Sudah kering air mata Lee Yura meratapi nasibnya yang malang selama berminggu – minggu belakangan, sampai – sampai ia tak dapat meluapkan lagi kesedihannya dengan derai air mata, yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menerima keadaan. Ia sudah mulai berusaha untuk melapangkan dadanya, perlahan ia sudah mulai membiasakan diri untuk mensyukuri atas segala hal yang terjadi dalam hidupnya.
Bahkan perlahan Lee Yura sudah mulai membuka diri, berusaha mengenal lebih jauh sosok Min Yoongi secara pribadi, bukan lagi sebagai seorang idola. Bermula dari saling menanyakan keperluan berkas pernikahan, kini pelan – pelan Min Yoongi dan Lee Yura saling bertukar pesan dan lama kelamaan hal itu berubah menjadi sebuah kebiasaan. Keduanya kini mulai berteman.
“ Sudah kukirim alamat rumah ya juga nomor sandinya, aku tiba pukul delapan. Masuk saja jika aku terlambat datang dan kebetulan aku sudah memesan makan malam untuk kita “ ucap Min Yoongi pada Lee Yura dari seberang panggilan.
“ Oke, kalau begitu aku kesana pukul delapan saja. Apa kau ingin menitip sesuatu? “
“ Tidak ada, aku sudah memiliki semuanya dirumah “ Min Yoongi menolak dengan singkat.
“ Oke, kalau begitu sampai jumpa nanti malam “ telpon terputus. Perempuan muda itu kembali meletakkan ponselnya diatas meja, dan segera ia merapikan seluruh piranti mengajarnya serta bersiap untuk jadwal selanjutnya.
Kini waktu menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit, Lee Yura keluar dari dalam kelas dan bergegas langsung menuju halaman parkir kampus tanpa harus singgah ke ruangan dosen. Ia berencana mampir ke supermarket untuk membeli sedikit buah jeruk kesukaan Min Yoongi sebagai buah tangan.
Setelah berhasil menerobos jantung kota Seoul yang padat, Lee Yura bergegas memacu kendaraan dan segera menuju supermarket yang terletak tidak begitu jauh dari kediaman Min Yoongi. Perempuan berparas cantik itu segera masuk kedalam gerai dan mulai memilih – milih beberapa barang belanjaan. Tak lupa dengan tujuan utamanya, ia pun memasukkan beberapa kantong buah jeruk kedalam keranjang belanjanya.
“Yura- ya! “ suara khas seseorang terdengar memekikkan namanya saat ia sudah berada dalam jalur antrian kasir.
“ Oh Oppa! –(kakak laki – laki) “ mata Lee Yura tampak terbelalak, ia begitu tercengang saat tanpa sengaja dipertemukan dengan Choi Siwan, teman sekaligus pria yang ia anggap sebagai kakak laki – lakinya saat keduanya masih tinggal di panti asuhan.
(Source : Pinteres)
“ Kenapa jauh sekali kau berbelanja hingga kemari? “ tergur pria itu lagi.
“ Memangnya tidak boleh aku berbelanja disini? Bagaimana kabarmu Oppa? Apakah pekerjaanmu lancar? “
Tanpa menjawab pertanyaan Lee Yura,lelaki itu justru memukul kepala perempuan didepannya itu dengan gemas.
“ Justru itu yang harus kutanyakan padamu! Kenapa malam itu kau tiba – tiba menelponku? Dan ingin meminjam uang, satu milyar won? “ cecar Siwan dengan berbisik begitu pelan.
“ Apa kau sedang terkena masalah? Lihatlah bahkan sepertinya kau kehilangan banyak berat badan “ sambung lelaki itu lagi.
Lee Yura masih belum menjawab.
“ Yura – ya, sebenarnya apa yang terjadi? Kau benar – benar sedang dalam masalah? Dan mengapa kau menghilang begitu saja? Kenapa kau juga tidak pernah merespons pesan dariku setelah malam itu, ada apa? “ Choi Siwan masih memberondong Yura dengan banyak pertanyaan.
“ Oppa tunggu biarkan aku menyelesaikan pembayaran dahulu “ Lee Yura tidak menjawab satupun pertanyaan lelaki yang berdiri tepat dibelakangnya. Ia berfokus pada petugas kasir yang kini sedang menghitung belanjaannya.
“ Yura, sebaiknya kita bicara setelah ini “
“ Oppa maaf aku sudah ada janji temu dengan seseorang jadi aku tidak bisa bicara saat ini, aku pamit dahulu Oppa. Aku akan memberimu kabar secepatnya “ Lee Yura begitu gugup, seperti benar ia sedang menyembunyikan
sesuatu dari Choi Siwan.
Perempuan itu menarik seluruh barang belanjaan nya dengan tergesa – gesa, ia berusaha memasukkan kembali dompet kedalam tasnya dengan susah payah namun tak kunjung berhasil. Kedua tangannya yang sudah penuh dengan kantong – kantong belanja, tanpa sengaja menggugurkan dompet mungil itu begitu saja.
