"Ujian?
Untuk apa Paman Guru menguji kemampuan ku? Apa Paman Guru meragukan bahwa aku murid dari Maharesi Siwamurti?", Jaka Umbaran merasa kurang suka dengan sikap dari adik seperguruan gurunya.
"Hehehehe jangan salah sangka dulu, Umbaran.
Kalau masalah kau murid Kakang Maharesi Siwamurti, aku tidak pernah meragukan nya. Tapi aku menguji mu adalah untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan beladiri mu sebab aku berencana untuk mengirim mu ikut serta dalam pertemuan pendekar dunia persilatan di Lembah Kali Gung wilayah perbatasan Kadipaten Kalingga dan Rajapura", ucap Resi Mpu Hanggabhaya sembari tersenyum penuh arti.
"Memang apa istimewanya pertemuan itu, Paman Guru?", Jaka Umbaran mulai penasaran.
"Kau masih muda dan perlu banyak belajar dari pengalaman. Dunia persilatan Tanah Jawadwipa ini sangat kejam. Dia yang tidak mampu mengikuti nya maka akan tergilas oleh kekejaman nya.
Anggap saja ini balasan topo ngrame yang sedang kau jalani", ujar Resi Mpu Hanggabhaya segera.
"Sebentar Paman Guru..
Apa daerah itu dekat dengan Kadipaten Paguhan?", tanya Jaka Umbaran segera.
"Tentu saja Umbaran..
Di sisi lain dari Gunung Agung yang menjadi hulu Kali Gung sudah masuk dalam wilayah Kadipaten Paguhan. Memang kenapa kau menanyakan hal itu?", Resi Mpu Hanggabhaya segera menatap wajah tampan Jaka Umbaran seolah ingin mencari jawaban atas pertanyaan nya.
"Ah tidak Paman Guru..
Hanya ingin mengantarkan barang titipan dari seorang teman. Itu saja", jawab Jaka Umbaran sambil tersenyum.
"Oh rupanya begitu..
Sebaiknya kita segera kembali ke Perguruan Bukit Katong. Kita pasti sudah ditunggu oleh orang banyak disana", setelah berkata demikian, Resi Mpu Hanggabhaya segera melesat cepat kearah barat. Jaka Umbaran segera bergegas mengikuti pergerakan pimpinan Perguruan Bukit Katong itu.
Saat sampai di pintu gerbang Perguruan Bukit Katong, dua orang yang bertugas sebagai penjaga gerbang langsung membungkuk hormat kepada Resi Mpu Hanggabhaya. Mereka berdua saling lirik melihat Jaka Umbaran mengekor di belakang sang guru besar.
"Kang, siapa orang baru itu? Bukankah dia yang baru saja datang pagi tadi?", tanya si lelaki bertubuh gempal pada kawannya yang berbadan sedikit lebih kecil.
"Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya dia langsung akrab dengan Guru besar.
Tadi aku dengar dari para murid yang ikut pertemuan dengan para sesepuh, katanya ada orang yang menjadi murid dari kakak seperguruan Guru Besar datang. Mungkin anak muda itu adalah orang nya", ujar si lelaki penjaga gerbang perguruan yang berbadan lebih kurus.
"Wah kalau begitu, kita harus memanggil nya sebagai paman guru dong.. Apakah tiga guru Pedang Kilat, Pedang Bayangan dan Pedang Angin juga harus memanggilnya dengan sebutan kakak seperguruan?
Wah apa ya yang mereka pikirkan saat ini? Memanggil orang yang jauh lebih muda dengan sebutan kakak seperguruan? Hehehehe pasti lucu sekali..", si badan gempal terkekeh geli.
"Huuusssssssss..
Jaga bicaramu kalau masih ingin selamat. Guru Pedang Bayangan itu suka sekali menghukum orang yang membicarakannya. Hati-hati kau..", ucap si badan kurus memperingatkan kawannya. Lelaki bertubuh gempal itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Brrraaaakkkkkkkkk!!!
Meja di depan Locana langsung retak setelah gebrakan tangan lelaki bertubuh gempal itu. Lelaki berusia sekitar 3 dasawarsa ini sedang kesal saat ini.
"Sabar Kakang Locana..
Jangan sampai terpancing emosi. Kita harus tetap berkepala dingin sekarang", ujar Surtikanti si Pedang Angin berupaya menenangkan amarah Locana.
"Bagaimana aku bisa tenang, Surtikanti?
Aku harus menunduk pada bocah kemarin sore itu hanya karena dia adalah murid dari kakak seperguruan guru. Ini membuat harga diri ku sebagai guru di perguruan silat ini anjlok saja.
