Prabu Bameswara alias Panji Tejo Laksono terus bergerak cepat menuju ke arah pantai selatan Jawa. Dalam waktu sekejap mata, sang raja Panjalu itu segera tiba di pesisir pantai yang berpasir putih.
Di tepi pantai, Sang Maharaja Panjalu itu segera duduk bersila. Dia langsung merapal mantra Ajian Ngrogoh Sukmo yang didapat dari ayahnya, Mendiang Prabu Jayengrana, sesaat sebelum sang raja sepuh menghembuskan nafas terakhirnya.
Perlahan, sukma Prabu Bameswara segera meninggalkan badan kasar nya dan bergerak menuju ke arah tengah Laut Selatan. Dalam waktu beberapa kejap mata saja, sang penguasa Kerajaan Panjalu ini telah sampai di Istana Laut Selatan, dimana Dewi Angin-angin bertahta sebagai Ratu.
Kedatangan Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara segera mendapat sambutan berupa kepungan para prajurit siluman Istana Laut Selatan. Mereka semua segera menghunus senjata mereka masing-masing dan mengacungkan nya sebagai ancaman bagi sang raja.
"Tahan semuanya!!!!"
Dari arah dalam Istana Laut Selatan, seorang wanita cantik berbaju hijau tua dengan rambut panjang hitam legam serta memakai mahkota layaknya seorang ratu keluar dengan iringan para prajurit siluman. Sekilas jika dilihat dari penampilannya, wanita cantik itu berusia sekitar 2 dasawarsa lebih sedikit. Wajahnya yang bulat telur, bibir mungil merah merona, hidung mancung dan alis mata yang tebal membuat perempuan cantik itu ibarat seorang dewi diantara para prajurit siluman yang memiliki tampang aneh. Ada yang nampak seperti seorang tua namun sesungguhnya itu adalah wajah yang penuh dengan tentakel gurita, ada yang matanya menonjol keluar layaknya seekor kepiting, ada pula yang mulutnya terlihat kecil namun ketika terbuka maka gigi gigi tajam layaknya gigi ikan hiu. Semuanya terlihat patuh pada perempuan cantik yang memegang sebuah tongkat emas bertahtakan batu berlian hijau yang saja datang itu.
"Mundur kalian, jangan ganggu tamu kehormatan ku!", perintah si perempuan cantik berbaju hijau tua itu. Para prajurit siluman Istana Laut Selatan yang mengepung Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara langsung mundur selangkah demi selangkah ke belakang walaupun tetap mengacungkan senjata mereka masing-masing ke arah Raja Panjalu ini.
"Selamat datang di Istana Laut Selatan, Prabu Bameswara..
Maaf jika penyambutan ku tak mengenakkan bagi mu wahai Raja Panjalu yang perkasa", ucap perempuan cantik itu sambil tersenyum manis.
"Aku tidak butuh basa-basi mu, Ratu Laut Selatan.
Sekarang katakan pada ku, dimana kau sembunyikan putra ku Mapanji Jayabhaya?", balas Prabu Bameswara segera.
"Ckckckckckk..
Jangan terburu-buru menuduh, Prabu Bameswara. Kalau aku yang menculik anak mu, aku sudah pasti akan menunjukkan nya kepada mu sekarang. Meskipun dunia siluman dianggap sebagai tempat kejahatan, namun disini kami semua memegang kejujuran diatas segalanya", balas perempuan cantik yang di sebut sebagai Ratu Laut Selatan oleh Prabu Bameswara ini.
"Jangan coba-coba untuk berkelit, Dewi Angin-angin. Jelas-jelas siluman yang menyatroni tempat tinggal ku mengaku sebagai utusan mu. Kau tidak bisa mengelak untuk tuduhan ini", balas Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara segera.
"Maksud mu, siluman yang kau katakan menculik anak mu adalah bawahan ku?
Kundala, kemari kau sekarang!!!", titah Dewi Angin-angin sang Ratu Laut Selatan. Seorang siluman bertubuh kekar dengan bentuk setengah manusia setengah anjing laut yang memiliki kumis jarang dan taring besar yang menonjol keluar hingga janggut melangkah maju ke samping Dewi Angin-angin. Siluman anjing laut yang tak lain adalah Kundala ini segera menghormat pada Ratu Laut Selatan ini. Setelah menghormat, dia bangkit dan berdiri di samping Ratu Laut Selatan.
