Tantangan Adik Seperguruan

"Ujian?

Untuk apa Paman Guru menguji kemampuan ku? Apa Paman Guru meragukan bahwa aku murid dari Maharesi Siwamurti?", Jaka Umbaran merasa kurang suka dengan sikap dari adik seperguruan gurunya.

"Hehehehe jangan salah sangka dulu, Umbaran.

Kalau masalah kau murid Kakang Maharesi Siwamurti, aku tidak pernah meragukan nya. Tapi aku menguji mu adalah untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan beladiri mu sebab aku berencana untuk mengirim mu ikut serta dalam pertemuan pendekar dunia persilatan di Lembah Kali Gung wilayah perbatasan Kadipaten Kalingga dan Rajapura", ucap Resi Mpu Hanggabhaya sembari tersenyum penuh arti.

"Memang apa istimewanya pertemuan itu, Paman Guru?", Jaka Umbaran mulai penasaran.

"Kau masih muda dan perlu banyak belajar dari pengalaman. Dunia persilatan Tanah Jawadwipa ini sangat kejam. Dia yang tidak mampu mengikuti nya maka akan tergilas oleh kekejaman nya.

Anggap saja ini balasan topo ngrame yang sedang kau jalani", ujar Resi Mpu Hanggabhaya segera.

"Sebentar Paman Guru..

Apa daerah itu dekat dengan Kadipaten Paguhan?", tanya Jaka Umbaran segera.

"Tentu saja Umbaran..

Di sisi lain dari Gunung Agung yang menjadi hulu Kali Gung sudah masuk dalam wilayah Kadipaten Paguhan. Memang kenapa kau menanyakan hal itu?", Resi Mpu Hanggabhaya segera menatap wajah tampan Jaka Umbaran seolah ingin mencari jawaban atas pertanyaan nya.

"Ah tidak Paman Guru..

Hanya ingin mengantarkan barang titipan dari seorang teman. Itu saja", jawab Jaka Umbaran sambil tersenyum.

"Oh rupanya begitu..

Sebaiknya kita segera kembali ke Perguruan Bukit Katong. Kita pasti sudah ditunggu oleh orang banyak disana", setelah berkata demikian, Resi Mpu Hanggabhaya segera melesat cepat kearah barat. Jaka Umbaran segera bergegas mengikuti pergerakan pimpinan Perguruan Bukit Katong itu.

Saat sampai di pintu gerbang Perguruan Bukit Katong, dua orang yang bertugas sebagai penjaga gerbang langsung membungkuk hormat kepada Resi Mpu Hanggabhaya. Mereka berdua saling lirik melihat Jaka Umbaran mengekor di belakang sang guru besar.

"Kang, siapa orang baru itu? Bukankah dia yang baru saja datang pagi tadi?", tanya si lelaki bertubuh gempal pada kawannya yang berbadan sedikit lebih kecil.

"Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya dia langsung akrab dengan Guru besar.

Tadi aku dengar dari para murid yang ikut pertemuan dengan para sesepuh, katanya ada orang yang menjadi murid dari kakak seperguruan Guru Besar datang. Mungkin anak muda itu adalah orang nya", ujar si lelaki penjaga gerbang perguruan yang berbadan lebih kurus.

"Wah kalau begitu, kita harus memanggil nya sebagai paman guru dong.. Apakah tiga guru Pedang Kilat, Pedang Bayangan dan Pedang Angin juga harus memanggilnya dengan sebutan kakak seperguruan?

Wah apa ya yang mereka pikirkan saat ini? Memanggil orang yang jauh lebih muda dengan sebutan kakak seperguruan? Hehehehe pasti lucu sekali..", si badan gempal terkekeh geli.

"Huuusssssssss..

Jaga bicaramu kalau masih ingin selamat. Guru Pedang Bayangan itu suka sekali menghukum orang yang membicarakannya. Hati-hati kau..", ucap si badan kurus memperingatkan kawannya. Lelaki bertubuh gempal itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

Brrraaaakkkkkkkkk!!!

Meja di depan Locana langsung retak setelah gebrakan tangan lelaki bertubuh gempal itu. Lelaki berusia sekitar 3 dasawarsa ini sedang kesal saat ini.

