Dua larik cahaya putih kebiruan layaknya dua petir yang menyambar ke segala penjuru meluruk maju ke arah para anggota kelompok Rampok Topeng Tengkorak. Beberapa orang yang melihat itu segera berhamburan menyelamatkan diri namun yang paling depan hanya bisa pasrah saja saat dua larik cahaya biru keputihan itu.
Blllaaammmmmmmm blllaaammmm!!!
Sumpah serapah bercampur makian beruntun terdengar di barengi dengan jerit kesakitan dari berbagai arah. Ledakan keras beruntun itu terdengar hingga ke penghujung wanua. Sebanyak 10 orang anggota Rampok Topeng Tengkorak langsung meregang nyawa dengan tubuh gosong seperti tersambar petir.
Melihat anak buah nya tewas bergelimpangan, si lelaki bertubuh gempal yang memakai topeng tengkorak bertanduk ini menggeram keras sembari melesat cepat kearah Jaka Umbaran yang baru saja menapak tanah. Dari kedua tangan nya muncul dua cahaya merah pipih layaknya pedang. Secepat kilat dia menyabetkan nya ke arah sang pendekar muda.
Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh!!
Jaka Umbaran terpaksa harus menjatuhkan tubuhnya ke samping kanan agar lolos dari sergapan pimpinan kelompok Rampok Topeng Tengkorak yang dijuluki sebagai Setan Topeng Tengkorak Besi ini.
Setelah itu, Jaka Umbaran segera memutar tubuhnya dan melakukan guntingan kaki pada lawan. Melihat itu, Setan Topeng Tengkorak Besi dengan cepat menjejak tanah hingga tubuhnya terangkat ke atas. Dengan kecepatan tinggi, dia melemparkan dua cahaya merah tipis itu ke arah Jaka Umbaran.
Whhhuuuggghhhh whhhuuuggghhhh!!
Dua larik cahaya merah tipis itu segera menerabas cepat kearah Jaka Umbaran yang masih berjongkok di tanah. Sadar kalau lawannya sedang mengincarnya, Jaka Umbaran langsung menyambar sebuah gerobak kayu milik penduduk yang ada di sampingnya dan melemparkannya ke arah dua cahaya merah tipis itu segera.
Whhuuusshhh!
Blllaaaaaarrr blllaaammmmmmmm!!!
Ledakan keras terdengar bersahutan menandakan bahwa serangan cepat si lelaki bertopeng tengkorak besi itu sangat berbahaya. Gerobak kayu yang dilemparkan oleh Jaka Umbaran seketika hancur lebur berkeping-keping begitu dua cahaya merah tipis itu mengenainya.
Keduanya segera mengambil jarak yang cukup jauh dari lawan. Di saat yang bersamaan, Ki Suradipa si Pendekar Pedang Kuning bersama para muridnya juga Ki Jagabaya Gandung beserta Lurah Mpu Lunggah sampai di tempat. Mereka semua langsung menerjang maju ke arah para anak buah Rampok Topeng Tengkorak yang tersisa.
Dari balik lobang mata pada topeng tengkorak besi itu, sebuah pandangan mata tajam terlihat geram ke arah Jaka Umbaran.
"Bocah keparat!!
Siapa kau dan kenapa ikut campur dalam urusan ku heh? Sebaiknya kau minggir dari tempat ini jika masih sayang dengan nyawa mu!!", bentak Si Setan Topeng Tengkorak Besi ini garang.
"Aku orang yang akan mencabut nyawa mu, perampok busuk!!", balas Jaka Umbaran segera.
"Kurang ajar!!
Akan ku cincang tubuh mu bocah busuk!!", Setan Topeng Tengkorak Besi segera mengeluarkan lagi ilmu kanuragan nya. Dua cahaya merah setipis pedang tercipta dari kedua tangan nya.
Setelah ilmu kanuragan tingkat tinggi nya yang bernama Ajian Pembelah Langit itu tercipta sempurna di kedua telapak tangannya, Si Rampok Topeng Tengkorak Besi segera melesat cepat kearah Jaka Umbaran sembari mengayunkan kedua tangan bergantian ke arah sang pendekar muda.
Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh!!
Dua cahaya merah tipis bersilangan dan meluruk cepat kearah Jaka Umbaran. Sang pendekar muda menghirup nafas panjang sembari memejamkan matanya. Pupil matanya seketika memancarkan cahaya kuning keemasan sebentar yang diikuti oleh cahaya biru tipis yang menutupi seluruh tubuh.
"Mampus kau bajingan keparat!!", teriak Si Setan Topeng Tengkorak Besi sembari menyeringai lebar ketika melihat Jaka Umbaran tak sedikitpun bergerak dari tempatnya berdiri.
Blllaaammmmmmmm!!!
