Yoongi berjalan mendekati Hana.
Gadis itu masih terduduk diam memegangi siku tangannya yang terluka.
"Kau benar-benar menemui Namjoon ?" Yoongi berjongkok dihadapan adik bungsunya.
"Tuan Guru memberi Saya tumpangan untuk pulang !" jawab Hana dengan posisi tetap menunduk.
Pria itu kembali berdiri membuka laci meja kamarnya.
"Jangan hiraukan perkataan Jihyo !"
"Dia memang seperti itu ..." Yoongi kembali berucap seraya membuka kotak obat yang ia bawa.
Hana tetap diam tak menanggapi perkataan sang Kakak sebelum akhirnya ia mendesis menahan rasa perih saat Yoongi menyentuh perlahan siku tangannya.
"Tidurlah sekarang !" Pria itu menatap hangat manik mata Hana.
Sementara Hana, gadis itu tak berkata sepatah katapun.
Ia berlalu begitu saja dari kamar kakak lelakinya.
Pagi itu emosi Nyonya Kim kian memuncak saat ia mendapati sebuah pesan masuk di ponselnya.
Matanya terbelalak seakan tak ingin percaya dengan apa yang dilihatnya.
Hal itulah yang membuatnya buru-buru menyambangi apartemen Namjoon dengan amarah yang membara.
Satu tamparan keras langsung tertuju pada pipi Namjoon begitu ia menampakkan diri dihadapan Ibunya.
"Kamu benar-benar keterlaluan Namjoon !!!"
Nyonya Kim berucap sembari menyerobot masuk begitu saja.
"Apa Kamu benar-benar sudah tak menganggap Ibu sebagai Ibumu lagi sekarang ?"
"Apa maksud Ibu ?"
"Aku tidak mengerti Bu !" pria itu tampak kebingungan.
"Ini !" Nyonya Kim menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan foto Namjoon yang tengah mendekap Hana.
"Apa Jihyo yang mengirimkan ini pada Ibu ?" ucap Namjoon dengan wajah curiga.
"Tidak penting siapa yang mengirimkannya pada Ibu !!"
"Kau menolak untuk menemui Ibu dan juga calon istri mu demi gadis yang tidak tahu diri ini ??" Nyonya Kim berteriak dengan suara parau nya.
Namjoon hanya diam tak ingin menanggapi kalimat Ibunya.
"Ibu benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran mu Joon ?!"
"Apa Kau ingin membuat Ibu lekas tiada ?"
"Apa yang Ibu katakan ?" Namjoon tak percaya dengan kalimat yang dilontarkan oleh Ibunya.
"Kau lebih memilih gadis itu kan Joon ?"
"Tak apa ..."
"Ibu ... tolong jangan berkata seperti itu Bu."
"Lupakan saja perjuangan Ibu untuk membesarkan mu seorang diri dari kecil Joon."
"Ibu menyerah sekarang ..." suara tangisan Nyonya Kim mulai terdengar.
"Ibu hanya ingin memilihkan yang terbaik untuk masa depanmu Namjoon !"
Namjoon kembali bungkam tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menenangkan Ibunya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk memeluk sang Ibu.
"Cobalah untuk mengenal Jihyo lebih jauh Joon."
"Ibu mohon ..." Nyonya Kim masih terisak dalam pelukan putranya.
"Namjoon akan mencobanya Bu."
"Tapi tolong Aku butuh waktu untuk itu semua ..." pria berdimple itu berucap pelan.
"Sering-seringlah temui dan ajak Jihyo jalan berdua."
"Ibu yakin perasaan itu pasti lama-lama akan segera tumbuh !" Nyonya Kim kembali berucap lembut.
Namjoon kembali diam termenung, pria itu menghela nafas dan menyebut nama Hana dalam relung hatinya.
Sekian lama berfikir akhirnya Taehyung memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Pria itu berniat memperbaiki hubungannya dengan sang Ayah.