"Sabar Kakang Locana..

Jangan sampai terpancing emosi. Kita harus tetap berkepala dingin sekarang", ujar Surtikanti si Pedang Angin berupaya menenangkan amarah Locana.

"Bagaimana aku bisa tenang, Surtikanti?

Aku harus menunduk pada bocah kemarin sore itu hanya karena dia adalah murid dari kakak seperguruan guru. Ini membuat harga diri ku sebagai guru di perguruan silat ini anjlok saja.

Lagipula kemampuan beladiri nya juga paling hanya sama dengan para murid-murid ku. Hufftt, ingin sekali aku menghajarnya", ujar Locana si Pedang Bayangan. Lelaki bertubuh gempal dengan kumis tebal itu mengepalkan tangannya erat-erat.

"Kau tidak bisa melihat kemampuan beladiri seseorang hanya karena dia masih berusia muda, Locana..

Aku dengar paman guru Maharesi Siwamurti hanya punya dua murid selama ini. Tentu pengajaran yang di berikan pasti sesempurna mungkin", ucap Sadewa si Pedang Kilat bijaksana.

"Ah aku tidak percaya..

Melihat dari badannya yang kurang makan seperti itu, sekali hantam pasti dia sudah jatuh", Locana terdengar meremehkan kemampuan beladiri Jaka Umbaran.

"Kalau kau yakin bisa mengalahkannya dengan mudah, kenapa tidak kau coba saja Kakang Locana?

Daripada memendam perasaan seperti itu terus", ucapan Surtikanti langsung membuat Locana menyeringai lebar.

"Hehehehe, kau benar Surtikanti..

Lebih baik aku jajal saja kemampuan beladiri bocah busuk itu sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin menghajarnya habis-habisan", Locana mengepalkan kedua tangannya hingga bunyi gemerutuk terdengar. Surtikanti tersenyum tipis sedangkan Sadewa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat itu semua.

Waktu terus berjalan begitu cepat. Tak terasa matahari sudah mulai condong ke barat. Suasana di Perguruan Bukit Katong sudah dipenuhi oleh para murid yang berebut tempat untuk mandi karena sebentar lagi senja akan segera tiba. Mereka harus cepat mandi karena udara dingin di sekitar lereng Gunung Pamarihan akan membuat air begitu dingin hingga akan membuat mereka malas untuk mandi.

Jaka Umbaran sedang berjalan menuju ke arah sendang kecil yang terletak tak jauh dari perguruan ini saat tiba-tiba Locana, Sadewa dan Surtikanti menghadang langkahnya.

"Selamat sore, adik seperguruan. Apa kalian juga ingin mandi?", tanya Jaka Umbaran segera.

Phhuuuiiiiiihhhhh..

"Siapa yang adik seperguruan mu, bocah? Aku Locana si Pedang Bayangan. Nama ku terkenal di dunia persilatan. Bagaimana mungkin aku bisa mengakui kalau kau adalah kakak seperguruan ku sedangkan nama mu saja tidak pernah terdengar sedikitpun di dunia persilatan?

Jangan mimpi kau..", ucap Locana sambil meludah kasar.

"Lantas apa mau mu sebenarnya?", kali ini tidak ada nada suara lemah lembut lagi dalam suara Jaka Umbaran.

"Aku baru akan menyebut mu sebagai kakak seperguruan ku jika kau bisa mengalahkan ku", tantang Locana sambil menyeringai lebar.

"Kalau itu mau mu, silahkan saja.. Aku tidak keberatan", jawab Jaka Umbaran segera.

"Bocah keparat!! Akan ku buat kau menyesali apa yang sudah kau katakan!!", setelah berkata demikian, Locana langsung menerjang maju ke arah Jaka Umbaran. Sang Pendekar Gunung Lawu pun langsung menyambut kedatangan serangan murid Perguruan Bukit Katong itu dengan segenap kemampuannya.

Whhhuuuggghhhh...

Hantaman tangan kanan Locana hanya menyambar angin kosong setelah Jaka Umbaran berkelit lincah ke samping kanan. Locana dengan cepat merubah gerakan tubuhnya lalu melayangkan tendangan keras beruntun ke arah sang pemuda tampan.

Dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh !

Jaka Umbaran mengangkat satu kakinya untuk menangkis tendangan keras itu. Dengan cepat ia menurunkan kaki nya dan sambil memutar tubuh, kaki kanannya melayang cepat kearah dada Locana. Pria bertubuh gempal itu segera menyilangkan kedua tangan nya ke depan dada untuk menahan tendangan keras Jaka Umbaran.

Dhhiiieeeeesssshhh!!!

Tubuh besar Locana tersurut mundur beberapa tombak ke belakang saking kerasnya tendangan keras Jaka Umbaran.

'Brengsek!! Tenaga nya boleh juga. Tapi aku masih belum kalah', batin Locana. Dengan menggenjot tanah tempat ia berpijak, Locana melesat cepat kearah Jaka Umbaran sambil melayangkan pukulan keras bertubi-tubi kearah lawannya.

Whhhuuuggghhhh whhhuuutthh..

Plllaaaakkkkk dhhaaaassshhh..

Pertarungan silat tangan kosong itu langsung memantik perhatian para murid Perguruan Bukit Katong yang hendak mandi. Mereka memilih untuk menunda mandi mereka demi menonton pertunjukan yang mereka anggap menarik ini.

"Tak ku sangka kalau Jaka Umbaran mampu bertahan hingga puluhan jurus melawan Kakang Locana", gumam Surtikanti.

"Makanya jangan meremehkan kemampuan seseorang hanya karena usianya lebih muda dari kita, Surti..

Padahal aku lihat Locana sudah mengerahkan seluruh kemampuan beladiri tangan kosongnya. Tapi bocah ini masih terlihat lebih tenang saja, seolah sedang berlatih dengan orang yang kemampuannya lebih rendah. Bocah ini benar-benar menarik", sahut Sadewa si Pedang Kilat.

"Tapi Kakang Locana belum tentu kalah, Kakang Sadewa. Dia belum menggunakan ilmu berpedang nya", tukas Surtikanti si Pedang Angin segera.

"Yah kita lihat saja dulu.. Bocah ini benar-benar tidak bisa di remehkan", pungkas Sadewa sambil kembali memusatkan perhatiannya pada pertarungan sengit di depan nya.

Whhhuuuggghhhh...

Blllaaaaaarrr!!!

Jaka Umbaran dan Locana sama-sama tersurut mundur sepuluh langkah ke belakang usai beradu pukulan keras yang di lambari tenaga dalam. Tangan kanannya Jaka Umbaran hanya dikibas-kibaskan saja seolah tidak terjadi apa-apa sedangkan Locana merasakan ngilu pada pergelangan tangannya yang disertai mati rasa. Ini menandakan bahwa ia kalah tenaga dalam.

Lelaki bertubuh gempal itu mendengus keras sebelum melepaskan tali pengikat sarung pedang yang tersandang di punggungnya.

"Ambil senjata mu, kita bertarung pakai senjata", teriak Locana sambil mencabut pedang nya. Sebuah pedang dengan bilah berwarna hitam ini adalah pedang pusaka yang di warisi oleh Locana dari sang guru, Pedang Bayangan Naga.

Semua orang kaget melihat itu semua. Jika sampai Locana mencabut pedang nya, itu tandanya dia sudah tidak main-main lagi.

"Aku bukan pendekar pedang, adik seperguruan..

Tapi aku juga punya sebuah senjata jika kau ingin beradu senjata dengan ku", ucap Jaka Umbaran sambil tersenyum.

"Jangan banyak bicara!

Cepat ambil senjata mu kalau tidak aku tidak akan memberikan kesempatan pada mu lagi", teriak Locana keras.

"Tapi sebagai saudara seperguruan, bukankah kita tidak boleh mengadu nyawa hanya untuk sebuah kesombongan?", imbuh Jaka Umbaran segera.

"Banyak omong!!

Rasakan ini bocah keparat!!!", Locana langsung menerjang maju sambil membabatkan pedang nya ke arah leher Jaka Umbaran.

Shhhrrrrreeeeeeeeeeetttttth!!