Ledakan keras seketika terdengar memekakkan telinga semua orang. Baik kawan maupun lawan, semuanya mengira bahwa Jaka Umbaran pasti tewas dalam ledakan dahsyat itu.
Namun semuanya tercengang kala melihat Jaka Umbaran melesat cepat keluar dari dalam kepulan asap tebal yang menutupi tempatnya berdiri. Apalagi Si Setan Topeng Tengkorak Besi. Lelaki dengan dandanan menyeramkan itu tercengang beberapa saat lamanya sebelum menyadari bahwa Jaka Umbaran sedang bergerak cepat ke arah nya dengan tangan kanan di lambari cahaya putih kebiruan yang memancarkan kilat petir kecil di sekelilingnya.
"Sekarang giliran ku!!!", ucap Jaka Umbaran sembari menghantamkan tapak tangan kanan nya ke arah dada Si Setan Topeng Tengkorak Besi.
Whhhuuuuuusssshhh!!!
Dhhhuuuaaaaarrrrrrrrr!!!
Meskipun Setan Topeng Tengkorak Besi sekuat tenaga untuk mempertahankan diri dengan menyilangkan kedua tangan nya yang terlindung oleh pelindung tangan dari besi yang merupakan senjata pertahanan dengan daya linuwih yang tinggi, namun nyatanya dia harus menerima kenyataan pahit bahwa dia masih kalah tenaga dalam dan ajian dibandingkan dengan Jaka Umbaran meskipun sang pendekar muda masih menggunakan separuh tenaga dalam yang dia miliki. Tubuhnya mencelat jauh ke belakang dan menyusruk tanah hampir 2 tombak jauhnya. Topeng besi yang dia kenakan lepas dan wajah aslinya pun terlihat. Dia langsung muntah darah segar.
Hhoooeeeeggggghhh!!!
Betapa terkejutnya semua orang saat melihat siapa sosok lelaki yang bersembunyi di balik topeng tengkorak besi bertanduk itu. Terutama Ki Lurah Mpu Lunggah dan Ki Jagabaya Gandung. Karena mereka berdua sangat mengenal sosok di balik topeng tengkorak besi ini.
"Ra-raden Rukmo ??!!!
Ja-jadi kau yang selama ini menjadi Rampok Topeng Tengkorak Besi??", ucap Ki Lurah Mpu Lunggah seolah tak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya.
Belum hilang rasa keterkejutan mereka dengan sosok Raden Rukmo, putra Akuwu Tambak Boyo Mpu Parto yang merupakan sosok asli Si Setan Topeng Tengkorak Besi, sesosok bayangan berkelebat cepat menyambar tubuh Raden Rukmo sambil melepaskan serangan yang berupa gumpalan cahaya merah kehitaman ke arah mereka.
Jaka Umbaran segera menjejak tanah dengan keras lalu melesat menyongsong serangan cepat itu dengan pukulan tangan kanannya yang berwarna putih kebiruan.
Blllaaammmmmmmm!!!
Ledakan keras kembali terdengar saat Ajian Guntur Saketi milik Jaka Umbaran beradu dengan gumpalan cahaya merah kehitaman. Jaka Umbaran tersurut mundur beberapa tombak ke belakang dengan satu tangan menyangga tubuh.
Namun pendekar muda itu tidak terluka sama sekali dan segera bangkit sambil menatap ke arah tempat Si Setan Topeng Tengkorak Besi alias Raden Rukmo berada. Pimpinan kelompok Rampok Topeng Tengkorak ini telah raib dari tempatnya semula.
Rupanya serangan yang dilakukan oleh si bayangan hitam itu tadi hanya serangan pengalihan untuk menyelamatkan Raden Rukmo. Bersamaan dengan hilangnya putra Akuwu Tambak Boyo, para anggota kelompok Rampok Topeng Tengkorak yang tersisa juga ikut menghilang meskipun ada beberapa orang yang terbunuh oleh Niluh Wuni, Sekar Kantil dan Ki Suradipa.
"Urusan kita belum selesai, pendekar muda! Aku akan kembali untuk menuntut balas!", terdengar suara menggema sayup-sayup di kejauhan.
Niluh Wuni, Ki Suradipa dan Sekar Kantil bersama dengan para sesepuh Wanua Mantingan bergegas mendekati Jaka Umbaran yang menatap ke arah sumber suara yang terdengar sayup-sayup itu.
"Tak ku sangka, akhirnya Rampok Topeng Tengkorak bisa terusir juga dari tempat kita.
Aku menghaturkan banyak terima kasih atas bantuan mu, Pendekar Gunung Lawu", ujar Ki Jagabaya Gandung sembari membungkuk hormat kepada Jaka Umbaran.
"Benar sekali omongan mu, Ki Jagabaya..
