"Aku Laras, kamu siapa?" tanyaku.
"Oh Laras, Saya Ayahnya Pandu. Pandunya lagi keluar kota! Kebetulan Ponsel pribadinya ketinggalan" sahut Ayah Pandu berbohong.
"Keluar kota? Sejak kapan Om?" tanyaku.
"Baru saja, ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Ayah Pandu.
"Tidak Om, kalau begitu saya tutup dulu! Tuttt" ucapku langsung mematikan ponsel.
"Apa ini? Kenapa dia tidak mengabariku kalau dia akan keluar kota hari ini hiks?" ucapku sambil menangis.
"Setelah dia merenggut mahkotaku dan telah menanamkan benih nya dirahimku dia akan pergi begitu saja? Lalu, apa janji nya yang akan menikahiku hiks hiks hiks" ucapku menangis sejadi jadinya.
Pukul 18.33 Wib.
Aku duluan pulang kerumah dengan alasan kurang enak badan. Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar. Dan menangis sampai aku puas. Namun, aku merasa perutku tidak enak, seperti ingin memuntahkan sesuatu.
"Huekk huek huek"
"Laras... Kamu kenapa? Buka pintunya!" gedor bibi.
"Huek huek huek"
"Laras buka pintunya! Atau akan bibi dobrak" gedor bibi semakin kencang.
"Mama ada apa sih? Kenapa Mama gedor gedor pintu kamar Laras sekenceng ini" ucap Sasya keluar dari kamarnya. Saat mendengar berisik dari luar kamarnya.
"Laras... Buka pintunya!!!" gedor bibi. Tanpa menghiraukan pertanyaan Sasya.
Ceklek. aku membuka pintu.
"Kamu kenapa? Kenapa kamu mual mual begitu?" tanya bibi curiga.
"L-laras laras hanya masuk angin biasa bi" ucapku berbohong dengan gugup.
"Masuk angin apa hamil?" tanya bibi semakin menyudutkan ku.
"Masuk angin bi! Dikasih minyak angin juga bakal sembuh" jawabku berkeringat dingin.
"Kalau begitu ayo kita periksa kedokter" ucap bibi menyeret kasar tanganku.
"Tidak bi, aku tidak perlu kedokter" bantahku meronta ronta minta dilepaskan.
"Maaa udah dong! Mungkin Laras memang sedang tidak enak badan" ucap Sasya.
"Kalau begitu, biarkan Mama membawanya kedokter! Untuk diperiksa dia sakit apa. Baru jelas" ucap bibi.
"Tidak bibi hiks, maafin Larass" ucapku menangis tersedu.
"Maaf? Berarti kamu hamil? Dasar anak sialan! Anak tidak tau diuntung! Waktu sama Agus aja kamu sok suci. Tapi sekarang apa kenyataan nya. Kamu tidak ada bedanya dengan ****** diluaran sana" ucap bibi sangat menusuk hatiku.
"Pergi kamu dari sini" ucap bibi sambil mendorongku keluar.
"Tidak bi, maafkan Laras hiks" ucapku menunduk dikaki bibi.
"Maaaa!! Mama ini kenapa sih? Diluar lagi hujan deras. Kenapa Mama malah ngusir Laras, biarkan Papa pulang dulu! Papa yang akan menentukan Laras diusir apa tetap tinggal disini" bela Sasya membantuku berdiri.
"Diamlah Sasya!! Kamu itu tidak tau apa apa! Wanita ini ingin mencemari nama baik keluarga kita! Dia sudah membuat aib, itu adalah suatu kesialan yang akan terus menimpa keluarga kita" ucap bibi membawa Sasya kekamarnya. Lalu, dikunci.
"Maaa buka!! Mama apa apaansi! Kenapa Sasya dikunci" teriak Sasya dari dalam kamar.
"Sekarang kamu cepat keluar dari rumah ini! Jangan pernah kembali lagi. Dasar anak sialan" ucap bibi menyeretku keluar dari rumah.
"Maafkan Laras bi! Laras akan tinggal dimana lagi? Laras hanya mempunyai keluarga ini bi hiks hiks hiks" ucapku.
"Itu urusanmu! Jangan pernah injakkan kakimu lagi dirumah ini! Karna kamu bukan keluarga kami lagi" ucap bibi menutup pintu dengan keras.
Aku bingung harus kemana, jalan yang harus kutempuh saat ini adalah rumah Pandu, Ayah dari anak yang ku kandung.
***
"Pak itu ada wanita ditengah tengah hujan begini" ucap driver taksi online.
"Iya ya, kasian sekali" ucap Paman. Paman tidak mengetahui bahwa wanita yang jalan ditengah hujan begini adalah Laras.
"Assalamu'alaikum" ucap Paman memasuki rumah.
"Loh kemana mereka semua? Tumben sepi sekali" gumam Paman.
"Maaa buka pintunya" gedor Sasya.
"Loh itu bukannya suara Sasya?" gumam Paman mencari asal suara.
"Sasya kamu didalam nak?" tanya Paman dari luar kamar.
"Papa? Iya Pa Sasya didalem. Tolong bukain pintunya Pa" sahut Sasya dari dalam.
"Kamu kenapa bisa terkunci nak?" tanya Paman sudah membuka pintu.
"Mama Pa, Mama ngusir Laras dan ngunci Sasya didalam. Agar Sasya ngga bisa bantuin Laras" ucap Sasya.
"Apaaaaa? Laras diusir? Kenapa?" tanya Paman marah.
"Laras hamil Pa, dan Mama langsung mengusirnya" jawab Sasya.
"Astagfirullah Hal Azim... Berarti yang Papa lihat ada wanita jalan basah kuyup itu Laras. Mamaaaa" teriak Paman marah.
"Apasih Pa? Kok teriak teriak?" kesal bibi
"Kenapa kamu memgusir Laras?" tanya Paman geram.
"Terus Mama harus manja manjain anak tak tau diri seperti itu? Gitu mau Papa? Anak seperti itu memang seharusnya diusir" ucap bibi.
"Hak yang boleh ngusir Laras itu aku bukan kamu!! Dasar wanita tidak punya hati" ucap Paman melenggang keluar dan menyambar payung.
"Papa mau kemana?" tanya Sasya.
"Papa ingin mencari Laras nak" jawab Paman.
"Sasya ikut Pa" sahut Sasya mengikuti Papanya.
"Mau kemana kalian?" tanya Bibi geram. Namun, mereka tidak mengubrisnya dan keluar mencari Laras ditengah hujan badai seperti ini.
"Ya Allah kemana Laras pergi Pa?" tanya Sasya.
"Seperti nya dia ketempat lelaki yang telah menghamilinya" jawab Paman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Mei Fika
smua salah Laras Krn trllu polos n TDK bisa mnjaga diri cm krna ketampanan
2020-12-03
3