BAB 19 (KEGUGURAN?)

*****

"Aku...." Rey menjeda ucapan nya, kemudian beralih menatap Rangga yang sedang berada dipangkuanku. "Tentu saja, aku akan menerima Rangga. Aku akan menganggapnya seperti anakku sendiri" ucap Rey langsung mengambil Rangga dari pangkuanku. Ibu dan aku tersenyum bahagia dengan perlakuan Rey ke anakku.

"Hey Rangga, ini ayah. Uh kamu sangat imut ya" ucap Rey menciumi pipi gembul anakku. Rangga tertawa kecil, seolah mengerti dengan ucapan Rey.

"Tapi Rey, aku akan menceritakan masa laluku. Tapi tidak dengan ayah kandung anakku" ucapku menatapnya serius.

"Tidak masalah Laras, aku akan menganggap Rangga seperi anakku sendiri" ucap Rey.

"Bagaimana kalau nak Rey, makan malam disini bersama kita" ajak ibu.

"Ah sebenarnya Rey sangat ingin bu, tapi sepertinya lain kali saja bu! Soalnya badan Rey sudah lengket" tolak Rey sambil tersenyum.

"Baiklah nak, tidak masalah" ucap ibu tersenyum.

"Kalau begitu Rey pulang dulu bu, Laras, Rangga" pamit Rey menyalim tangan ibu beralih mencium kembali pipi gembul anakku.

"Iya Mas, kamu hati hati ya" ucapku tersenyum manis. Rey tersenyum, lalu beranjak keluar rumah.

*****

Sedangkan ditempat Pandu, saat siang tadi ia mendapat telfon dari sang papi. Bahwa sang istri mengalami pendarahan dan membuat calon bayi yang ada dirahimnya tidak dapat diselamatkan.

"Maafin aku hiks, aku ngga bisa jaga calon aku kita hiks. Ini semua gara gara aku huaaa" ucap Purwanti terbaring lemah dikasur rumah sakit.

"Husttt sayang, kamu ngga boleh ngomong seperti itu! Ini cobaan untuk kita. Mungkin Allah belum mengizinkan kita untuk mempunyai anak" ucap Pandu menenangkan istrinya. Namun, jauh dilubuk hatinya ia sangat kecewa dengan kehilangan calon buah hati mereka.

"Ini semua gara gara aku hiks, coba aku ngga terpeleset. Anak kita mungkin masih ada Mas huaaa" ucap Purwanti tangisnya semakin pecah.

"Ini cobaan sayang! Kamu ngga boleh berbicara seperti itu. waktu kita masih banyak bukan, untuk mempunyai anak lagi. Mending kamu sekarang istirahat! Ngga usah nyalahin diri kamu sendiri ya" ucap Pandu mengelus kepala Purwanti. Purwanti mengangguk, kemudian memejamkan matanya.

'Ini adalah sumpah yang diberikan Laras kepadaku. Ya Allah aku menyesal telah menyia-nyiakan Laras. Maafkan aku ya Allah' batinku bersedih.

"Pandu kamu yang sabar ya nak! Mungkin ini adalah cobaan dari Allah. kamu jagain Purwanti ya! Papa sama Papi kamu keluar dulu" ucap Papa menepuk pundakku.

"Iya Pa, Pandu bakal jagain istri Pandu kok" ucap Pandu tersenyum paksa. Papa-Papi tersenyum, kemudian melenggang keluar ruangan.

'Laras kamu dimana sayanh? anak kita pasti sudah besar kan. Aku ingin bertemu sama kamu sayang. Aku kangen!!!' batin Pandu tersenyum senang saat membayangkan wajah Laras ketika tersenyum.

*****

Rey baru saja selesai mandi, saat dia ingin makan. Tiba tiba ada seorang pria masuk dengan pakaian berlumuran darah.

"Heii kamu siapa? Kenapa masuk kedalam rumahku? Sekarang kamu keluar" perintahku langsung berdiri.

"Bang, tolongin gua! Gua dikejar kejar sama orang jahat, plis bang tolongin gua! Gua bisa dibunuh kalau mereka dapat nangkep gua bang" ucap pria yang bernama Bram, kemudian berjalan ke belakang mencari tempat persembunyian. Rey hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Baru saja membuang nafas kasar, tiba tiba ada tiga orang pria berbadan kekar masuk kedalam rumahnya dengan kasar.

"Dimana lu sembunyiin Bram ha?" bentaknya kepada Rey.

"Bram? Bram siapa? Aku ngga kenal sama yang namanya Bram" elak Rey.

"Ngga usah bohong lu! Gua bunuh juga lu!" ucapnya lagi sambil menodongkan pistol ke kepala Rey.

"Woi Woi bang, santai!!! Gua jujur, gua cuma sendirian disini ngga ada siapa siapa lagi" elak Rey lagi.

"Bang bang, ini ada tetesan darah!" ucap yang satunya lagi, kemudian mereka mengikuti kemana arah tetesan darah tersebut. Namun, mereka tidak menemukan siapa siapa.

"Dimana lu sembunyiin dia brengsek!" bentaknya kepada Rey.

"Udah gua bilang bang! Gua cuma sendirian disini! Gua ngga nyembunyiin siapa siapa" elak Rey.

"Terus ini darah apa?" tanya yang satu nya lagi dengan tatapan menyelidik.

"Miaonggg" ngeong kucing, yang kebetulan kaki nya berdarah.

"Itu bang, darah kucing!" tunjuk Rey kepada kucing yang kakinya kini tengah berdarah.

"Ahh sialan!!!" umpatnya kesal, kemudian berjalan keluar rumah Rey. Dan diikuti oleh anak buahnya.

"Hufttt, syukur!!!" gumam Rey.

"Bang, makasih banyak ya! Lu udah nyelametin nyawa gua. Oh iya kenalin gua Bram" ucap Bram menghampiri Rey sambil menyodorkan tangannya.

"Ah ngga papa, itu memang udah tugas gua membantu sesama. Gua Reynaldi" sahut Rey menerima uluran tangan Bram.

"Yaudah kalau gitu, gua pergi dulu bang. Sekali lagi terimakasih" ucap Bram ingin melenggang keluar rumah.

"Tapi luka ditangan lu?" tanya Rey

"Ngga papa bang, gua udah biasa" ucap Bram tersenyum. Lalu benar benar berjalan keluar rumah. Rey membalasnya dengan senyuman.

.

.

.

Sudah direvisi guys....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!