"Bibi hati-hati dijalan ..."
"Saya akan sangat merindukan Bibi" ucap Hana seraya menggenggam tangan sang bibi.
Bibi GeumJa kembali memeluk Hana.
"Non Hana ... , jaga diri baik-baik ya Non !?"
"Bibi pamit " senyum haru terlukis di wajah wanita tersebut.
Meskipun Ia tersenyum, hati Hana sebenarnya menangis berharap Bibi GeumJa tidak pergi.
Tak ingin larut dalam dilema karena kepergian Bibi ke kampungnya, gadis itu sengaja menyenangkan diri dengan pergi ke taman.
Hanya dengan duduk dan menatap langit biru di taman itu sudah cukup menghibur bagi Hana.
"Kenapa baru terlihat ?" suara Namjoon membuyarkan lamunan Hana.
"Aku merindukanmu Hana ..."
"Ini ..." Namjoon tampak menyodorkan sebuah paper bag pada Hana.
"Bukalah ... !!"
"Tuan Guru meminjam ini dari Perpustakaan Kota ?" gadis itu tersenyum seketika.
Namjoon mengangguk,
"Apa Tuan sudah selesai membacanya ?"
"Saya sengaja meminjam buku-buku itu untukmu Hana"
"Saya tau kamu suka membaca ..." ucap Namjoon sembari memperhatikan Hana yang sibuk memeriksa paper bag di pangkuan nya.
"Terimakasih Tuan ...!?"
"Saya janji akan mengembalikan semuanya setelah selesai membaca" gadis itu kembali tersenyum lebar.
"Tak perlu buru-buru ...!?
"Kamu bisa membaca sepuasnya"
Hana pun mengangguk dengan bahagia.
"Bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu Hana ?"
Kali ini gadis itu mengangguk dengan penuh tanya.
"Mmmm ... Keluarga mu ??" Namjoon terlihat berat melanjutkan kalimatnya.
Hana tersenyum,
Ia sempat diam hingga akhirnya membuka suara.
"Orang tua saya sudah lama meninggal Tuan ..."
"Kecelakaan beberapa tahun silam merenggut nyawa orang tua dan membuat kaki saya berjalan dengan tidak sempurna"
"Kedua kakak saya ..."
"Hanya mereka yang saya miliki saat ini."
"Tidak masalah jika mereka membenci saya,"
"Saya tidak punya alasan kuat untuk membela diri."
Namjoon terdiam mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibir mungil Hana.
"Kak Jihyo biasanya akan mengunci saya dikamar setiap ada teman ataupun tamu asing yang datang ke rumah," Hana tersenyum dengan setengah tertunduk.
"Kedua kakak saya tak ingin kalau sampai orang lain tahu bahwa saya saudara mereka," ucap Hana dengan segera mengusap air matanya.
Lidah Namjoon tercekat, hatinya turut perih mendengar segala perlakuan tak adil yang diterima Hana.
"Maaf Tuan ... ?!"
"Tidak seharusnya Tuan mendengar hal ini."
"Kamu gadis yang luar biasa !"
"Roda kehidupan selalu berputar Hana."
"Aku harap kesedihanmu segera berlalu," Namjoon menatap hangat mata Hana seraya menggenggam tangannya.
Jihyo, gadis itu mondar-mandir serta menggerutu didalam kamarnya.
Ia semakin berteriak meluapkan kekesalannya karena Hana yang tak berada di rumah.
Tak berselang lama sebuah mobil berhenti.
Perasaan terkejut sekaligus marah kini menguasai dirinya.
"Bagaimana bisa gadis tolol itu berada satu mobil dengan anak Tuan Kim ?" matanya pun melotot dengan sempurna.
"Terimakasih Tuan, maaf merepotkan."
"Aku justru merasa tenang bisa mengantarmu sampai rumah dengan aman !"
"Maaf karena saya tidak bisa mempersilahkan Tuan untuk masuk,"
"Jangan pikirkan hal itu, aku juga terburu-buru sekarang !" ponsel Namjoon terlihat kembali berdering api ia mengabaikan nya.
"Masuklah ... !!" ucap Namjoon dengan tetap menyunggingkan senyum.
"Sekali lagi terimakasih Tuan."
Hana kembali memeriksa paper bag yang diberikan Namjoon padanya.
Atensinya teralihkan ketika mendapati pintu kamarnya terbuka dengan suara keras dan memecah telinga.
"Kakak ada apa ini ?"
"Bagus, sudah berani kamu sekarang kelayapan tanpa izin ?"
"Maaf Kak, saya hanya ke taman tadi."
"Apa kamu pikir aku ini buta haaaa,"
"Lelaki mana yang berhasil kau goda hingga dia mau memasukkan gadis sepertimu ke dalam mobilnya ?"
