minta untuk menjadi guru bagi para putra-putra pejabat negara di lingkungan Istana Kadipaten Lasem. Salah satu dari sekian banyak murid nya, hanya Raden Rukmo yang menjadi murid kesayangannya. Karena itu, sekuat tenaga dia mencoba untuk menyelamatkan nyawa Raden Rukmo yang sedang terluka parah setelah beradu ilmu kesaktian dengan Jaka Umbaran.

Setelah cukup lama menyalurkan hawa murni tenaga dalam nya pada Raden Rukmo, Ki Wikanda sang Pendekar Pedang Pembelah Gunung menarik telapak tangannya dari punggung Raden Rukmo sembari menghela nafas panjang. Tenaga dalam nya sudah begitu banyak terkuras saat ini. Jika sampai di teruskan lagi, lelaki paruh baya itu bisa pingsan sendiri karena kehabisan tenaga dalam.

"Bagaimana keadaan mu Rukmo?", tanya Ki Wikanda sembari beringsut turun dari atas dipan kayu di belakang tubuh Raden Rukmo yang masih duduk bersila.

"Oouuugghhhhhh.. uhukkk uhukkk uhukkk..

Dada ku sakit sekali guru, seperti mau pecah. Untuk bernafas pun sulit sekali uhukkk uhukkk uhukkk...", Raden Rukmo terbatuk-batuk menjawab omongan sang guru.

Hemmmmmmm...

"Lawan yang baru saja kau hadapi bukanlah pendekar kacangan, Rukmo. Ajian Gugur Kembang Segoro yang ku lesakkan padanya sama sekali tidak membuat nya terluka.

Terlambat sedikit saja kedatangan ku, nyawa mu pasti melayang di tangannya", ucap Ki Wikanda sembari terus memperhatikan keadaan Raden Rukmo murid kesayangannya.

"Aku sudah memperingatkan mu sebelumnya untuk berhati-hati agar tidak terjadi hal seperti ini. Tapi sikap keras kepala mu itu memang susah untuk dikendalikan.

Bagaimana tangan mu? Apa masih bisa kau gerakkan?", imbuh Ki Wikanda sembari menatap ke arah tangan Raden Rukmo yang menghitam. Tangan kirinya terlihat seperti arah sedangkan sebelah kanan masih sedikit lebih baik. Andai saja dia tidak menggunakan pelindung besi di tangannya, pasti kedua tangan Raden Rukmo sudah hancur terkena Ajian Guntur Saketi.

"Tangan kiri ku sama sekali tidak bisa di gerakkan, Guru. Sedangkan yang kanan masih bisa sedikit.

Apakah ini artinya aku akan menjadi orang cacat Guru? Uhukkk uhukkk uhukkk!!", kembali Raden Rukmo terbatuk-batuk menjawab pertanyaan gurunya.

"Aku tidak yakin apakah kau akan menjadi cacat atau tidak, Rukmo. Karena aku khawatir jika ilmu kesaktian yang mengenai lengan mu adalah Ajian Guntur Saketi, maka harapan itu sudah tidak ada lagi.

Sebaiknya kau beristirahat sejenak di tempat ini. Aku akan mencari kakak seperguruan ku yang mungkin bisa menyelamatkan kedua tangan mu. Tunggulah sampai aku kembali", ucap Ki Wikanda sambil melangkah keluar dari dalam gubuk kayu itu. Tak lama setelah menutup pintu gubuk kayu itu, Ki Wikanda sang Pendekar Pedang Pembelah Gunung sudah lenyap di balik gelapnya malam.

"Aku akan jadi cacat?

Tidak, aku tidak mau jadi cacat. Wandansari tidak akan mau bersuamikan seorang lelaki cacat. Aku lebih baik mati daripada harus menerima penghinaan seumur hidup ku", gumam Raden Rukmo yang sudah putus asa karena luka di kedua lengan tangannya. Entah setan apa yang merasuki pikiran Raden Rukmo, melihat sebuah pedang pendek tergantung pada dinding kayu gubuk itu, timbul niatnya untuk bunuh diri. Dengan susah payah, Raden Rukmo mencabut pedang pendek itu lalu segera menusukkan nya ke perutnya.

Jllleeeeeppppphhh..

Aaauuuuggggghhhhh!!!

Raden Rukmo melengguh tertahan sebelum kepalanya terkulai dan jatuh ke lantai gubuk kayu itu dengan pedang menancap di perutnya. Dia tewas bunuh diri.

Beberapa waktu kemudian, Ki Wikanda datang bersama dengan seorang wanita tua bertubuh sedikit gemuk layaknya wanita seumuran dengan nya. Hanya saja, tampilan wanita paruh baya itu sedikit aneh karena pupur yang tebal dan mulutnya terus mengunyah sirih pinang tanpa henti.

Saat Ki Wikanda melihat Raden Rukmo sudah tak bernyawa lagi dengan pedang menancap di perutnya, dia menggeram keras.

"Pendekar muda keparat! Kematian Rukmo ini semua karena ulah mu.

Aku pasti akan membunuhmu!!"

Terpopuler

Comments

Saya Tasmin

Saya Tasmin

gak bisa gerakan tangan tapi bisa memegang pedang bunuh diri😁😁

2024-02-16

1

Iron Mustapa

Iron Mustapa

🤪🤪🤪🤪🤪

2024-02-02

0

rajes salam lubis

rajes salam lubis

luar biasa

2024-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!