"Siluman busuk ini yang membawa lari putra ku, Ratu Laut Selatan..
Heh, siluman anjing laut!! Kemana kau sembunyikan putra ku ha? Cepat katakan!!", hardik Panji Tejo Laksono langsung.
Kundala langsung menoleh ke arah Dewi Angin-angin. Melihat anggukan kepala dari Ratu Laut Selatan ini, Kundala kembali menatap Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara.
"Aku memang membawa putra mu, Prabu Bameswara. Akan tetapi, sewaktu perjalanan pulang ke Laut Selatan, ada seorang lelaki tua berjanggut panjang mencegat ku dan merebut bayi mu dari tangan ku. Ilmu kanuragan nya sangat tinggi hingga aku tak berdaya hingga dikalahkan oleh nya. Dia membawa putra mu ke arah Utara", ujar Kundala, sang siluman anjing laut punggawa Istana Laut Selatan itu segera.
"Bohong!!
Itu semua hanya akal-akalan mu saja untuk menghindar dari tanggung jawab. Lekas kembalikan putra ku. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan untuk mengobrak-abrik Istana Laut Selatan ini", ancam Prabu Bameswara segera.
Mendengar perkataan itu, Ratu Laut Selatan segera hentakkan tongkat emasnya ke lantai istana.
Bhhuuuuummmmmmhh!!!
Seketika laut bergolak dan lantai Istana Laut Selatan bergoyang seperti terkena gempa bumi. Semua penghuni Istana Laut Selatan langsung ketakutan setengah mati melihat kemarahan sang ratu. Panji Tejo Laksono pun harus mengerahkan segenap daya agar tidak terjatuh oleh getaran ini.
"Prabu Bameswara!!!
Jangan lupa ini adalah Istana Laut Selatan! Tak seorangpun bisa seenaknya sendiri disini! Apa kau pikir aku takut pada mu?!!
Kami siluman Laut Selatan memang selalu dipandang sebelah mata. Di cap sebagai setan dan makhluk jahat oleh semua orang. Tapi sekalipun demikian, tapi ada satu hal yang perlu kamu tahu. Ada aturan baku di tempat ini yang harus dipatuhi oleh semua siluman yang tinggal disini yaitu di larang berbohong. Aku berani memastikan bahwa Kundala tidak berbohong sedikitpun tentang masalah putra mu.
Aku memang mengutus Wingit dan Kundala untuk menculik anak mu karena ingin ku didik sebagai putra angkat ku. Ini karena putra mu adalah manusia istimewa. Aku tidak perhitungan dengan mu tentang kematian Wingit di tangan mu, tapi kau juga sebaiknya tahu diri di dalam Istana Laut Selatan ", Dewi Angin-angin menatap tajam ke arah Panji Tejo Laksono.
Hemmmmmmm..
"Baiklah aku terima apa yang kau ucapkan, Dewi Angin-angin..
Tapi kalau sampai di kemudian hari, aku mendapati bahwa siluman anjing laut itu berdusta dan Istana Laut Selatan melindunginya, maka aku tidak akan segan lagi untuk menyatakan perang dengan Istana Laut Selatan. Aku permisi..", setelah berkata demikian, sukma Prabu Bameswara segera melesat meninggalkan Istana Laut Selatan untuk kembali ke badan kasarnya.
"Gusti Ratu, kenapa kita begitu mudah melepaskan Prabu Bameswara? Hamba takut bila di kemudian hari ia melaksanakan ancamannya", ujar manusia setengah gurita yang bernama Sambu yang merupakan Patih Istana Laut Selatan segera setelah Panji Tejo Laksono pergi.
"Tak segampang itu, Patih Sambu..
Prabu Bameswara ini meskipun tidak memiliki ilmu kebatinan yang tinggi, namun dia masih titisan Dewa Kamajaya. Jika sampai kita berbuat apa-apa dengan nya, ini akan merusak tatanan alam semesta.
Lagipula dia masih memiliki Ajian Brajamusti yang sanggup melukai bangsa siluman bahkan bisa membunuhnya. Aku tidak mau hanya karena masalah ini, Panjalu akan membuat perkara dengan Istana Laut Selatan.
Kundala....", Ratu Laut Selatan segera menoleh ke arah siluman setengah anjing laut yang berdiri di samping nya.