“ Hei Lee Yura “ teriak Choi Siwan saat melihat perempuan berambut panjang itu berusaha kabur dan menghilang secepat kilat dari pandangan matanya.
***
Ding Dong,
Lee Yura menekan tombol bel pintu kediaman Min Yoongi, ia terlambat lima belas menit karena jalanan Seoul yang merayap. Perempuan itu menunggu beberapa saat diambang pintu, hingga akhirnya si pemilik rumah menampakkan batang hidungnya.
“ Maaf aku terlambat “ ucap Lee Yura saat Min Yoongi benar – benar muncul dihadapannya.
“ Tidak masalah, masuklah “
Keduanya bergegas masuk kedalam rumah, satu hunian apartemen mewah dengan desain modern dan elegan. Seluruh dinding ruangan dicat dengan warna broken white, diisi hanya dengan beberapa furnitur simple namun berkelas. Lampu kristal yang menggantung dilangit - langit menyorotkan cahaya temaram yang berpendar kekuningan, meninggalkan kesan hangat juga homey.
“ Ingin minum apa? “ suara Min Yoongi kembali terdengar.
“ Boleh aku minta teh hangat? “
“ Oke “
Pria itu bergegas menuju dapur, dan Lee Yura mengekorinya.
“ Boleh kan aku ikut? “ tanyanya dengan polos. Lelaki itu memanggutkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia setuju.
Min Yoongi mulai menyeduh beberapa sendok daun teh kering ke dalam teko kaca bening yang baru saja ia ambil dari lemari kabinet. Untuk ukuran pria ia cukup tangkas dalam urusan dapur, bahkan tidak sedikitpun ia
kebingungan mencari letak perkakas rumah tangga. Usai menyeduh teh, lelaki itu menuangkan cairan berwarna kuning pudar kedalam dua cangkir keramik lalu membawanya mendekati Lee Yura.
“ Ayo, sekalian saja kita makan “ ujarnya setelah ia meletakkan minuman diatas meja makan didekat dapur. Keduanya mengambil tempat masing – masing, beberapa menu makan malam sudah tersaji diatas meja dan semuanya terlihat masih hangat seperti baru saja selesai dimasak.
“ Selamat makan, terima kasih untuk makan malamnya “ ucap Lee Yura dengan ceria.
“ Makanlah yang banyak, ini kubeli di restoran kesukaanku “ jawab Min Yoongi seraya mengambil banchan – (makanan pendamping e.g ; kimchi) lalu menyuapkannya kedalam mulut.
Keheningan beberapa saat menyeruak diantara keduanya, hingga akhirnya derit suara ponsel yang berasal dari kantong blazer Lee Yura memecah kesunyian. Buru – buru perempuan itu mengeluarkan benda pipih dari saku bajunya.
“ Oh Oppa! “ ucapnya seraya bangkit berdiri menjauh dari meja makan.
“ Anak ceroboh! Kau menjatuhkan dompet mu di supermarket “ suara Choi Siwan terdengar menyela dari panggilan diseberang.
Tanpa menjawab seruan Choi Siwan, gadis itu berlari kecil keruang tamu dan memeriksa tas yang ia geletakkan diatas sofa berwarna cream. Ia mengaduk – aduk seluruh isinya dan benar saja memang dompetnya tidak ada disana.
“ Astaga, aku sangat terburu – buru tadi. Apakah kau menyimpannya? Tolong simpankan dulu untuk ku Oppa, besok aku akan mengambilnya “ ucap Lee Yura seraya berjalan pelan menuju ruang makan.
“ Kau tidak ada dirumah ya? Aku didepan rumahmu sekarang “
“ Oppa didepan rumahku? " pekik Lee Yura seyara melirik ke arah Min Yoongi, dan mata keduanya saling bertemu.
" Bagaimana ini, aku sedang tidak ada dirumah. Besok saja aku mampir kekantor mu Oppa “ terbesit rasa
bersalah dalam lisan Lee Yura.
“ Baiklah, sambil kita bicarakan satu milyar won “
Lee Yura dan Choi Siwan mengakhiri pembicaraannya, dan perempuan itu bergegas kembali menuju meja makan untuk melanjutkan makan malamnya yang sudah terjeda beberapa saat lalu.
(Source : Pinteres)
“ Kekasihmu? “ ujar Min Yoongi seraya meletakkan gelas kaca yang airnya sudah habis ia teguk isinya.
“ Bukan, aku tidak memiliki kekasih “ keduanya kembali disergap sepi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
yang mulai kepo,, suiittt suiitt
2023-07-24
0
Maya●●●
nyicil 2 bab dulu kak. semngat
2023-06-28
0
Senajudifa
baru mampir lg thor maaf ya
2023-06-22
0