Kisanak Jaka Umbaran memang layak untuk mendapatkan julukan sebagai Pendekar Gunung Lawu. Dia sungguh-sungguh hebat bisa membuat Si Setan Topeng Tengkorak Besi tak berdaya menghadapinya", sambung Ki Lurah Mpu Lunggah segera.
"Aku masih belum layak untuk mendapatkan nama pendekar, Ki Lurah..
Kemampuan beladiri ku masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak yang harus aku pelajari", balas Jaka Umbaran merendah.
"Lantas kenapa jika belum sempurna, Umbaran?
Kemampuan beladiri mu jauh lebih baik dari ku. Kau lebih pantas menyandang gelar sebagai pendekar di bandingkan dengan ku", sahut Ki Suradipa sambil tersenyum.
Para penduduk yang selamat dari kekejaman Rampok Topeng Tengkorak berduyun-duyun mendatangi Jaka Umbaran sambil meneriakkan julukan barunya.
"Hidup Pendekar Gunung Lawu!!
Hidup Pendekar Gunung Lawu!!!"
Suara pujian dari para penduduk Wanua Mantingan sambung menyambung hingga rasa putus asa yang sempat menghinggapi hati dan pikiran mereka akibat ulah Rampok Topeng Tengkorak seolah sirna. Kedatangan Jaka Umbaran atau sekarang yang mereka sebut sebagai Pendekar Gunung Lawu ibarat sebuah obat hati yang paling mujarab dari rasa pasrah akan kematian yang baru saja menghinggapi hati setiap orang.
Jaka Umbaran segera mengangkat kedua tangan nya dan seketika itu juga para penduduk Wanua Mantingan diam seketika.
"Sudah cukup pujian kalian..
Yang paling penting sekarang adalah mengobati yang terluka dan merawat yang sakit. Besok pagi kita mulai menata kembali kehidupan yang lebih baik", ucap Jaka Umbaran sambil tersenyum.
"Pendekar Gunung Lawu benar..
Malam ini bawa semua yang terluka ke pendopo wanua kita. Sampai kita bisa membangun lagi tempat tinggal kalian yang hancur, semua kebutuhan kalian akan menjadi tanggung jawab ku sebagai lurah", sambung Ki Lurah Mpu Lunggah segera.
Maka malam hari itu juga, ratusan penduduk Wanua Mantingan yang kehilangan tempat tinggal dan menjadi korban kekejian Rampok Topeng Tengkorak mengungsi ke rumah Lurah Mpu Lunggah. Selain memang butuh tempat berteduh, mereka juga merasa lebih aman karena ada Pendekar Gunung Lawu sang pahlawan penyelamat Wanua Mantingan yang mereka kagumi.
****
Huuuooooooooghhhhhh!!
Raden Rukmo kembali memuntahkan darah segar. Di sebuah gubuk kayu di dalam Alas Gomati, putra Akuwu Tambak Boyo itu nampak menyedihkan. Wajahnya memucat setelah memuntahkan banyak darah. Rambutnya yang ikal nampak menutupi sebagian wajahnya. Beberapa bagian bajunya robek sementara kedua tangannya nampak menghitam seperti habis terbakar api.
Seorang lelaki paruh baya bertubuh kekar dengan raut muka kejam nampak berusaha keras untuk menyelamatkan nyawanya. Bulir-bulir keringat sebesar biji kedelai nampak membasahi dahi lelaki berewokan yang sebagian sudah berwarna putih karena ditumbuhi uban ini. Meskipun hanya obor lampu minyak jarak yang menerangi tempat itu, namun nampak jelas bahwa dia bukan orang biasa. Pakaian nya menyiratkan bahwa dia adalah seorang pendekar karena sebuah pedang besar tersandang di punggungnya.
Dia adalah Ki Wikanda, guru Raden Rukmo putra Akuwu Tambak Boyo. Lelaki paruh baya ini bukan pendekar sembarangan.
Nama Ki Wikanda cukup tersohor di dunia persilatan terutama di Wilayah Kadipaten Lasem sebagai Pendekar Pedang Pembelah Gunung. Ini juga merujuk pada senjata pusaka berupa pedang besar yang selalu tersandang di punggungnya. Ilmu kanuragan nya tinggi, bahkan Adipati Lasem Ardhaprabu pun menaruh hormat kepada nya. Dia sering di minta untuk menjadi guru bagi para putra-putra pejabat negara di lingkungan Istana Kadipaten Lasem. Salah satu dari sekian banyak murid nya, hanya Raden Rukmo yang menjadi murid kesayangannya. Karena itu, sekuat tenaga dia mencoba untuk menyelamatkan nyawa Raden Rukmo yang sedang terluka parah setelah beradu ilmu kesaktian dengan Jaka Umbaran.