"Apa kau sudah berubah menjadi j*Lang sekarang ??" teriak Jihyo di wajah Hana.
"Itu sama sekali tidak seperti yang Kakak bayangkan."
"Diammmmm !" emosi Jihyo membuat nya berhasil mendaratkan kasar tangannya di pipi Hana.
"Maaf Kak."
"Tapi sungguh, Hana tidak berbuat seperti apa yang kakak pikirkan," Hana mencoba tetap tenang meskipun pipinya terasa panas karena ulah Jihyo.
"Dan saya minta maaf, karena tidak berada di rumah ketika kakak membutuhkan saya."
"Akhirnya kamu paham Hana, gadis cacat seperti mu tidak akan pernah pantas bergaul dengan lelaki manapun !"
"Terlebih lagi itu Namjoon," gumamnya pelan.
"Apa yang kau bawa ?" dengan cepat Jihyo merebut paper bag di tangan Hana.
"Ini, Tuan Guru meminjamkan nya pada saya."
"Tuan Guru ?"
"Kamu sekolah ?"
"Untuk apa ?"
"Buku-buku ini tak ada gunanya untuk mu Hana !" senyum Jihyo menampilkan sejuta makna.
"Kak saya mohon berikan !?"
"Hmmmm ... Aku hanya ingin bermain-main dengan semua buku-buku yang membosankan ini."
"Tidak Kak, saya mohon !"
Hana mengikuti Jihyo yang berjalan menuju pintu samping rumahnya.
Jihyo yang geram melihat Hana bersama Namjoon membuat emosi nya tak terkendali.
Gadis itu membuang semua buku, menyalakan korek api dan membakar nya.
"Ambillah Hana, atau kau cukup menunggu nya menjadi abu lalu meminumnya !"
"Itu akan membuat mu lebih cepat pandai bukan !?" ejek Jihyo menertawakan adiknya.
Dengan cepat Hana mencoba mencari air dan menyiramkannya.
"Aku mohon jangan terbakar !"
"Aku mohon ..." air matanya kini turut berjatuhan.
Namun sayang, seberapa pun Hana berusaha buku-buku itu tetap saja terbakar dan hanya menyisakan satu buku dengan tampilan koyak yang berhasil ia selamatkan.
"Bagaimana ini ... ?"
"Bagaimana caraku mengganti semua buku ini ?"
gadis itu kembali terlihat pilu.
"Ada apa ini !?"
"Kenapa asap tebal terlihat dari luar ?"
"Apa sebenarnya yang terbakar ?!" hardik Yoongi tiba-tiba dengan penuh kecemasan.
"Bukan apa-apa Kak ...!"
"Aku hanya memberikan pelajaran sama manusia tolol satu ini" Jihyo berucap dengan congkak.
Sementara Hana, ia hanya terduduk lesu didepan tong bekas pembakaran sampah dengan memeluk buku yang tersisa.
"Kau membakar bukunya Jihyo ?"
"Apa salahnya Kak, bisa saja itu buku hasil curiannya !"
"Benar begitu Hana ?"
Hana diam tak menghiraukan kedua kakaknya.
Rasanya juga akan percuma jika dia membela diri.
Dengan langkah lunglai Hana pergi menuju kamarnya.
Seperti tak terjadi apapun Hana melakukan aktivitas malamnya seperti biasa.
Ia menyiapkan makan malam dan membereskan segala pekerjaan di rumah itu.
Berkali-kali Yoongi menatapnya,
Namun Hana tak menghiraukan serta tak berniat bertegur sapa.
"Kakak ingin saya buatkan kopi ?" Hana berucap datar.
"Mmmmm ... , kebetulan ada beberapa dokumen yang harus ku kerjakan mungkin aku butuh kopi untuk begadang."
Lelaki itu mencoba tersenyum di hadapan adiknya.
Namun sayang Hana tetap tak menghiraukan senyuman manis di wajahnya.
Dengan cekatan Hana meracik kopi untuk Yoongi dan menyajikan di hadapan kakaknya.
"Jika kakak membutuhkan sesuatu saya ada dikamar,"
Yoongi pun hanya mengangguk perlahan.
"Apa yang harus ku katakan pada Tuan Guru ?"
mata gadis itu tak lepas dari buku koyak di tangan nya.
"Kau belum tidur?!"
pintu kamar terbuka dan Yoongi muncul tiba-tiba.
"Kakak membutuhkan sesuatu ?"
"Kenapa tidak mengetuk pintu" ucap Hana mengalihkan pandangan.
"Kenapa kau selalu berbalik tanya ketika aku menanyakan sesuatu !?
"Maaf Kak ..."
"Ulurkan tanganmu !"
Hana nampak bingung dengan perintah Yoongi.
Terlihat lelaki itu mengoleskan antiseptik dan membalut plester pada luka bakar di tangan Hana.
