Pertapaan Watu Bolong

Prabu Bameswara alias Panji Tejo Laksono terus bergerak cepat menuju ke arah pantai selatan Jawa. Dalam waktu sekejap mata, sang raja Panjalu itu segera tiba di pesisir pantai yang berpasir putih.

Di tepi pantai, Sang Maharaja Panjalu itu segera duduk bersila. Dia langsung merapal mantra Ajian Ngrogoh Sukmo yang didapat dari ayahnya, Mendiang Prabu Jayengrana, sesaat sebelum sang raja sepuh menghembuskan nafas terakhirnya.

Perlahan, sukma Prabu Bameswara segera meninggalkan badan kasar nya dan bergerak menuju ke arah tengah Laut Selatan. Dalam waktu beberapa kejap mata saja, sang penguasa Kerajaan Panjalu ini telah sampai di Istana Laut Selatan, dimana Dewi Angin-angin bertahta sebagai Ratu.

Kedatangan Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara segera mendapat sambutan berupa kepungan para prajurit siluman Istana Laut Selatan. Mereka semua segera menghunus senjata mereka masing-masing dan mengacungkan nya sebagai ancaman bagi sang raja.

"Tahan semuanya!!!!"

Dari arah dalam Istana Laut Selatan, seorang wanita cantik berbaju hijau tua dengan rambut panjang hitam legam serta memakai mahkota layaknya seorang ratu keluar dengan iringan para prajurit siluman. Sekilas jika dilihat dari penampilannya, wanita cantik itu berusia sekitar 2 dasawarsa lebih sedikit. Wajahnya yang bulat telur, bibir mungil merah merona, hidung mancung dan alis mata yang tebal membuat perempuan cantik itu ibarat seorang dewi diantara para prajurit siluman yang memiliki tampang aneh. Ada yang nampak seperti seorang tua namun sesungguhnya itu adalah wajah yang penuh dengan tentakel gurita, ada yang matanya menonjol keluar layaknya seekor kepiting, ada pula yang mulutnya terlihat kecil namun ketika terbuka maka gigi gigi tajam layaknya gigi ikan hiu. Semuanya terlihat patuh pada perempuan cantik yang memegang sebuah tongkat emas bertahtakan batu berlian hijau yang saja datang itu.

"Mundur kalian, jangan ganggu tamu kehormatan ku!", perintah si perempuan cantik berbaju hijau tua itu. Para prajurit siluman Istana Laut Selatan yang mengepung Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara langsung mundur selangkah demi selangkah ke belakang walaupun tetap mengacungkan senjata mereka masing-masing ke arah Raja Panjalu ini.

"Selamat datang di Istana Laut Selatan, Prabu Bameswara..

Maaf jika penyambutan ku tak mengenakkan bagi mu wahai Raja Panjalu yang perkasa", ucap perempuan cantik itu sambil tersenyum manis.

"Aku tidak butuh basa-basi mu, Ratu Laut Selatan.

Sekarang katakan pada ku, dimana kau sembunyikan putra ku Mapanji Jayabhaya?", balas Prabu Bameswara segera.

"Ckckckckckk..

Jangan terburu-buru menuduh, Prabu Bameswara. Kalau aku yang menculik anak mu, aku sudah pasti akan menunjukkan nya kepada mu sekarang. Meskipun dunia siluman dianggap sebagai tempat kejahatan, namun disini kami semua memegang kejujuran diatas segalanya", balas perempuan cantik yang di sebut sebagai Ratu Laut Selatan oleh Prabu Bameswara ini.

"Jangan coba-coba untuk berkelit, Dewi Angin-angin. Jelas-jelas siluman yang menyatroni tempat tinggal ku mengaku sebagai utusan mu. Kau tidak bisa mengelak untuk tuduhan ini", balas Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara segera.

"Maksud mu, siluman yang kau katakan menculik anak mu adalah bawahan ku?

Kundala, kemari kau sekarang!!!", titah Dewi Angin-angin sang Ratu Laut Selatan. Seorang siluman bertubuh kekar dengan bentuk setengah manusia setengah anjing laut yang memiliki kumis jarang dan taring besar yang menonjol keluar hingga janggut melangkah maju ke samping Dewi Angin-angin. Siluman anjing laut yang tak lain adalah Kundala ini segera menghormat pada Ratu Laut Selatan ini. Setelah menghormat, dia bangkit dan berdiri di samping Ratu Laut Selatan.