"Daulat Gusti Ratu, ada perintah untuk hamba?", Kundala langsung menghormat pada Dewi Angin-angin sebelum berbicara.
"Masalah ini kau yang menyebabkan. Tanggung jawab mu untuk mencari keberadaan bayi Prabu Bameswara sampai ketemu. Jika kau tidak mampu merebut nya kembali, setidaknya kau tahu dimana bayi itu berada.
Berangkatlah sekarang juga!", perintah Ratu Laut Selatan segera.
"Baik Gusti Ratu", Kundala langsung menghormat sebelum melesat cepat meninggalkan Istana Laut Selatan.
*
Hilangnya putra sulung Prabu Bameswara segera membuat seluruh Kerajaan Panjalu gempar. Bagaimana tidak, putra satu-satunya yang di harapkan kelak akan menjadi penerus tahta Kerajaan Panjalu justru hilang di culik orang.
Ini menjadi bahan omongan oleh semua orang di seluruh wilayah Kerajaan Panjalu. Kabar yang beredar luas lewat mulut para pedagang yang berkeliling di wilayah Kerajaan Panjalu, selalu menjadi topik hangat yang di perbincangkan oleh semua orang. Ada yang menyayangkan kenapa hal itu bisa terjadi, ada pula yang malah bersyukur karena hilangnya putra mahkota berarti semua menantu Prabu Bameswara kelak lah yang akan menjadi penggantinya.
Prabu Bameswara pun langsung mengumumkan sayembara untuk menemukan keberadaan sang pangeran kecil. Ada hadiah besar dan menggiurkan menanti bagi siapapun yang berhasil melakukannya. Jabatan, uang ribuan kepeng dan tanah ratusan tombak luasnya menjadi hadiah.
Seluruh pendekar dunia persilatan pun segera berlomba mencari keberadaan sang pangeran kecil. Baik dari golongan hitam maupun golongan putih, semuanya berupaya keras untuk menemukan jejak keberadaan sang putra mahkota Kerajaan Panjalu. Tak hanya satu dua orang pendekar saja yang ikut serta dalam sayembara itu. Jumlahnya bahkan mencapai ribuan orang.
Tak hanya itu, para rakyat jelata yang ingin merubah nasibnya karena tergiur dengan hadiah yang diberikan, ikut serta dalam sayembara ini. Bahkan ada yang membentuk sebuah kelompok agar lebih cepat menemukan petunjuk keberadaan sang pangeran kecil.
Para punggawa Kerajaan Panjalu dari punggawa Istana Kotaraja Daha, pejabat daerah setingkat kadipaten hingga tingkat terendah yakni tingkat Wanua pun di kerahkan seluruh nya. Semua pejabat ini juga di tugaskan untuk mengumpulkan berita seputar keberadaan Mapanji Jayabhaya jika mereka mendengarnya.
Namun semua usaha untuk menemukan jejak keberadaan sang pangeran kecil itu sia-sia saja. Sosok penculik Mapanji Jayabhaya seolah menghilang di telan bumi. Dia menghilang tanpa jejak sedikitpun.
Tahun demi tahun berlalu, dan pencarian sang pangeran kecil ini perlahan mulai di lupakan orang. Mereka semua bahkan mulai lupa bahwa ada seorang putra raja Panjalu yang telah hilang dari Istana Kotaraja Daha. Waktu memang sanggup membuat orang lupa dengan semua hal penting.
****
Di sisi Utara Gunung Lawu, tepatnya di Pertapaan Watu Bolong....
Whuuuggghh whuuuggghh!!
Dhhaaaassshhh dhhiiieeeeesssshhh!!!
Blllaaaaaammmm....!!!!
Dua orang lelaki berbeda usia tersurut mundur beberapa tombak ke belakang setelah beradu ilmu kesaktian. Ledakan keras yang baru saja terdengar adalah dari benturan ilmu kanuragan mereka berdua. Keduanya terlihat ngos-ngosan mengatur nafasnya usai mengatasi permainan silat lawan.