Lagipula kemampuan beladiri nya juga paling hanya sama dengan para murid-murid ku. Hufftt, ingin sekali aku menghajarnya", ujar Locana si Pedang Bayangan. Lelaki bertubuh gempal dengan kumis tebal itu mengepalkan tangannya erat-erat.
"Kau tidak bisa melihat kemampuan beladiri seseorang hanya karena dia masih berusia muda, Locana..
Aku dengar paman guru Maharesi Siwamurti hanya punya dua murid selama ini. Tentu pengajaran yang di berikan pasti sesempurna mungkin", ucap Sadewa si Pedang Kilat bijaksana.
"Ah aku tidak percaya..
Melihat dari badannya yang kurang makan seperti itu, sekali hantam pasti dia sudah jatuh", Locana terdengar meremehkan kemampuan beladiri Jaka Umbaran.
"Kalau kau yakin bisa mengalahkannya dengan mudah, kenapa tidak kau coba saja Kakang Locana?
Daripada memendam perasaan seperti itu terus", ucapan Surtikanti langsung membuat Locana menyeringai lebar.
"Hehehehe, kau benar Surtikanti..
Lebih baik aku jajal saja kemampuan beladiri bocah busuk itu sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin menghajarnya habis-habisan", Locana mengepalkan kedua tangannya hingga bunyi gemerutuk terdengar. Surtikanti tersenyum tipis sedangkan Sadewa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat itu semua.
Waktu terus berjalan begitu cepat. Tak terasa matahari sudah mulai condong ke barat. Suasana di Perguruan Bukit Katong sudah dipenuhi oleh para murid yang berebut tempat untuk mandi karena sebentar lagi senja akan segera tiba. Mereka harus cepat mandi karena udara dingin di sekitar lereng Gunung Pamarihan akan membuat air begitu dingin hingga akan membuat mereka malas untuk mandi.
Jaka Umbaran sedang berjalan menuju ke arah sendang kecil yang terletak tak jauh dari perguruan ini saat tiba-tiba Locana, Sadewa dan Surtikanti menghadang langkahnya.
"Selamat sore, adik seperguruan. Apa kalian juga ingin mandi?", tanya Jaka Umbaran segera.
Phhuuuiiiiiihhhhh..
"Siapa yang adik seperguruan mu, bocah? Aku Locana si Pedang Bayangan. Nama ku terkenal di dunia persilatan. Bagaimana mungkin aku bisa mengakui kalau kau adalah kakak seperguruan ku sedangkan nama mu saja tidak pernah terdengar sedikitpun di dunia persilatan?
Jangan mimpi kau..", ucap Locana sambil meludah kasar.
"Lantas apa mau mu sebenarnya?", kali ini tidak ada nada suara lemah lembut lagi dalam suara Jaka Umbaran.
"Aku baru akan menyebut mu sebagai kakak seperguruan ku jika kau bisa mengalahkan ku", tantang Locana sambil menyeringai lebar.
"Kalau itu mau mu, silahkan saja.. Aku tidak keberatan", jawab Jaka Umbaran segera.
"Bocah keparat!! Akan ku buat kau menyesali apa yang sudah kau katakan!!", setelah berkata demikian, Locana langsung menerjang maju ke arah Jaka Umbaran. Sang Pendekar Gunung Lawu pun langsung menyambut kedatangan serangan murid Perguruan Bukit Katong itu dengan segenap kemampuannya.
Whhhuuuggghhhh...
Hantaman tangan kanan Locana hanya menyambar angin kosong setelah Jaka Umbaran berkelit lincah ke samping kanan. Locana dengan cepat merubah gerakan tubuhnya lalu melayangkan tendangan keras beruntun ke arah sang pemuda tampan.
Dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh !
Jaka Umbaran mengangkat satu kakinya untuk menangkis tendangan keras itu. Dengan cepat ia menurunkan kaki nya dan sambil memutar tubuh, kaki kanannya melayang cepat kearah dada Locana. Pria bertubuh gempal itu segera menyilangkan kedua tangan nya ke depan dada untuk menahan tendangan keras Jaka Umbaran.
Dhhiiieeeeesssshhh!!!
Tubuh besar Locana tersurut mundur beberapa tombak ke belakang saking kerasnya tendangan keras Jaka Umbaran.
'Brengsek!! Tenaga nya boleh juga. Tapi aku masih belum kalah', batin Locana. Dengan menggenjot tanah tempat ia berpijak, Locana melesat cepat kearah Jaka Umbaran sambil melayangkan pukulan keras bertubi-tubi kearah lawannya.
Whhhuuuggghhhh whhhuuutthh..
Plllaaaakkkkk dhhaaaassshhh..