"Setidaknya Tuan kembali untuk Ayah Tuan !" perkataan dari Hana selalu terngiang dalam telinga Taehyung.
"Kamu benar Hana,"
"Ayahku tak selamanya membenci perbuatan ku di masa lalu," Taehyung berucap dalam hati.
Pria itu juga nampak tersenyum mengingat Hana.
"Aaaaaaggghhhh ... Kenapa Aku jadi merindukan mu !?" Taehyung kembali berbicara seorang diri.
"Siapa yang kau rindukan Nak ?" Tuan Kim tampak tersenyum memperhatikan sang Putra.
"Ayah ?" Taehyung terperanjat menghampiri Ayahnya yang berdiri pada pintu kamar.
"Sejak kapan Ayah berdiri disini ?" pria itu tampak malu serta menggaruk telinganya.
"Sejak Kau tersenyum seorang diri Tae."
"Siapa yang sedang Kau pikirkan ?" Tuan Kim duduk di ranjang seraya mengelus pundak putranya.
"Itu ..."
"Ada seorang gadis yang membuat ku seperti ini Ayah !" senyuman memikat dari bibir Taehyung kembali nampak terlihat.
"Kau memiliki kekasih Tae ?" sang Ayah kembali bertanya dengan penuh kehati-hatian.
"Ayah sering mendengar Kau memiliki banyak teman perempuan."
"Wanita mana yang tidak menggila saat melihat putra Ayah yang tampan ini ?" Taehyung menanggapi ucapan Ayahnya dengan setengah tertawa.
"Tapi Dia berbeda ..." Taehyung menatap langit-langit kamarnya mendongakkan kepala sembari membayangkan wajah Hana.
"Dia justru mengusir ku setiap kali kami berjumpa."
"Gadis itu sama sekali tak menghiraukan ketampanan putramu ini Ayah."
"Itu yang membuat ku semakin penasaran dengan nya ..." Taehyung terlihat antusias menceritakan sosok Hana pada Ayahnya.
"Benarkah ?"
"Jadi Kau selalu berniat menemui nya ?" Tuan Kim tak kalah antusias mendengarkan cerita Taehyung panjang lebar.
"Tentu ..."
"Aku harus berterimakasih padanya !"
"Karena nya kekhawatiran ku selalu bisa ku atasi sekarang."
"Apa Kau bertemu dengannya di Club ?" Tuan Kim kembali bertanya dengan menatap wajah bahagia sang Putra.
"Tidak Ayah ..."
"Tidak ada gadis sepertinya di Club malam," pria itu menyanggah pertanyaan ayahnya.
"Dia gadis yang sangat sederhana !" lagi-lagi senyum menawan itu tak luntur dari bibir si pria tampan.
Hubungan Ayah dan Anak yang sempat renggang itu kini tampak mulai terjalin sedikit erat.
Nyonya Kim berkunjung lama di apartemen Namjoon.
Wanita paruh baya itu banyak berbicara serta menasehati Namjoon.
"Kapan Kau akan segera kembali ke rumah Joon ?"
"Adikmu sepertinya sudah memutuskan untuk kembali dalam waktu dekat !" Nyonya Kim kembali membujuk sang putra.
"Akan ku pikirkan nanti Ibu ..."
"Aku masih nyaman tinggal sendiri," Namjoon mengalihkan pandangan dari ibunya.
"Bukankah Kau pernah berkata jika adikmu kembali, Kau juga akan kembali ?"
"Rumah akan terasa lengkap jika kedua putra Kim berada pada satu atap yang sama" Nyonya tersenyum bahagia.
"Bu ... Putra dari Tuan Kim hanyalah Taehyung !?"
"Aku hanya menumpang disana Bu," Namjoon menyela kalimat ibunya.
"Apa maksudmu Joon ?"
"Dirimu juga merupakan putra dari Tuan Kim."
"Ingat itu Nak !!" Nyonya Kim tetap pada pendiriannya.
"Ibu ..."
"Tolong jangan seperti ini."