Sang pemuda tampan bertubuh tegap dengan tatapan mata teduh dan hangat yang menjadi lawan tanding kakek tua ini berusia sekitar 1 dasawarsa lebih 1 windu. Rambutnya hitam legam sedikit ikal sebahu hanya diikat asal-asalan saja menggunakan kulit rotan yang dipilin kecil, nampak berbanding terbalik dengan kulit tubuhnya yang putih bersih. Pakaian nya dari kain coklat hitam yang sudah lusuh seperti hanya itu saja pakaian yang dia miliki. Meskipun peluh keringat membasahi dahinya, namun itu tidak mengurangi ketampanan pemuda yang baru saja menginjak usia dewasa ini. Dari balik bajunya yang tanpa lengan, sebuah tanda lahir berbentuk bulatan merah yang sepintas jika dilihat seperti bergerigi tersembul keluar meskipun hanya sebagian kecil.
Sementara itu lawannya adalah seorang kakek tua renta yang mungkin berusia lebih dari seabad. Keriput di wajah nya nampak jelas mengatakan bahwa ia sudah melewati waktu hidup cukup lama di dunia. Di wajahnya yang tersungging senyuman tipis, ada tatapan mata teduh yang sanggup membuat orang lain seketika menghormati nya. Kakek tua renta itu mengenakan pakaian warna putih namun sudah terlihat beberapa noda di beberapa tempat. Sepertinya dia tidak memiliki banyak pakaian ganti hingga warna putih pakaian pertapa nya terlihat lusuh. Lelaki tua berjanggut panjang ini segera menurunkan telapak tangan kirinya sembari menghela nafas panjang.
"Bagus sekali, Umbaran..
Kau sudah mampu menguasai ilmu yang ku turunkan kepada mu. Ajian Guntur Saketi ini adalah ajian tingkat tinggi yang tidak semua pendekar mampu untuk menghadapi nya. Aku yang guru mu saja harus mengeluarkan seluruh tenaga dalam agar mampu menahan serangan mu.
Kau sungguh-sungguh berbakat", ujar lelaki tua renta berjanggut putih panjang itu sembari berjalan mendekati sang pemuda. Si pemuda tampan yang dipanggil dengan nama Jaka Umbaran ini segera membungkuk hormat kepada lelaki tua itu.
"Saya bisa seperti ini, karena bimbingan dari guru. Kalau bukan karena guru, saya yang bodoh ini tentu tidak mungkin dapat menguasai ilmu yang guru ajarkan", balas Jaka Umbaran segera.
"Hehehehe, bagus sekali. Meskipun sudah menguasai ilmu kanuragan tingkat tinggi, kau tidak berubah menjadi pongah sama sekali, Cah Bagus. Aku suka sekali dengan sifat mu ini.
Ilmu kanuragan sudah ku turunkan kepada mu, Umbaran. Selain Ajian Guntur Saketi, kau juga memiliki Ajian Bandung Bondowoso yang membuat tubuh mu kebal dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Sekarang waktunya kau menerima ilmu kebatinan tingkat tinggi sebagai bekal mu kelak agar mampu menghadapi tantangan dari para makhluk tak kasat mata.
Bertapa lah di Sendang Inten di bawah bukit sana. Setelah 40 hari 40 malam, aku akan mengunjungi mu", ujar lelaki tua berjanggut panjang ini segera.
Dia adalah Maharesi Siwamurti, seorang resi sepuh yang memiliki ilmu kepandaian beladiri juga ilmu kebatinan tingkat tinggi. Resi sepuh penyendiri ini hanya memiliki dua murid. Satu sudah melanglang buana dengan nama Jiwandana dan satu nya yang sedang dia didik saat ini, Jaka Umbaran.
Mendengar perintah dari sang guru, Jaka Umbaran segera menghormat sebelum melesat cepat kearah Sendang Inten yang berada tak jauh dari Pertapaan Watu Bolong. Maharesi Siwamurti menghela nafas panjang setelah melihat murid kesayangannya itu menghilang di balik rimbun pepohonan yang tumbuh subur di kaki Gunung Lawu sembari menggumam lirih,
"Kau sudah cukup dewasa, Umbaran. Tak terasa 18 tahun berlalu begitu cepat. Sebentar lagi, kau harus melanglang buana untuk menegakkan keadilan di atas negeri ini sambil mencari tahu jati diri mu yang sebenarnya.
Kau harus melakukan nya..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Wan Trado
Mapanji jayabhaya
2025-01-08
0
Eyangesadewa
dasawarsa 10 tahun
2024-05-04
0
Mas Uan
1 dasawarsa kui piro tood??
2024-04-19
0