Dengan gesit, Jaka Umbaran segera berkelit menghindari sabetan pedang Locana. Sang guru Perguruan Bukit Katong itu mendengus keras lalu dengan cepat membabatkan pedang nya bertubi-tubi kearah Jaka Umbaran. Kecepatan gerak nya langsung meningkat drastis.

Sebagai seorang pendekar muda dunia persilatan, Locana memang di kenal sebagai pendekar pedang yang mengandalkan kecepatan tinggi. Meskipun dia masih di bawah Sadewa yang mendapat julukan sebagai Pendekar Pedang Kilat, namun dia juga tidak bisa di anggap remeh.

Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh shreeeeettttthhh!!

Meskipun sedikit kaget melihat perubahan ini, namun Jaka Umbaran tetap tenang meladeni permainan pedang Locana. Dia terus bergerak kesana-kemari menghindari sabetan pedang Locana yang terlihat bernafsu untuk membunuhnya.

Sepuluh jurus berlalu cepat...

Locana mendengus keras sambil menyalurkan tenaga dalam nya ke Pedang Bayangan Naga di tangan kanannya. Bilah pedang hitam itu seketika memancarkan cahaya ungu kehitaman dengan hawa dingin.

"Sepuluh Ribu Bayangan Pedang..

Hiiyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaat..!!!!"

Ratusan wujud pedang hitam langsung menerabas maju ke arah Jaka Umbaran. Melihat itu, Jaka Umbaran menghirup udara segar sekuat mungkin sembari matanya terpejam rapat. Saat matanya terbuka, manik mata nya berubah menjadi kuning keemasan dan seluruh tubuh nya segera diliputi oleh cahaya kuning keemasan yang tipis. Dia sama sekali tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri.

Blllaaammmmmmmm!!!

Ledakan keras terdengar saat ratusan wujud pedang hitam itu menghajar tubuh Jaka Umbaran. Asap tebal menyebar ke sekeliling tempat Jaka Umbaran berdiri.

"Locana, kau sudah gila ya?!

Kenapa kau malah menggunakan ilmu puncak dari Ilmu Seribu Bayangan Pedang pada bocah itu? Kalau sampai terjadi apa-apa, apa kau siap menanggung amarah guru ha?", Sadewa cemas akan nasib Jaka Umbaran setelah menerima ilmu pamungkas milik Locana.

"Itu salah dia sendiri, Kakang Sadewa!!

Bocah itu tidak menghindar sama sekali malah sok gagah menerima ilmu pamungkas ku. Huhhhhh, biar dia tahu rasanya meremehkan aku", Locana acuh tak acuh terhadap protes keras Sadewa.

"Kauuu...."

"Kakang Sadewa, Kakang Locana lihat!!

Bocah itu masih berdiri di tempatnya!!!", teriakan keras Surtikanti seketika membuat Sadewa dan Locana langsung menoleh ke arah tempat Jaka Umbaran berada.

Saat asap tebal putih itu mulai menghilang, Jaka Umbaran masih berdiri tegak sambil tersenyum lebar melihat ke arah mereka. Tentu saja ini mengejutkan bagi para murid Perguruan Bukit Katong terutama Sadewa, Locana dan Surtikanti. Sebab selama ini sangat jarang ada pendekar yang mampu bertahan hidup setelah menerima jurus pamungkas milik Locana.

"I-ini bagaimana mungkin?

Bocah itu masih hidup, Locana. Dia hebat sekali", ujar Sadewa sambil mengucek matanya seolah tak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata nya.

Jika Sadewa dan Surtikanti langsung mengagumi kemampuan beladiri Jaka Umbaran, Locana justru semakin geram. Dia langsung mengerahkan seluruh tenaga dalam nya pada Pedang Bayangan Naga hingga cahaya ungu kehitaman kembali memancar dari pedang itu. Secepat kilat , dia melesat cepat kearah Jaka Umbaran dan menusukkan pedangnya kearah dada sang pendekar muda.

"Locana, jangaaaaannnnn...!!!!"

Teriakan keras Sadewa tidak diindahkan oleh Locana yang sudah dikuasai oleh nafsu membunuhnya.