"Siluman busuk ini yang membawa lari putra ku, Ratu Laut Selatan..

Heh, siluman anjing laut!! Kemana kau sembunyikan putra ku ha? Cepat katakan!!", hardik Panji Tejo Laksono langsung.

Kundala langsung menoleh ke arah Dewi Angin-angin. Melihat anggukan kepala dari Ratu Laut Selatan ini, Kundala kembali menatap Panji Tejo Laksono alias Prabu Bameswara.

"Aku memang membawa putra mu, Prabu Bameswara. Akan tetapi, sewaktu perjalanan pulang ke Laut Selatan, ada seorang lelaki tua berjanggut panjang mencegat ku dan merebut bayi mu dari tangan ku. Ilmu kanuragan nya sangat tinggi hingga aku tak berdaya hingga dikalahkan oleh nya. Dia membawa putra mu ke arah Utara", ujar Kundala, sang siluman anjing laut punggawa Istana Laut Selatan itu segera.

"Bohong!!

Itu semua hanya akal-akalan mu saja untuk menghindar dari tanggung jawab. Lekas kembalikan putra ku. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan untuk mengobrak-abrik Istana Laut Selatan ini", ancam Prabu Bameswara segera.

Mendengar perkataan itu, Ratu Laut Selatan segera hentakkan tongkat emasnya ke lantai istana.

Bhhuuuuummmmmmhh!!!

Seketika laut bergolak dan lantai Istana Laut Selatan bergoyang seperti terkena gempa bumi. Semua penghuni Istana Laut Selatan langsung ketakutan setengah mati melihat kemarahan sang ratu. Panji Tejo Laksono pun harus mengerahkan segenap daya agar tidak terjatuh oleh getaran ini.

"Prabu Bameswara!!!

Jangan lupa ini adalah Istana Laut Selatan! Tak seorangpun bisa seenaknya sendiri disini! Apa kau pikir aku takut pada mu?!!

Kami siluman Laut Selatan memang selalu dipandang sebelah mata. Di cap sebagai setan dan makhluk jahat oleh semua orang. Tapi sekalipun demikian, tapi ada satu hal yang perlu kamu tahu. Ada aturan baku di tempat ini yang harus dipatuhi oleh semua siluman yang tinggal disini yaitu di larang berbohong. Aku berani memastikan bahwa Kundala tidak berbohong sedikitpun tentang masalah putra mu.

Aku memang mengutus Wingit dan Kundala untuk menculik anak mu karena ingin ku didik sebagai putra angkat ku. Ini karena putra mu adalah manusia istimewa. Aku tidak perhitungan dengan mu tentang kematian Wingit di tangan mu, tapi kau juga sebaiknya tahu diri di dalam Istana Laut Selatan ", Dewi Angin-angin menatap tajam ke arah Panji Tejo Laksono.

Hemmmmmmm..

"Baiklah aku terima apa yang kau ucapkan, Dewi Angin-angin..

Tapi kalau sampai di kemudian hari, aku mendapati bahwa siluman anjing laut itu berdusta dan Istana Laut Selatan melindunginya, maka aku tidak akan segan lagi untuk menyatakan perang dengan Istana Laut Selatan. Aku permisi..", setelah berkata demikian, sukma Prabu Bameswara segera melesat meninggalkan Istana Laut Selatan untuk kembali ke badan kasarnya.

"Gusti Ratu, kenapa kita begitu mudah melepaskan Prabu Bameswara? Hamba takut bila di kemudian hari ia melaksanakan ancamannya", ujar manusia setengah gurita yang bernama Sambu yang merupakan Patih Istana Laut Selatan segera setelah Panji Tejo Laksono pergi.

"Tak segampang itu, Patih Sambu..

Prabu Bameswara ini meskipun tidak memiliki ilmu kebatinan yang tinggi, namun dia masih titisan Dewa Kamajaya. Jika sampai kita berbuat apa-apa dengan nya, ini akan merusak tatanan alam semesta.

Lagipula dia masih memiliki Ajian Brajamusti yang sanggup melukai bangsa siluman bahkan bisa membunuhnya. Aku tidak mau hanya karena masalah ini, Panjalu akan membuat perkara dengan Istana Laut Selatan.

Kundala....", Ratu Laut Selatan segera menoleh ke arah siluman setengah anjing laut yang berdiri di samping nya.

