"Selamat tinggal dunia penuh dengan kekejaman. Nak maafkan Ibu, kita harus pulang dengan cara seperti ini. Jujur Ibu tidak sanggup lagi harus hidup bagaimana, Ibu tidak sanggup Nak. Tidak ada yang menginginkan keberadaan kita lagi hiks hiks hiks" ucapku menaikkan satu kakiku kebesi jembatan.
Pada waktu yang bersamaan, ada ibu ibu yang lewat tepat dijembatan tersebut. Ibu itu langsung menghampiriku yang sedikit lagi terjun kebawah.
"Astagfirullah Nak, apa yang kamu lakukan" ucap Ibu itu membawaku turun.
"Lepaskan aku bu! Aku tidak ingin hidup lagi. Aku sudah tidak berguna lagi, aku tinggal seorang diri hiks hiks" ucapku menghambur kepelukan Ibu yang sama sekali tidak aku kenali.
"Husttt... Kamu tidak boleh berbicara seperti itu Nak! Kamu harus kuat, Allah akan selalu melindungimu. Tapi Allah sangat membenci orang yang mengakhiri hidupnya sendiri" ucap Ibu membalas pelukanku dan mengusap usap punggungku untuk menenangkanku.
"Aku telah dibenci keluargaku bu, aku telah hamil diluar nikah! Dan lelaki yang menghamiliku tidak bertanggung jawab. Aku tinggal seorang diri, dikota orang bu. Aku tidak sanggup hiks hiks" ucapku.
"Astagfirullah Nak, jadi kamu hamil? Dan kamu ingin membunuh anakmu sendiri? Kita disini sama Nak, ibu juga sebatang kara dikota orang. Sebaiknya kamu tinggal bersama Ibu" ucap Ibu itu.
"Tapi bu... " ucapanku terpotong.
"Sudah Nak, tidak apa apa! Anggap saja Ibu ini, ibu kandungmu" ucap Ibu itu membawaku kerumahnya. Kebetulan rumahnya dekat dengan jembatan tadi. Aku hanya bisa pasrah, jujur aku tidak mempunyai tenaga lagi.
-------------------------------------------------------------
Keesokan harinya.
Pandu pergi menuju toko kue, dimana biasa aku kerja disana.
"Assalamu'alaikum" ucap Pandu kepada Paman.
"Wa'alaikumsalam, eh ada nak Pandu. Mau beli apa nak?" tanya Paman.
"Ini Paman, Pandu ingin menanyakan Laras. Apa Laras tidak masuk kerja Paman?" tanya Pandu. Tiba tiba wajah Paman berubah menjadi sendu.
"Paman sendiri juga tidak tau dimana Laras nak. Laras semalam diusir istri Paman! Karena dia hamil" ucap Paman bersedih.
"Apa diusir? Jadi Laras tidak tinggal dirumah Paman lagi?" tanya Pandu.
"Iya nak, Paman sudah mencari nya malam itu. Tapi Paman tidak menemukannya. Paman yakin dia itu pergi kerumah lelaki yang menghamilinya" ucap Paman.
"Baiklah Paman, Pandu akan bantu untuk mencari Laras. Kalau begitu Pandu pamit dulu Paman" pamit Pandu. Paman mengangguk semangat.
Pandu melajukan mobilnya menuju kediaman nya. Dia ingin menanyakan sesuatu kepada Papinya.
"Papiii... Papi dimana?" panggil Pandu marah memasuki rumahnya.
"Tuan ada dikamarnya den" ucap Bibik.
"Papiii... Papi dimanaaa?" panggil Pandu masuk kedalam kamar Papinya.
"Ada apa Pandu? Kenapa kamu teriak teriak seperti itu?" tanya Papi keluar dari kamar mandi.
"Apa semalam Laras datang kesini?" tanya Pandu geram.
"Baiklah, Papi tidak akan menyembunyikan nya lagi" ucap Papi. "Benar Laras semalam kesini, ingin bertemu denganmu. Papi bilang kalau kamu sedang diluar kota!" ucap Papi santai.
"Kan sudah Pandu katakan, kalau Laras sedang mengandung anak Pandu! Calon cucu kandung Papi" ucap Pandu.
"Apa kamu yakin itu anak kamu? Sudah Papi katakan dia hanya ingin memerasmu saja! Dia bahkan menggoda Papi semalam" ucap Papi berbohong.
"Tidak mungkin, Laras tidak seperti itu! Papi pasti sudah mengarang semua ceritanya. Dan Papi tau, dia hanya bercinta dengan Pandu saja! Pandu lah yang telah merenggut mahkotanya. Pandu berjanji akan bertanggung jawab saat dia mengandung" ucap Pandu geram.
"Terserah kamu saja! Papi juga sudah memberi dia cek dengan jumlah yang cukup besar, tapi dia tidak menerimanya. Bahkan dia melemparnya kewajah Papi" ucap Papi.
"Haaa..." Pandu menghembuskan nafas kasar. Lalu, keluar dari kamar Papinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Priskha
pingin aq gorok aja itu papinya Pandu sdh tua sdh bau tanah tobat sono....
2021-08-12
0
Eti Moerihono
Papi nya Pandu gk bener, kasihan Laras
2020-11-25
2