Jaka Umbaran segera menggeser tubuhnya lalu dengan cepat ia menjepit bilah Pedang Bayangan Naga dengan kedua jari tangan nya. Melihat itu, Locana terkejut bukan main dan berusaha keras untuk menarik kembali Pedang Bayangan Naga yang terjepit di sela jemari tangan Jaka Umbaran. Namun usaha itu sia-sia saja karena Pedang Bayangan Naga seperti terjepit oleh batu besar.

"Saatnya memberi mu pelajaran, adik seperguruan!!", ucap Jaka Umbaran pelan. Sang pendekar muda itu segera melayangkan tendangan keras kearah dada Locana.

Dhhiiieeeeesssshhh...

Aaaarrrgggggghhhhh!!!

Tubuh Locana langsung terpelanting jauh ke belakang dan menyusruk tanah di samping Sadewa dan Surtikanti. Pedang Bayangan Naga terlepas dari genggaman tangannya dan terjepit di jari Jaka Umbaran. Pria bertubuh gempal itu langsung muntah darah seketika.

Hhoooeeeeggggghhh!!!

Semua orang terkejut bukan main melihat kejadian itu. Mereka semua segera berpikir andaikata Jaka Umbaran berniat untuk mengalahkan Locana, maka ia akan sangat mudah melakukannya.

Jaka Umbaran segera memutar bilah pedang di tangan nya. Pedang Bayangan Naga berputar cepat di udara. Lalu dengan cepat, ia menghantam gagang pedang itu hingga melesak masuk ke dalam tanah, menyisakan gagang nya saja. Orang-orang yang ada di tempat itu kembali dibuat terkejut dengan hal itu.

Sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu, Jaka Umbaran pun segera berkata dengan nada suara rendah ,

"Ada lagi yang ingin menjajal ku?"