"Daulat Gusti Ratu, ada perintah untuk hamba?", Kundala langsung menghormat pada Dewi Angin-angin sebelum berbicara.

"Masalah ini kau yang menyebabkan. Tanggung jawab mu untuk mencari keberadaan bayi Prabu Bameswara sampai ketemu. Jika kau tidak mampu merebut nya kembali, setidaknya kau tahu dimana bayi itu berada.

Berangkatlah sekarang juga!", perintah Ratu Laut Selatan segera.

"Baik Gusti Ratu", Kundala langsung menghormat sebelum melesat cepat meninggalkan Istana Laut Selatan.

*

Hilangnya putra sulung Prabu Bameswara segera membuat seluruh Kerajaan Panjalu gempar. Bagaimana tidak, putra satu-satunya yang di harapkan kelak akan menjadi penerus tahta Kerajaan Panjalu justru hilang di culik orang.

Ini menjadi bahan omongan oleh semua orang di seluruh wilayah Kerajaan Panjalu. Kabar yang beredar luas lewat mulut para pedagang yang berkeliling di wilayah Kerajaan Panjalu, selalu menjadi topik hangat yang di perbincangkan oleh semua orang. Ada yang menyayangkan kenapa hal itu bisa terjadi, ada pula yang malah bersyukur karena hilangnya putra mahkota berarti semua menantu Prabu Bameswara kelak lah yang akan menjadi penggantinya.

Prabu Bameswara pun langsung mengumumkan sayembara untuk menemukan keberadaan sang pangeran kecil. Ada hadiah besar dan menggiurkan menanti bagi siapapun yang berhasil melakukannya. Jabatan, uang ribuan kepeng dan tanah ratusan tombak luasnya menjadi hadiah.

Seluruh pendekar dunia persilatan pun segera berlomba mencari keberadaan sang pangeran kecil. Baik dari golongan hitam maupun golongan putih, semuanya berupaya keras untuk menemukan jejak keberadaan sang putra mahkota Kerajaan Panjalu. Tak hanya satu dua orang pendekar saja yang ikut serta dalam sayembara itu. Jumlahnya bahkan mencapai ribuan orang.

Tak hanya itu, para rakyat jelata yang ingin merubah nasibnya karena tergiur dengan hadiah yang diberikan, ikut serta dalam sayembara ini. Bahkan ada yang membentuk sebuah kelompok agar lebih cepat menemukan petunjuk keberadaan sang pangeran kecil.

Para punggawa Kerajaan Panjalu dari punggawa Istana Kotaraja Daha, pejabat daerah setingkat kadipaten hingga tingkat terendah yakni tingkat Wanua pun di kerahkan seluruh nya. Semua pejabat ini juga di tugaskan untuk mengumpulkan berita seputar keberadaan Mapanji Jayabhaya jika mereka mendengarnya.

Namun semua usaha untuk menemukan jejak keberadaan sang pangeran kecil itu sia-sia saja. Sosok penculik Mapanji Jayabhaya seolah menghilang di telan bumi. Dia menghilang tanpa jejak sedikitpun.

Tahun demi tahun berlalu, dan pencarian sang pangeran kecil ini perlahan mulai di lupakan orang. Mereka semua bahkan mulai lupa bahwa ada seorang putra raja Panjalu yang telah hilang dari Istana Kotaraja Daha. Waktu memang sanggup membuat orang lupa dengan semua hal penting.

****

Di sisi Utara Gunung Lawu, tepatnya di Pertapaan Watu Bolong....

Whuuuggghh whuuuggghh!!

Dhhaaaassshhh dhhiiieeeeesssshhh!!!

Blllaaaaaammmm....!!!!

Dua orang lelaki berbeda usia tersurut mundur beberapa tombak ke belakang setelah beradu ilmu kesaktian. Ledakan keras yang baru saja terdengar adalah dari benturan ilmu kanuragan mereka berdua. Keduanya terlihat ngos-ngosan mengatur nafasnya usai mengatasi permainan silat lawan.