"Jangan hanya karena kekuasaan, Ibu berubah menjadi wanita yang tidak Namjoon kenal !" Namjoon tampak memohon serta menggenggam tangan ibunya.
"Namjoon sama sekali tidak berharap untuk ikut andil dalam perusahaan."
"Terlebih diriku juga tidak berminat dalam hal mengelola saham di perusahaan !"
"Karena itu semua memang bukan hak Namjoon Bu ..."
"Taehyung sempat pergi dari rumah karena Taehyung memang berhak untuk marah !!"
"Aku tidak ingin semua kesalahan di masa lalu terulang kembali ..."
"Taehyung pergi dalam keadaan membenciku,"
"Itu membuat ku menjalani hidup dengan tidak tenang Bu."
"Rasa bersalah selalu muncul dalam benak ku."
Nyonya Kim diam membeku mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut Namjoon.
"Diriku ini Hwang Namjoon, bukan Kim Namjoon."
"Aku juga merindukan Ayahku Bu ..."
"Aku ingin bisa memeluknya seperti dulu," Namjoon tertunduk mengingat masa lalu.
"Lupakan Dia Joon !!" wanita paruh baya itu kembali meninggikan suara.
"Jangan mengingat lelaki yang tak bertanggung jawab itu lagi !"
"Ibu bahkan sudah tak ingin mendengar namanya disebut kembali !!" Nyonya Kim berucap dengan raut wajah yang begitu kesal.
Nyonya Kim memasuki kediaman megahnya dengan lesu.
Sedikit banyak ia memikirkan perkataan putranya, Namjoon.
Raut wajahnya kian berubah saat matanya mendapati sang anak tiri telah berada di rumahnya.
"Apa kabarmu wahai Ibu tiri ?" sapa Taehyung memberi kejutan pada ibu tirinya.
"Aaah bukan, wanita simpanan itu lebih tepatnya !!" Taehyung mengedipkan sebelah matanya dengan tatapan nakal.
"Apa yang Kau lakukan disini anak nakal ?" wanita itu menatap tajam anak tirinya.
"Apa maksudmu ?"
"Ini rumah ku, Aku bebas datang dan pergi sesuka hatiku di rumah ini !?" Taehyung berucap dengan santai namun terlihat tegas.
Nyonya Kim menghela nafas kasar,
"Apa Ayahmu yang meminta mu kemari ?"
Taehyung menggeleng,
"Aku kembali atas keinginan ku sendiri !!"
"Kenapa ?"
"Apa Kau takut ?"
"Apa alasan ku untuk takut pada anak ingusan sepertimu Tae ?" ucapnya dengan menampilkan senyum remeh.
"Bukankah Kau menginginkan kekuasaan Ayahku ?"
"Aku kembali, dan keberadaan mu akan semakin tak berarti jika Aku memasuki perusahaan !"
"Bukankah begitu Nyonya ??"
Taehyung kembali tersenyum karena berhasil membuat bungkam ibu tirinya.
"Kalian sudah bertemu ?" Tuan Kim tiba-tiba muncul diantara keduanya.
"Tentu Ayah, Aku baru saja menyapa Ibu sambung ku ini ..."
"Dia sudah sangat baik mau membereskan kamarku setiap hari !"
"Iya kan Bu ..." Taehyung kembali melirik dan tersenyum menatap ibunya.
"Tentu ..." jawab Nyonya Kim dengan sedikit terbata-bata.
"Walau bagaimana pun Aku juga merindukan anak ku yang satu ini Sayang !" ucap Nyoya Kim mendekati sang Suami.
"Akan ku siapkan makan malam untuk kalian, setelah membersihkan diri !" Nyonya Kim berlalu menuju kamarnya.
Hana berjalan dengan begitu santai pagi itu,
Jalanan tampak lengang.
Beberapa bahan kebutuhan telah berhasil ia dapatkan lebih cepat dari perkiraan waktunya.
"Apa Aku harus mampir di Toserba ?" gumam nya pelan.