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

gasssskaannnn

2024-02-02

0

rajes salam lubis

rajes salam lubis

makan bakso aja dulu

2024-01-20

0

dewi habeahan

dewi habeahan

habis lo

2023-08-21

4

lihat semua
Episodes
1 Penculikan Sang Putra Mahkota
2 Pertapaan Watu Bolong
3 Ajian Lebur Saketi
4 Turun Gunung
5 Perguruan Kelelawar Merah
6 Rampok Topeng Tengkorak
7 Pendekar Gunung Lawu
8 Diatas Sungai Wulayu
9 Pakuwon Gemolong
10 Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11 Godaan
12 Malam Yang Panjang
13 Ujian Paman Guru
14 Tantangan Adik Seperguruan
15 Menuju Utara
16 Murid Yang Terusir
17 Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18 Tamu Agung
19 Maharesi Dhanudara
20 Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21 Kota Kadipaten Kembang Kuning
22 Gendol dan Ki Bengkong
23 Pakuwon Weleri
24 Iblis Kalajengking Biru
25 Iblis Kalajengking Biru 2
26 Kerajaan Siluman Alas Roban
27 Sosok Agung
28 Pengikut Baru
29 Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30 Pengadilan
31 Kawan atau Lawan
32 Wiku Pembasmi Siluman
33 Wiku Pembasmi Siluman 2
34 Wiku Pembasmi Siluman 3
35 Perseteruan Panjang Para Pendekar
36 Pertemuan Para Pendekar
37 Pertandingan Awal
38 Pengatur Wilayah Barat
39 Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40 Runtuhnya Kesombongan Saguna
41 Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42 Pertarungan Yang Ditunggu
43 Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44 Nasib Rengganis
45 Rahasia Bukit Gronggong
46 Dewa Guru Resi Atmabrata
47 Goa Terkutuk
48 Manusia Setengah Iblis
49 Manusia Setengah Iblis 2
50 Kembang Wijayakusuma
51 Ki Kancra Bodas
52 Munculnya Nini Pelet
53 Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54 Persembahan
55 Ajian Pelet Panggugah Asmara
56 Setan Merah dan Iblis Biru
57 Arah Yang Sama
58 Lagi Lagi Racun
59 Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60 Pertarungan di Kotaraja Kawali
61 Melawan Jerangkong Hitam
62 Cemburu
63 Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64 Sang Penghasut
65 Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66 Akhir Riwayat Awang Bajra
67 Ayah
68 Rencana Prabhaswara
69 Gangguan
70 Di Tengah Alas Wuluh
71 Perang Saudara ( bagian 1 )
72 Perang Saudara ( bagian 2 )
73 Perang Saudara ( bagian 3 )
74 Adipati Baru Paguhan
75 Pencarian Dimulai
76 Landungseta dan Mustikaweni
77 Pertapaan Dihyang
78 Petunjuk
79 Sayembara Lewa
80 Dedemit Kali Progo
81 Nama Besar
82 Kereta Kuda
83 Mapanji Jayabaya
84 Warung Makan di Persimpangan Jalan
85 Akibat Dendam
86 Bau Keringat Yang Sama
87 Pendekar Misterius
88 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89 Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90 Si Anak Hilang Telah Kembali
91 Hadiah Sayembara
92 Isi Hati Pandan Wangi
93 Warisan
94 Istana Kotaraja Daha
95 Telik Sandi Jenggala
96 Wong Agung Gunung Raung
97 Ajian Pancasona
98 Keinginan Untuk Mati
99 Perempuan Bertenaga Gajah
100 Rencana Perjodohan
101 Uphawasa
102 Menundukkan Butha Agni
103 Jebakan
104 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107 Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108 Suara Aneh
109 Maling
110 Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111 Perompak Sungai
112 Tepi Hutan Kecil
113 Saudara Resi Simharaja
114 Rahasia Mustika Berdarah
115 Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116 Nawala
117 Ajian Malih Rupa
118 Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121 Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122 Pemenang Mendapatkan Semuanya
123 Amukan Pangeran Lembah Hantu
124 Lima Iblis Pencabut Nyawa
125 Intrik Istana
126 Bukan Manusia
127 Siluman Laut Utara
128 Melawan Shuralangi
129 Gendol Ketiban Durian Runtuh
130 Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131 Resi Gempurbhumi
132 Amarah
133 Pulang ke Daha
134 Perjanjian Lama
135 Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136 Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139 Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140 Syarat
141 Menuju Blambangan
142 Olahraga
143 Di Kota Kanjuruhan
144 Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145 Hutan Kaki Gunung Mahameru
146 Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147 Delapan Bidadari Gumuk Mas
148 Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149 Alas Purwo
150 Istana Kerajaan Siluman
151 Sang Pemberi Kutukan