Sang pemuda tampan bertubuh tegap dengan tatapan mata teduh dan hangat yang menjadi lawan tanding kakek tua ini berusia sekitar 1 dasawarsa lebih 1 windu. Rambutnya hitam legam sedikit ikal sebahu hanya diikat asal-asalan saja menggunakan kulit rotan yang dipilin kecil, nampak berbanding terbalik dengan kulit tubuhnya yang putih bersih. Pakaian nya dari kain coklat hitam yang sudah lusuh seperti hanya itu saja pakaian yang dia miliki. Meskipun peluh keringat membasahi dahinya, namun itu tidak mengurangi ketampanan pemuda yang baru saja menginjak usia dewasa ini. Dari balik bajunya yang tanpa lengan, sebuah tanda lahir berbentuk bulatan merah yang sepintas jika dilihat seperti bergerigi tersembul keluar meskipun hanya sebagian kecil.

Sementara itu lawannya adalah seorang kakek tua renta yang mungkin berusia lebih dari seabad. Keriput di wajah nya nampak jelas mengatakan bahwa ia sudah melewati waktu hidup cukup lama di dunia. Di wajahnya yang tersungging senyuman tipis, ada tatapan mata teduh yang sanggup membuat orang lain seketika menghormati nya. Kakek tua renta itu mengenakan pakaian warna putih namun sudah terlihat beberapa noda di beberapa tempat. Sepertinya dia tidak memiliki banyak pakaian ganti hingga warna putih pakaian pertapa nya terlihat lusuh. Lelaki tua berjanggut panjang ini segera menurunkan telapak tangan kirinya sembari menghela nafas panjang.

"Bagus sekali, Umbaran..

Kau sudah mampu menguasai ilmu yang ku turunkan kepada mu. Ajian Guntur Saketi ini adalah ajian tingkat tinggi yang tidak semua pendekar mampu untuk menghadapi nya. Aku yang guru mu saja harus mengeluarkan seluruh tenaga dalam agar mampu menahan serangan mu.

Kau sungguh-sungguh berbakat", ujar lelaki tua renta berjanggut putih panjang itu sembari berjalan mendekati sang pemuda. Si pemuda tampan yang dipanggil dengan nama Jaka Umbaran ini segera membungkuk hormat kepada lelaki tua itu.

"Saya bisa seperti ini, karena bimbingan dari guru. Kalau bukan karena guru, saya yang bodoh ini tentu tidak mungkin dapat menguasai ilmu yang guru ajarkan", balas Jaka Umbaran segera.

"Hehehehe, bagus sekali. Meskipun sudah menguasai ilmu kanuragan tingkat tinggi, kau tidak berubah menjadi pongah sama sekali, Cah Bagus. Aku suka sekali dengan sifat mu ini.

Ilmu kanuragan sudah ku turunkan kepada mu, Umbaran. Selain Ajian Guntur Saketi, kau juga memiliki Ajian Bandung Bondowoso yang membuat tubuh mu kebal dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Sekarang waktunya kau menerima ilmu kebatinan tingkat tinggi sebagai bekal mu kelak agar mampu menghadapi tantangan dari para makhluk tak kasat mata.

Bertapa lah di Sendang Inten di bawah bukit sana. Setelah 40 hari 40 malam, aku akan mengunjungi mu", ujar lelaki tua berjanggut panjang ini segera.

Dia adalah Maharesi Siwamurti, seorang resi sepuh yang memiliki ilmu kepandaian beladiri juga ilmu kebatinan tingkat tinggi. Resi sepuh penyendiri ini hanya memiliki dua murid. Satu sudah melanglang buana dengan nama Jiwandana dan satu nya yang sedang dia didik saat ini, Jaka Umbaran.

Mendengar perintah dari sang guru, Jaka Umbaran segera menghormat sebelum melesat cepat kearah Sendang Inten yang berada tak jauh dari Pertapaan Watu Bolong. Maharesi Siwamurti menghela nafas panjang setelah melihat murid kesayangannya itu menghilang di balik rimbun pepohonan yang tumbuh subur di kaki Gunung Lawu sembari menggumam lirih,

"Kau sudah cukup dewasa, Umbaran. Tak terasa 18 tahun berlalu begitu cepat. Sebentar lagi, kau harus melanglang buana untuk menegakkan keadilan di atas negeri ini sambil mencari tahu jati diri mu yang sebenarnya.

Kau harus melakukan nya..."

Terpopuler

Comments

Eyangesadewa

Eyangesadewa

dasawarsa 10 tahun

2024-05-04

0

Mas Uan

Mas Uan

1 dasawarsa kui piro tood??

2024-04-19

0

Mas Uan

Mas Uan

iya benar

2024-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!