"Tuan Affandra, biarkan saja Tuan Akandra. Beliau tidak akan menyakiti Nona Audrey," ucap Pak Arman pada sang adik Akandra yang masih setia berdiri di depan pintu kamar kakaknya.
"Tapi, bagaimana jika dia mengulangi kesalahan yang sama? Bagaimana jika dia kembali menghilangkan nyawa seorang wanita untuk yang kedua kalinya?" skak Affandra dengan wajah yang penuh rasa takut.
"Itu tidak akan terjadi, Tuan. Saya mengenal bagaimana Tuan Akandra yang sekarang. Beliau sudah berubah menjadi pria yang lembut. Bahkan dia bersedia menerima Nona Audrey di rumah ini dengan senang hati dan ingin merawatnya dengan baik. Karena dari yang saya tahu, beliau tidak tega mendengar penyiksaan-penyiksaan yang wanita itu terima dari suaminya," jelas Pak Arman.
"Apa dia berubah karena mengira dia itu Alessa?" tebak Affandra dengan menoleh ke arah sang supir pribadi Akandra.
"Mungkin saja, Tuan. Karena dari yang saya lihat, Nona Audrey ini sangat mirip dengan mendiang Alessa. Mungkin Tuan Akandra ingin menebus kesalahan yang dia perbuat beberapa tahun yang lalu. Lebih baik kita bicara di ruang tengah saja, Tuan. Biarkan dia bersama Nona Audrey, mari," Pak Arman mengajak Affandra.
"Iya, ayo." Affandra pun menyerah untuk menunggu kakaknya membukakan pintu.
Dia memilih mengikuti Pak Arman untuk menggali informasi mengenai wanita yang mirip dengan Alessa itu. Sejujurnya Pak Arman bukan hanya sekedar supir pribadi melainkan dia juga adalah kaki tangan Tuan Akandra. Tuan Akandra selalu memberinya tugas dalam mencari tahu informasi mengenai seseorang. Maka tak heran jika Pak Arman juga mengetahui informasi mengenai Audrey.
****
Flashback ....
Beberapa tahun yang lalu ....
Sebuah pesan masuk ke nomor ponselnya Akandra. Pria tampan yang tengah duduk di meja kerja sembari menyeruput teh pun langsung menyambar ponselnya. Pada saat dia menatap layar ponselnya, dia mengernyitkan alisnya sebab pesan yang masuk itu dikirim dari nomor yang tidak dikenal.
Karena penasaran, Akandra pun akhirnya membuka isi pesannya. Mimik wajahnya langsung berubah 180°. Tak lama kemudian dia berdiri dan menggebrak meja dengan keras.
Kedua tangan mengepal sehingga terlihat urat-urat hijau yang menandakan jika pria bernama Akandra ini sedang marah. "ARMAN, KEMARI!" teriak Akandra dengan nada yang keras pada kaki tangannya.
Tak lama setelah itu, datang seorang pria yang lebih tua dari Akandra dengan pakaian yang rapi dan berwarna hitam. Terlihat jelas, di telinga pria bernama Arman itu terpasang alat komunikasi jarak jauh dengan para bodyguard yang lain. Arman berdiri di hadapan tuannya dengan kepala yang tertunduk.
"Iya, Tuan."
"Cepat lacak keberadaan Alessa sekarang juga!" perintah Akandra pada Arman.
"Baik, Tuan."
Dengan cepat, Arman segera melacak keberadaan sang tunangan tuannya. Tak membutuhkan waktu lama untuk mengetahui keberadaan Alessa sebab dia sudah menaruh alat pelacak di mobil serta tas yang dipakai oleh Alessa. Setelah mengetahui keberadaan wanita itu, dengan cepat dia memberi tahu tuannya.
"Batalkan semua meeting!" perintah Akandra.
Setelah itu dia bergegas pergi menuju lokasi keberadaan sang tunangan. Akandra memang pria yang sangat posesif, cemburuan dan terlalu mengekang pasangannya. Dia memang pria yang sangat berbeda dengan pria pada umumnya. Sebab cara menyayangi pasangannya benar-benar unik dan terkesan sedikit kasar hanya untuk melindungi kekasihnya.
Namun, apa yang dia dapatkan setelah kasih sayang yang dia berikan pada Alessa? Sesampainya di lokasi keberadaan Alessa, tepatnya di sebuah villa yang tak jauh dari kota. Dengan amarahnya yang sudah memuncak, Akandra keluar dari mobil dan masuk ke villa tersebut.
Begitu berada di dalam villa, dia mendengar suara merdu wanita yang diduga sedang merasakan sebuah ken*kmatan. Tanpa membuang waktu lagi, Akandra mendobrak pintu kamarnya dan terlihatlah sebuah pemandangan yang menjijikan. Di mana dia melihat sang tunangannya, Alessa tengah melakukan hubungan dengan seorang pria bertubuh kekar.
Entah siapa pria itu, kenapa dia berani meniduri Alessa dan kenapa Alessa mau tidur dengan pria itu? Kini di benak Akandra dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Sehingga, dia menjadi hilang akal dan matanya menjadi buta karena cemburu.
"ALESSA!" pekik Akandra dengan suara yang mengerikan.
Seketika kedua pasangan tak tahu diri itu pun ketar-ketir menyudahi aktivitasnya dan menutupi tubuh mereka dengan selimut. "Ss-sayang?" ucap Audrey dengan gelagapan karena takut.
Tanpa banyak basa-basi, Akandra mengeluarkan sebuah pistol kaliber 22 dan menarik pelatuknya. Mengetahui hal itu, Alessa melindungi pria yang berada di sebelahnya. Sehingga tembakan itu pun tepat mengenai kepalanya.
Akandra membelalakkan matanya dengan menjatuhkan pistol tersebut. Dia tidak menyangka jika tembakan itu akan mengenai kekasihnya padahal dia berniat untuk menembak pria itu. Saat itu juga, Alessa tewas di tempat setelah pria yang merupakan telah berselingkuh dengannya memeriksa denyut nadinya serta detak jantungnya yang sudah tidak berfungsi.
Setelah insiden berdarah itu, dengan segala cara Akandra dan anak buahnya memutar fakta jika orang yang menembak Alessa adalah pria itu. Akandra membungkam setiap orang yang telah melihat kejadian itu dengan uang. Sehingga pelaku yang telah menewaskan Alessa jatuh pada pria malang itu. Akandra belum merasa puas selama pria itu belum mati, karena hukuman yang paling tepat untuk pria itu adalah kematian.
****
Stay tune :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Juan Sastra
itulah akibatnya jika lebih mengedepankan emosi..
2023-10-09
1
Yullia Azahra
tragis juga kisahnya
2023-06-14
1