152 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153 Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154 Takdir Dewata
155 Hal Yang Lebih Penting
156 Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157 Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158 Siasat Perang
159 Panjalu Jayati ( bagian 1)
160 Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161 Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162 Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163 Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164 Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165 Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166 Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167 Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168 Kesetiaan
169 Raja Baru Panjalu
170 Perubahan
171 Situasi Dunia Persilatan
172 Bentrokan
173 Bentrokan 2
174 Dua Singa Betina
175 Saudara Jauh
176 Di Lembah Brenggolo
177 Ardachandralancana Emas
178 Tugas
179 Kejutan Besar
180 Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182 Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183 Kadipaten Anjuk Ladang
184 Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185 Dalang
186 Perselingkuhan
187 Orang Suruhan
188 Diatas Atap Bangunan Istana
189 Melawan Para Penjahat
190 Melawan Para Penjahat 2
191 Kereta Kuda Dari Neraka
192 Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193 Lampor
194 Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195 Masalah Keluarga
196 Tiga Ksatria Tua
197 Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198 Kelahiran Putra Pertama
199 Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200 Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201 Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202 Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203 Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204 Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205 Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206 Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207 Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208 Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209 Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210 Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211 Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212 Akhir Perjalanan
213 Pengumuman
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Penculikan Sang Putra Mahkota
2
Pertapaan Watu Bolong
3
Ajian Lebur Saketi
4
Turun Gunung
5
Perguruan Kelelawar Merah
6
Rampok Topeng Tengkorak
7
Pendekar Gunung Lawu
8
Diatas Sungai Wulayu
9
Pakuwon Gemolong
10
Putri Tumenggung Kadipaten Kembang Kuning
11
Godaan
12
Malam Yang Panjang
13
Ujian Paman Guru
14
Tantangan Adik Seperguruan
15
Menuju Utara
16
Murid Yang Terusir
17
Markas Kelompok Setan Gunung Ungaran
18
Tamu Agung
19
Maharesi Dhanudara
20
Titisan Dewa Wisnu Selanjutnya
21
Kota Kadipaten Kembang Kuning
22
Gendol dan Ki Bengkong
23
Pakuwon Weleri
24
Iblis Kalajengking Biru
25
Iblis Kalajengking Biru 2
26
Kerajaan Siluman Alas Roban
27
Sosok Agung
28
Pengikut Baru
29
Tapal Batas Kota Kadipaten Kalingga
30
Pengadilan
31
Kawan atau Lawan
32
Wiku Pembasmi Siluman
33
Wiku Pembasmi Siluman 2
34
Wiku Pembasmi Siluman 3
35
Perseteruan Panjang Para Pendekar
36
Pertemuan Para Pendekar
37
Pertandingan Awal
38
Pengatur Wilayah Barat
39
Kau Baik-baik Saja, Nisanak?
40
Runtuhnya Kesombongan Saguna
41
Benih Cinta Yang Mulai Bersemi
42
Pertarungan Yang Ditunggu
43
Jaka Umbaran Melawan Dewa Kalong Merah
44
Nasib Rengganis
45
Rahasia Bukit Gronggong
46
Dewa Guru Resi Atmabrata
47
Goa Terkutuk
48
Manusia Setengah Iblis
49
Manusia Setengah Iblis 2
50
Kembang Wijayakusuma
51
Ki Kancra Bodas
52
Munculnya Nini Pelet
53
Menuju Ibukota Kerajaan Galuh Pakuan
54
Persembahan
55
Ajian Pelet Panggugah Asmara
56
Setan Merah dan Iblis Biru
57
Arah Yang Sama
58
Lagi Lagi Racun
59
Satu Selesai, Masalah Lain Muncul
60
Pertarungan di Kotaraja Kawali
61
Melawan Jerangkong Hitam
62
Cemburu
63
Selamat Tinggal Kotaraja Kawali
64
Sang Penghasut
65
Pertarungan di Tepi Sungai Citanduy
66
Akhir Riwayat Awang Bajra
67
Ayah
68
Rencana Prabhaswara
69
Gangguan
70
Di Tengah Alas Wuluh
71
Perang Saudara ( bagian 1 )
72
Perang Saudara ( bagian 2 )
73
Perang Saudara ( bagian 3 )
74
Adipati Baru Paguhan
75
Pencarian Dimulai
76
Landungseta dan Mustikaweni
77
Pertapaan Dihyang
78
Petunjuk
79
Sayembara Lewa
80
Dedemit Kali Progo