Atensinya teralihkan saat melihat lelaki paruh baya memegangi dadanya serta merintih kesakitan.
Tanpa berpikir panjang Hana menyeberang untuk menghampirinya.
"Tuan."
"Apa Tuan baik-baik saja ?"
"Tidak Nak, tolong bawa Saya ke rumah sakit ?" lelaki itu berkata dengan nafas tak beraturan serta tersengal.
"Baiklah Tuan ..." dengan panik Hana menuntun lelaki paruh baya itu dan menghentikan salah satu taksi yang melintas.
"Pak tolong ke rumah sakit terdekat !" Hana meminta sopir taksi melaju ke tempat tujuannya.
"Sepertinya diriku tidak asing dengan lelaki ini, tapi siapa ?" Hana berpikir serta melamun begitu duduk didalam taksi.
Nafas lelaki paruh baya yang semakin tak beraturan seketika menyadarkan lamunan Hana.
"Tuan adakah seseorang dari keluarga Tuan yang bisa Saya hubungi ?" Hana mencoba meminta informasi.
Lelaki itu pun merogoh saku dan memberikan ponselnya pada Hana.
"Tolong hubungi putraku Nak ..." lelaki itu menanggapi dengan suara yang lemah hampir tak terdengar.
Hana segera memeriksa riwayat panggilan,
Tanpa ragu ia menghubungi kontak atas nama "Putra Tampan".
"Selamat pagi Tuan," Hana langsung berbicara seketika saat sang pemilik nomor mengangkat panggilan.
"Tuan, Ayah Anda sedang bersama Saya sekarang dan dalam perjalanan menuju rumah sakit,"
"Saya menemukan Ayah Tuan kesakitan serta kesulitan bernapas di pinggir jalan."
"Jadi tolong Tuan datang ke rumah sakit, untuk alamat rumah sakitnya akan Saya kirim melalui pesan ..."
"Baiklah ... Saya akan bersiap sekarang !?"
jawab Taehyung sedikit panik.
"Terimakasih ... !" Hana mengakhiri panggilan secara sepihak.
"Siapa yang bersama Ayah ?"
"Kenapa Aku tak begitu asing dengan suaranya ?" pria itu terpaku mendengar suara perempuan yang baru saja menghubungi dirinya.
Tak berselang lama ponselnya kembali menyala menampilkan satu notifikasi pesan dari nomor sang Ayah.
Taehyung bergegas mengambil kunci mobil dan keluar untuk menemukan Ayahnya.
"Maafkan Saya Suster ..."
"Saya tidak bisa menemani pasien lebih lama lagi," Hana memasrahkan lelaki paruh baya itu pada suster rumah sakit dan beranjak pergi.
Sebenarnya ia ingin menunggu lebih lama lagi
Namun ia teringat dengan belanjaan yang ia tinggalkan begitu saja didepan salah satu toko dipinggir jalan.
"Semoga saja Putranya segera datang !" gumam Hana dan berlalu pergi.
Taehyung seketika berlari menuju pusat informasi untuk menemui keberadaan Ayahnya.
Hingga akhirnya ia diarahkan seorang suster menuju kamar rawat yang ditempati Sang Ayah.
"Ayah ..." Taehyung lega melihat Ayahnya yang telah mendapat penanganan dari dokter.
Ia memandangi lelaki tua dihadapan nya.
Sedikit penyesalan terlintas dihatinya.
"Maaf Ayah, jika selama ini Aku selalu membuat mu berpikir keras ..."
"Aku akan menjagamu mulai sekarang !?" Taehyung menyentuh lembut dan menggenggam tangan Ayahnya yang masih terlihat lemah serta menutup mata.
Hana tersenyum lega melihat semua belanjaan yang masih utuh ditempat ia meninggalkannya.
"Aaaah ... Aku beruntung !!" gadis itu tersenyum dan melanjutkan langkahnya untuk kembali ke rumah.
Lebih dari beberapa jam Tuan Kim akhirnya membuka mata dan mendapatkan kembali kesadarannya.