Setelah cukup lama menyalurkan hawa murni tenaga dalam nya pada Raden Rukmo, Ki Wikanda sang Pendekar Pedang Pembelah Gunung menarik telapak tangannya dari punggung Raden Rukmo sembari menghela nafas panjang. Tenaga dalam nya sudah begitu banyak terkuras saat ini. Jika sampai di teruskan lagi, lelaki paruh baya itu bisa pingsan sendiri karena kehabisan tenaga dalam.
"Bagaimana keadaan mu Rukmo?", tanya Ki Wikanda sembari beringsut turun dari atas dipan kayu di belakang tubuh Raden Rukmo yang masih duduk bersila.
"Oouuugghhhhhh.. uhukkk uhukkk uhukkk..
Dada ku sakit sekali guru, seperti mau pecah. Untuk bernafas pun sulit sekali uhukkk uhukkk uhukkk...", Raden Rukmo terbatuk-batuk menjawab omongan sang guru.
Hemmmmmmm...
"Lawan yang baru saja kau hadapi bukanlah pendekar kacangan, Rukmo. Ajian Gugur Kembang Segoro yang ku lesakkan padanya sama sekali tidak membuat nya terluka.
Terlambat sedikit saja kedatangan ku, nyawa mu pasti melayang di tangannya", ucap Ki Wikanda sembari terus memperhatikan keadaan Raden Rukmo murid kesayangannya.
"Aku sudah memperingatkan mu sebelumnya untuk berhati-hati agar tidak terjadi hal seperti ini. Tapi sikap keras kepala mu itu memang susah untuk dikendalikan.
Bagaimana tangan mu? Apa masih bisa kau gerakkan?", imbuh Ki Wikanda sembari menatap ke arah tangan Raden Rukmo yang menghitam. Tangan kirinya terlihat seperti arah sedangkan sebelah kanan masih sedikit lebih baik. Andai saja dia tidak menggunakan pelindung besi di tangannya, pasti kedua tangan Raden Rukmo sudah hancur terkena Ajian Guntur Saketi.
"Tangan kiri ku sama sekali tidak bisa di gerakkan, Guru. Sedangkan yang kanan masih bisa sedikit.
Apakah ini artinya aku akan menjadi orang cacat Guru? Uhukkk uhukkk uhukkk!!", kembali Raden Rukmo terbatuk-batuk menjawab pertanyaan gurunya.
"Aku tidak yakin apakah kau akan menjadi cacat atau tidak, Rukmo. Karena aku khawatir jika ilmu kesaktian yang mengenai lengan mu adalah Ajian Guntur Saketi, maka harapan itu sudah tidak ada lagi.
Sebaiknya kau beristirahat sejenak di tempat ini. Aku akan mencari kakak seperguruan ku yang mungkin bisa menyelamatkan kedua tangan mu. Tunggulah sampai aku kembali", ucap Ki Wikanda sambil melangkah keluar dari dalam gubuk kayu itu. Tak lama setelah menutup pintu gubuk kayu itu, Ki Wikanda sang Pendekar Pedang Pembelah Gunung sudah lenyap di balik gelapnya malam.
"Aku akan jadi cacat?
Tidak, aku tidak mau jadi cacat. Wandansari tidak akan mau bersuamikan seorang lelaki cacat. Aku lebih baik mati daripada harus menerima penghinaan seumur hidup ku", gumam Raden Rukmo yang sudah putus asa karena luka di kedua lengan tangannya. Entah setan apa yang merasuki pikiran Raden Rukmo, melihat sebuah pedang pendek tergantung pada dinding kayu gubuk itu, timbul niatnya untuk bunuh diri. Dengan susah payah, Raden Rukmo mencabut pedang pendek itu lalu segera menusukkan nya ke perutnya.
Jllleeeeeppppphhh..
Aaauuuuggggghhhhh!!!
Raden Rukmo melengguh tertahan sebelum kepalanya terkulai dan jatuh ke lantai gubuk kayu itu dengan pedang menancap di perutnya. Dia tewas bunuh diri.
Beberapa waktu kemudian, Ki Wikanda datang bersama dengan seorang wanita tua bertubuh sedikit gemuk layaknya wanita seumuran dengan nya. Hanya saja, tampilan wanita paruh baya itu sedikit aneh karena pupur yang tebal dan mulutnya terus mengunyah sirih pinang tanpa henti.
Saat Ki Wikanda melihat Raden Rukmo sudah tak bernyawa lagi dengan pedang menancap di perutnya, dia menggeram keras.
"Pendekar muda keparat! Kematian Rukmo ini semua karena ulah mu.
Aku pasti akan membunuhmu!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Saya Tasmin
gak bisa gerakan tangan tapi bisa memegang pedang bunuh diri😁😁
2024-02-16
1
Iron Mustapa
🤪🤪🤪🤪🤪
2024-02-02
0
rajes salam lubis
luar biasa
2024-01-11
0