Pertarungan silat tangan kosong itu langsung memantik perhatian para murid Perguruan Bukit Katong yang hendak mandi. Mereka memilih untuk menunda mandi mereka demi menonton pertunjukan yang mereka anggap menarik ini.
"Tak ku sangka kalau Jaka Umbaran mampu bertahan hingga puluhan jurus melawan Kakang Locana", gumam Surtikanti.
"Makanya jangan meremehkan kemampuan seseorang hanya karena usianya lebih muda dari kita, Surti..
Padahal aku lihat Locana sudah mengerahkan seluruh kemampuan beladiri tangan kosongnya. Tapi bocah ini masih terlihat lebih tenang saja, seolah sedang berlatih dengan orang yang kemampuannya lebih rendah. Bocah ini benar-benar menarik", sahut Sadewa si Pedang Kilat.
"Tapi Kakang Locana belum tentu kalah, Kakang Sadewa. Dia belum menggunakan ilmu berpedang nya", tukas Surtikanti si Pedang Angin segera.
"Yah kita lihat saja dulu.. Bocah ini benar-benar tidak bisa di remehkan", pungkas Sadewa sambil kembali memusatkan perhatiannya pada pertarungan sengit di depan nya.
Whhhuuuggghhhh...
Blllaaaaaarrr!!!
Jaka Umbaran dan Locana sama-sama tersurut mundur sepuluh langkah ke belakang usai beradu pukulan keras yang di lambari tenaga dalam. Tangan kanannya Jaka Umbaran hanya dikibas-kibaskan saja seolah tidak terjadi apa-apa sedangkan Locana merasakan ngilu pada pergelangan tangannya yang disertai mati rasa. Ini menandakan bahwa ia kalah tenaga dalam.
Lelaki bertubuh gempal itu mendengus keras sebelum melepaskan tali pengikat sarung pedang yang tersandang di punggungnya.
"Ambil senjata mu, kita bertarung pakai senjata", teriak Locana sambil mencabut pedang nya. Sebuah pedang dengan bilah berwarna hitam ini adalah pedang pusaka yang di warisi oleh Locana dari sang guru, Pedang Bayangan Naga.
Semua orang kaget melihat itu semua. Jika sampai Locana mencabut pedang nya, itu tandanya dia sudah tidak main-main lagi.
"Aku bukan pendekar pedang, adik seperguruan..
Tapi aku juga punya sebuah senjata jika kau ingin beradu senjata dengan ku", ucap Jaka Umbaran sambil tersenyum.
"Jangan banyak bicara!
Cepat ambil senjata mu kalau tidak aku tidak akan memberikan kesempatan pada mu lagi", teriak Locana keras.
"Tapi sebagai saudara seperguruan, bukankah kita tidak boleh mengadu nyawa hanya untuk sebuah kesombongan?", imbuh Jaka Umbaran segera.
"Banyak omong!!
Rasakan ini bocah keparat!!!", Locana langsung menerjang maju sambil membabatkan pedang nya ke arah leher Jaka Umbaran.
Shhhrrrrreeeeeeeeeeetttttth!!
Dengan gesit, Jaka Umbaran segera berkelit menghindari sabetan pedang Locana. Sang guru Perguruan Bukit Katong itu mendengus keras lalu dengan cepat membabatkan pedang nya bertubi-tubi kearah Jaka Umbaran. Kecepatan gerak nya langsung meningkat drastis.
Sebagai seorang pendekar muda dunia persilatan, Locana memang di kenal sebagai pendekar pedang yang mengandalkan kecepatan tinggi. Meskipun dia masih di bawah Sadewa yang mendapat julukan sebagai Pendekar Pedang Kilat, namun dia juga tidak bisa di anggap remeh.
Shhrreeettthhh shreeeeettttthhh shreeeeettttthhh!!
Meskipun sedikit kaget melihat perubahan ini, namun Jaka Umbaran tetap tenang meladeni permainan pedang Locana. Dia terus bergerak kesana-kemari menghindari sabetan pedang Locana yang terlihat bernafsu untuk membunuhnya.
Sepuluh jurus berlalu cepat...
Locana mendengus keras sambil menyalurkan tenaga dalam nya ke Pedang Bayangan Naga di tangan kanannya. Bilah pedang hitam itu seketika memancarkan cahaya ungu kehitaman dengan hawa dingin.
"Sepuluh Ribu Bayangan Pedang..
Hiiyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaat..!!!!"