"Ayah baik-baik saja ?" Taehyung terperanjat mendekati Ayahnya.
Tuan Kim hanya menganggukkan kepalanya.
"Kenapa Ayah bepergian seorang diri ?"
"Seharusnya Ayah bilang padaku, Aku bisa mengantarmu Ayah !" Taehyung terlihat begitu kecewa dan cemas karena tindakan ayahnya.
"Maafkan Ayah Tae ..."
"Ayah memang ceroboh kali ini," Tuan Kim tersenyum bahagia karena Taehyung terlihat begitu mengkhawatirkan nya.
"Kemana wanita kesayangan Ayah ?"
"Aku tidak melihatnya di rumah dari pagi," pria tampan itu kembali memasang raut wajah kesalnya.
"Ayah sengaja menyuruhnya untuk menghadiri acara pembukaan proyek baru di tempat rekan kerja Ayah Nak."
"Tunggu ..." tampaknya lelaki paruh baya itu mengingat sesuatu.
"Dimana gadis itu ?" Tuan Kim mendapatkan ingatannya sebelum ia terbaring di tempat tidur rumah sakit.
"Gadis ??"
"Gadis yang mana maksud Ayah ?" Taehyung menampilkan ekspresi sedikit heran.
"Dia gadis yang membawa Ayah kemari."
"Kau tak bertemu dengannya ? Tuan Kim nampak begitu serius menatap putranya.
"Aku sampai disini dan mendapati Ayah telah ditangani oleh dokter."
"Jadi Aku sama sekali tak melihatnya Ayah,"
"Suster bilang ia buru-buru pergi dan meminta maaf karena tak bisa menemani Ayah lebih lama," pria itu menjelaskan semua yang disampaikan oleh suster pada sang Ayah.
Tuan Kim termenung diam, ia tak menyangka gadis itulah yang menyelamatkan nyawanya.
"Aku berhutang nyawa padanya Nak," Tuan Kim tampak menitikkan air mata karena rasa bersalah yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hana.
"Ayah tenang saja, Aku akan mencoba untuk menemukan nya !" Taehyung berusaha
menenangkan lelaki tua dihadapannya.
Beberapa hari berlalu,
Kondisi Tuan Kim yang telah membaik membuat pihak rumah sakit memberikan izin untuk kembali ke rumahnya.
"Beristirahat lah Ayah ..." Taehyung segera berlalu pergi meninggalkan kamar Ayahnya saat ibu tirinya membuka pintu.
"Tidakkah kita terlalu berlebihan dalam mengatur kehidupan Namjoon ?" lelaki itu membuka pembicaraan dengan istrinya.
"Jangan pikirkan hal itu terlebih dulu Sayang !"
"Pikirkan dulu kesehatan mu,"
"Masalah Namjoon biar Aku yang mengurus nya !?" Nyonya Kim menjawab dengan merapikan selimut di tubuhnya.
"Tapi Dia juga putraku ..."
"Aku tidak tega melihatnya karena Kau selalu memaksakan kehendak mu padanya,"
"Apa maksudmu Sayang ?" Nyonya Kim kembali duduk di pembaringan.
"Setiap Ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya bukan ?"
Tuan Kim kembali terdiam,
"Lalu bagaimana dengan gadis itu ?"
"Apa Namjoon masih sering menemuinya ?" Tuan Kim kembali bertanya.
"Jangan membahasnya Sayang."
"Tensi darahku selalu meningkat setiap mengingat gadis yang tak tahu malu itu bersama Namjoon !" Nyonya Kim menanggapi dengan ketus ucapan yang keluar dari mulut suaminya.
Tuan Kim kembali diam dan mencoba berpikir bagaimana cara mengubah tingkah laku istrinya supaya bisa merestui Namjoon.
"Bagaimana cara ku untuk bisa balas Budi pada gadis itu ?"
"Kenapa Aku tak bisa mengingat namanya ... ?" lelaki paruh baya itu berkali-kali mencoba untuk mengingat nama Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments