BAB 14 (KUTUKAN TAK BERGUNA)

Pukul 07.00 Wib.

"Bu Laras pergi kerja dulu ya" pamit Laras sambil mencium punggung tangan ibu nya. "Hai jagoan ibu, ibu berangkat kerja dulu ya sayang. Supaya ada uang untuk beli susu kamu" ucapku sambil menciumi pipi gembul Rangga.

"Iya nak, kamu yang semangat ya kerja nya! Dadah ibu" ucap ibu sambil mendadahkan tangan Rangga. Rangga dibuat tertawa karena itu.

"Dadah sayang, Laras berangkat dulu ya bu, assalamu'alaikum" pamitku kembali kemudian berjalan keluar rumah.

***

"Selamat pagi mba Laras, tumben sekali datang pagi begini?" tanya ob, ob itu sedang membersihkan meja kerja Laras.

"Pagi pak, ngga papa pak. Takut macet aja dijalan nanti" jawabku sambil tersenyum.

"Oh begitu, mba Laras saya buatin teh hangat ya" ucap ob.

"Boleh, terimakasih ya pak" ucapku sambil tersenyum manis. Bapak itu mengangguk, kemudian segera membuatkan minum.

"Selamat pagi Laras, kamu udah datang aja" sapa Rey menghampiri Laras kemejanya.

"Eh pagi Rey, iya nih aku takut telat" jawabku menoleh menatapnya.

"Oh gitu... " ucapan Rey terpotong.

"Kerja kamu Rey! Saya gaji kamu untuk bekerja. Bukan menggoda karyawanku" ketus pak bos.

"Saya tidak menggoda Laras pak! Saya hanya mengajari Laras, tentang yang tidak dia mengerti" elak Rey.

"Sudah sudah, kembali kamu bekerja sana!" ketus pak bos. "Laras kalau kamu ada yang tidak mengerti, kamu datang keruangan saya saja." ujar pak bos tersenyum genit.

Bos mereka sudah berkepala empat, bahkan sudah mempunyai istri dan anak cucu. Tapi dia masih saja genit kepada Laras.

"Baik pak, kalau begitu saya lanjutkan pekerjaan saya ya pak" ucap Laras.

"Iya Laras, kamu yang semangat ya! Saya keruangan saya dulu" pamit pak bos melenggang keruangannya dengan senyum yang merekah.

***

"Pi aku berangkat kerja dulu" pamit Pandu.

"Kamu tidak membangunkan istrimu?" tanya Papi.

"Dia masih tidur Pi, biarkan saja lah" ujar Pandu.

"Tidak boleh seperti itu, kamu harus pamit dulu sama dia. Nanti dia nyariin kamu lagi" ucap Papi.

"Yaudah deh, Pandu keatas dulu Pi" pamit Pandu. Papi hanya mengangguk dan tersenyum. Kemudian Pandu melenggang menuju kamar.

"Purwanti, ayo bangun! Aku mau berangkat kerja ini" ucap Pandu sambil menggoyangkan tubuh istrinya.

"Eghh sayang, sini dulu! Aku masih pengen dipeluk sama kamu" ucap Purwanti menarik Pandu, dan memeluknya.

"Purwanti, aku bisa terlambat kekantor nanti" ucap Pandu kembali berdiri.

"Ini keinginan anak kamu loh" ucap Purwanti cemberut.

"Anak? Anak apa maksudmu?" tanya Pandu heran.

"Iya, anak yang ada didalam perut aku sayang. Aku hamil" ucap Purwanti dengan senyum yang merekah.

"Maksud kamu itu apasih? Aku ngga ngerti deh. Masa iya kamu hamil?" tanya Pandu.

"Kalau ngga percaya, noh liat sendiri! Didalam tas aku, ada surat keterangan dari didokter kalau aku hamil. Sekitar dua minggu" ucap Purwanti. Pandu dengan segera mengambil tas yang dimaksud istrinya.

"Ini beneran sayang? Kamu hamil?" tanya Pandu menatap Purwanti. Purwanti mengangguk cepat. Pandu langsung memeluk nya dan menghujaminya dengan ciuman.

"Terimakasih sayang, terimakasih banyak. Akhirnya yang kita tunggu tunggu membuahkan hasil" ucap Pandu.

"Iya sayang, aku sangat bahagia" ucap Purwanti.

"Yaudah aku kasih tau Papi dulu ya" ucap Pandu semangat. Purwanti mengiyakan nya. Kemudian Pandu turun dari tangga sambil memanggil papi nya.

"Pi, papi..." panggil Pandu tak sabaran.

"Apa Pandu? Kenapa wajahmu seperti menang tander saja" ucap Papi.

"Ini melebihi itu pi, papi lihat ini" ucap Pandu. Kemudia papi nya melihatnya, dan senyum langsung mengembang begitu saja.

"Sudah papi katakan, kalian pasti akan mempunyai anak. Hanya tinggal menunggu waktu saja. Dan sumpah dari wanita sialan itu, hanya angin lalu saja" ucap Papi senyum meremehkan.

"Sumpah? Sumpah apa maksud papi?" tanya Pandu heran.

"Iya, kamu ingatkan waktu Laras datang kerumah hujan hujan gitu. Dia menyumpahi keluarga kita, kalau kamu tidak akan diberi keturunan. Tapi sekarang apa? Istrimu sedang mengandung anakmu" ucap Papi. "Ah yasudahlah! Mending kamu sekarang berangkat bekerja! Nanti kamu bisa terlambat" perintah papi menepuk pelan bahu Pandu. Kemudian berlalu keruang keluarga.

.

.

.

Sudah direvisi guys...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!