Ratusan wujud pedang hitam langsung menerabas maju ke arah Jaka Umbaran. Melihat itu, Jaka Umbaran menghirup udara segar sekuat mungkin sembari matanya terpejam rapat. Saat matanya terbuka, manik mata nya berubah menjadi kuning keemasan dan seluruh tubuh nya segera diliputi oleh cahaya kuning keemasan yang tipis. Dia sama sekali tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri.
Blllaaammmmmmmm!!!
Ledakan keras terdengar saat ratusan wujud pedang hitam itu menghajar tubuh Jaka Umbaran. Asap tebal menyebar ke sekeliling tempat Jaka Umbaran berdiri.
"Locana, kau sudah gila ya?!
Kenapa kau malah menggunakan ilmu puncak dari Ilmu Seribu Bayangan Pedang pada bocah itu? Kalau sampai terjadi apa-apa, apa kau siap menanggung amarah guru ha?", Sadewa cemas akan nasib Jaka Umbaran setelah menerima ilmu pamungkas milik Locana.
"Itu salah dia sendiri, Kakang Sadewa!!
Bocah itu tidak menghindar sama sekali malah sok gagah menerima ilmu pamungkas ku. Huhhhhh, biar dia tahu rasanya meremehkan aku", Locana acuh tak acuh terhadap protes keras Sadewa.
"Kauuu...."
"Kakang Sadewa, Kakang Locana lihat!!
Bocah itu masih berdiri di tempatnya!!!", teriakan keras Surtikanti seketika membuat Sadewa dan Locana langsung menoleh ke arah tempat Jaka Umbaran berada.
Saat asap tebal putih itu mulai menghilang, Jaka Umbaran masih berdiri tegak sambil tersenyum lebar melihat ke arah mereka. Tentu saja ini mengejutkan bagi para murid Perguruan Bukit Katong terutama Sadewa, Locana dan Surtikanti. Sebab selama ini sangat jarang ada pendekar yang mampu bertahan hidup setelah menerima jurus pamungkas milik Locana.
"I-ini bagaimana mungkin?
Bocah itu masih hidup, Locana. Dia hebat sekali", ujar Sadewa sambil mengucek matanya seolah tak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata nya.
Jika Sadewa dan Surtikanti langsung mengagumi kemampuan beladiri Jaka Umbaran, Locana justru semakin geram. Dia langsung mengerahkan seluruh tenaga dalam nya pada Pedang Bayangan Naga hingga cahaya ungu kehitaman kembali memancar dari pedang itu. Secepat kilat , dia melesat cepat kearah Jaka Umbaran dan menusukkan pedangnya kearah dada sang pendekar muda.
"Locana, jangaaaaannnnn...!!!!"
Teriakan keras Sadewa tidak diindahkan oleh Locana yang sudah dikuasai oleh nafsu membunuhnya.
Jaka Umbaran segera menggeser tubuhnya lalu dengan cepat ia menjepit bilah Pedang Bayangan Naga dengan kedua jari tangan nya. Melihat itu, Locana terkejut bukan main dan berusaha keras untuk menarik kembali Pedang Bayangan Naga yang terjepit di sela jemari tangan Jaka Umbaran. Namun usaha itu sia-sia saja karena Pedang Bayangan Naga seperti terjepit oleh batu besar.
"Saatnya memberi mu pelajaran, adik seperguruan!!", ucap Jaka Umbaran pelan. Sang pendekar muda itu segera melayangkan tendangan keras kearah dada Locana.
Dhhiiieeeeesssshhh...
Aaaarrrgggggghhhhh!!!
Tubuh Locana langsung terpelanting jauh ke belakang dan menyusruk tanah di samping Sadewa dan Surtikanti. Pedang Bayangan Naga terlepas dari genggaman tangannya dan terjepit di jari Jaka Umbaran. Pria bertubuh gempal itu langsung muntah darah seketika.
Hhoooeeeeggggghhh!!!
Semua orang terkejut bukan main melihat kejadian itu. Mereka semua segera berpikir andaikata Jaka Umbaran berniat untuk mengalahkan Locana, maka ia akan sangat mudah melakukannya.
Jaka Umbaran segera memutar bilah pedang di tangan nya. Pedang Bayangan Naga berputar cepat di udara. Lalu dengan cepat, ia menghantam gagang pedang itu hingga melesak masuk ke dalam tanah, menyisakan gagang nya saja. Orang-orang yang ada di tempat itu kembali dibuat terkejut dengan hal itu.
Sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu, Jaka Umbaran pun segera berkata dengan nada suara rendah ,
"Ada lagi yang ingin menjajal ku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Nelson Da Flow
mantap.. jgn kendor author
2024-05-20
0
Iron Mustapa
gasssskaannnn
2024-02-02
0
rajes salam lubis
makan bakso aja dulu
2024-01-20
0