81
Nama Besar
82
Kereta Kuda
83
Mapanji Jayabaya
84
Warung Makan di Persimpangan Jalan
85
Akibat Dendam
86
Bau Keringat Yang Sama
87
Pendekar Misterius
88
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 1 )
89
Pertarungan Antar Saudara Seperguruan ( bagian 2 )
90
Si Anak Hilang Telah Kembali
91
Hadiah Sayembara
92
Isi Hati Pandan Wangi
93
Warisan
94
Istana Kotaraja Daha
95
Telik Sandi Jenggala
96
Wong Agung Gunung Raung
97
Ajian Pancasona
98
Keinginan Untuk Mati
99
Perempuan Bertenaga Gajah
100
Rencana Perjodohan
101
Uphawasa
102
Menundukkan Butha Agni
103
Jebakan
104
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 1 )
105
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 2 )
106
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 3 )
107
Badai Di Tengah Kebahagiaan ( bagian 4 )
108
Suara Aneh
109
Maling
110
Tugas Pertama Sang Putra Mahkota
111
Perompak Sungai
112
Tepi Hutan Kecil
113
Saudara Resi Simharaja
114
Rahasia Mustika Berdarah
115
Dua Hantu Tua dari Lembah Hantu
116
Nawala
117
Ajian Malih Rupa
118
Tipu Daya Orang-orang Lembah Hantu
119
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 1 )
120
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 2 )
121
Menyerbu Lembah Hantu ( bagian 3 )
122
Pemenang Mendapatkan Semuanya
123
Amukan Pangeran Lembah Hantu
124
Lima Iblis Pencabut Nyawa
125
Intrik Istana
126
Bukan Manusia
127
Siluman Laut Utara
128
Melawan Shuralangi
129
Gendol Ketiban Durian Runtuh
130
Anantawikrama Sang Pendekar Tampan Berseruling Perak
131
Resi Gempurbhumi
132
Amarah
133
Pulang ke Daha
134
Perjanjian Lama
135
Pasukan Jenggala Mulai Bergerak
136
Pralaya Kadipaten Selopenangkep
137
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 2 )
138
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 3 )
139
Pralaya Kadipaten Selopenangkep ( bagian 4 )
140
Syarat
141
Menuju Blambangan
142
Olahraga
143
Di Kota Kanjuruhan
144
Akhir Hidup Seorang Mata-mata
145
Hutan Kaki Gunung Mahameru
146
Sepasang Bajing Merah dari Alas Dandaka
147
Delapan Bidadari Gumuk Mas
148
Delapan Bidadari Gumuk Mas ( bagian 2 )
149
Alas Purwo
150
Istana Kerajaan Siluman
151
Sang Pemberi Kutukan
152
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 1 )
153
Melawan Prabu Tirtabawana ( bagian 2 ) - Pengorbanan Resi Simharaja
154
Takdir Dewata
155
Hal Yang Lebih Penting
156
Empat Istri Sang Pangeran Mahkota
157
Rencana Besar Mpu Karnikeswara
158
Siasat Perang
159
Panjalu Jayati ( bagian 1)
160
Panjalu Jayati ( bagian 2 )
161
Panjalu Jayati ( bagian 3 )
162
Panjalu Jayati ( bagian 4 ) - Kemelut Istana Daha
163
Panjalu Jayati ( bagian 5 ) - Tiga Selir Raja Panjalu
164
Panjalu Jayati ( bagian 6 ) - Duka Cita
165
Panjalu Jayati ( bagian 7 )
166
Panjalu Jayati ( bagian 8 )
167
Panjalu Jayati ( bagian 9 )
168
Kesetiaan
169
Raja Baru Panjalu
170
Perubahan
171
Situasi Dunia Persilatan
172
Bentrokan
173
Bentrokan 2
174
Dua Singa Betina
175
Saudara Jauh
176
Di Lembah Brenggolo
177
Ardachandralancana Emas
178
Tugas
179
Kejutan Besar
180
Penerus Pengatur Wilayah Tengah
181
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 1 )
182
Kelicikan Maharani Uttejana ( bagian 2 )
183
Kadipaten Anjuk Ladang
184
Munculnya Kembali Kelompok Bulan Sabit Darah
185
Dalang
186
Perselingkuhan
187
Orang Suruhan
188
Diatas Atap Bangunan Istana
189
Melawan Para Penjahat
190
Melawan Para Penjahat 2
191
Kereta Kuda Dari Neraka
192
Wisrawa, Sang Pembawa Wabah Bencana dari Dunia Bawah
193
Lampor
194
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
195
Masalah Keluarga
196
Tiga Ksatria Tua
197
Keinginan Dewi Sekar Kedaton
198
Kelahiran Putra Pertama
199
Perang Penyatuan ( bagian 1 )
200
Perang Penyatuan ( bagian 2 ) - Dukungan untuk Negara
201
Perang Penyatuan ( bagian 3 ) - Penaklukan Kota Kadipaten Pasuruhan
202
Perang Penyatuan ( bagian 4 ) - Menjelang Pertempuran Besar
203
Perang Penyatuan ( bagian 5 ) - Saatnya Telah Tiba
204
Perang Penyatuan ( bagian 6 ) - Sayap Kiri Wyuha Garuda Nglayang
205
Perang Penyatuan ( bagian 7 ) - Racun
206
Perang Penyatuan ( bagian 8 ) - Pertarungan Pimpinan Pasukan
207
Perang Penyatuan ( bagian 9 ) - Gugurnya Pimpinan Pasukan Jenggala
208
Perang Penyatuan ( bagian 10 ) - Munculnya Butha Agni
209
Perang Penyatuan ( bagian 11 ) - Akhir Hayat Ki Banaspati
210
Perang Penyatuan ( bagian 12 ) - Menuju Akhir Peperangan
211
Perang Penyatuan ( bagian 13 ) - Para Wanita
212
Akhir Perjalanan
213
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!