"Lain kali lebih berhati-hati lah ... !?" ucap Yoongi pelan seraya memperhatikan sekeliling ruangan.
"Apa saya terlihat menyedihkan sehingga kakak melakukan hal ini !?" Hana tersenyum getir.
"Hana ..."
"Terimakasih Kak, maaf saya sudah mengantuk sekarang," Hana tak membiarkan Yoongi melanjutkan kalimatnya.
"Selamat malam.
Yoongi menghela nafas panjang sebelum akhirnya beranjak meninggalkan kamar.
"Jangan lakukan hal semacam ini Kak, aku hanya takut akan semakin berharap lebih ..." batin Hana
Hana kembali mengusap plester luka di tangannya.
"Apakah selama ini diriku sejahat itu padanya ?"
Yoongi berhadapan dengan laptopnya namun pikirannya masih terfokus pada Hana.
"Ayah Ibu maafkan saya,"
Memori indah masa lalu bersama kedua orangtuanya kembali terbayang di benaknya.
"Yoongi belum bisa menjadi seorang Kakak yang baik bagi Hana."
Malam itu berlalu dengan secangkir kopi juga bayang-bayang manis serta pahit di masa lalu nya.
Hari demi hari berlalu, Namjoon semakin tertekan dengan perjodohan yang di ungkit oleh Ibunya.
Mimik wajahnya berubah sumringah tatkala mendapati Hana yang muncul dari kejauhan.
"Mari ku bantu ...!?"
"Terimakasih Tuan, tak apa biar saya saja !"
"Hana, bisakah kita bicara !?"
"Maaf Tuan Guru, untuk bukunya ..."
perasaan takut membuat matanya berkaca-kaca.
"Ada apa Hana ?" ucap Namjoon menatap hangat gadis dihadapannya.
"Tuan boleh memarahi saya, saya memang salah ...!?"
"Hana, tenanglah !" Namjoon menggenggam erat tangan Hana untuk menenangkan nya namun
gadis itu justru mendesis seketika.
"Tanganmu terluka ??"
"Hanya luka kecil Tuan."
"Buku-buku yang Tuan pinjamkan pada saya,"
"Kak Jihyo telah membakar nya."
"Saya minta maaf,"
"Saya juga tidak tahu dengan apa saya harus menggantinya" gadis itu kembali tertunduk dan meneteskan air mata.
Namjoon tercengang untuk sesaat.
Tapi lelaki itu kembali tersenyum menatap Hana.
"Hana, dengarkan aku !"
"Tak apa, kamu tidak perlu mengganti semua buku-buku itu"
"Aku yang akan bertanggung jawab !"
"Jadi kamu tenang saja !?"
"Tuan tidak marah ?" Hana memberanikan diri untuk menatap Tuan Guru nya.
Namjoon menggeleng dengan senyum.
"Tak ku sangka dirimu terkadang se cengeng ini Hana" Namjoon mencoba menggoda Hana.
"Saya takut jika Tuan menuntut saya"
"Terlebih lagi itu buku-buku dari Perpustakaan Kota, Tuan !?"
"Tuan tahu saya tidak memiliki apa-apa"
"Kau memiliki diriku Hana ...!" dengan intens Namjoon menatap mata Hana.
Hana membeku atas ucapan Namjoon.
"Dan kamu memang harus mengganti sesuatu yang telah kau ambil dariku."
Raut wajah Namjoon yang kembali serius membuat Hana diam seribu bahasa.
"Jadi Tuan benar-benar akan menuntut saya ?"
"Aku tidak akan menuntut mu perihal terbakar nya semua buku itu,"
"Aku akan bertanggung jawab di Perpustakaan Kota, tapi kau ... !"
"Kau juga harus bertanggung jawab atas perasaan ini."
Gadis itu terdiam bingung
Hana mencoba mencerna semua kalimat Namjoon.
"Jujur, saya tidak mengerti apa maksud Tuan Guru"
Namjoon tersenyum penuh arti.
Pandangan Namjoon masih tak teralihkan dari gadis itu.
"Haruskah ku ungkapkan perasaan ini sekarang ? batin Namjoon.
"Tuan ...??"
Lamunan Namjoon membuyar seketika.
"Tuan baik-baik saja ?"
Wajah Hana yang tampak cemas di hadapan nya membuat jantung Namjoon semakin berdegup kencang tak beraturan.
"Aaaaaah ... , iya tentu saja"
"Kamu tenang saja , jangan pikirkan tentang buku-buku itu"
"Aku akan mengurusnya ... !?"
"Terimakasih Tuan ..." senyum tulus Hana kini membuat Namjoon semakin terpesona.
"Ada apa dengan diriku ?" batin Namjoon.
"Gadis ini, kenapa dia membuat ku hilang kendali atas diriku sendiri ?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments