"Shinta... Shintaaa... "panggil Evan lagi sambil mengetuk pintu kamar mandi. Tapi karna masih tidak ada balasan dari Shinta, akhirnya Evan mengetuk dengan lebih keras lagi pintu kamar mandi sambil memanggil Shinta dengan keras
"Shinta.. Shiin apa terjadi sesuatu di dalam? " teriak Svan
Sedangkan Shinta selama berada di dalam kamar mandi, ia terus berusaha mencoba membuka resleting gaunnya dengan melihat bayangan punggungnya lewat kaca. Berkali-kali ia mencoba namun gagal.
tok tok tok
"Shinta apakah belum selesai? Shin,, Shinta" tiba-tiba panggilan Evan dari luar.
"Haduh bagaimana ini?" ucap Shinta dalam hati sambil memandang pintu yang di sudah diketuk-ketuk Evan
Skhirnya Shinta putuskan untuk membuka pintu
ceklek, suara pintu terbuka.
"Apakah terjadi sesuatu di dalam? " tanya Evan yang melihat Shinta yang hanya menjulurkan kepalanya di balik pintu
Shinta hanya diam sambil menggelengkan kepalanya
"Ya sudah cepat mandilah, sudah waktunya makan malam" ucap Evan lalu berbalik hendak menuju sofa untuk menunggu Shinta mandi. Karna saat ini ia tidak mungkin turun kebawah sendirian. Bisa-bisa bukannya makan malah mendengarkan ceramah mamahnya
"Em mas" ucap Shinta ragu ketika melihat Evan yang akan pergi
"Kenapa?" jawab Evan sambil menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Shinta
"Bolehkah aku minta tolong" ucap Shinta yang masih ragu-ragu
"Apa ada yang kau butuhkan? " tanya Evan
Shinta yang dari tadi hanya menjulurkan kepalanya saja untuk melihat Evan dan menutupi tubuhnya di balik pintu itupun dengan ragu-ragu melangkahkan kakinya keluar dari balik pintu.
Terlihat Shinta masih mengenakan gaun pengantinnya
"Mas bisakah kau membantuku untuk membuka resleting bajuku? tanganku tidak sampai untuk membukanya" ucap Shinta dengan malu
Evan yang melihat kelakuan Shinta pun mengernyitkan matanya dan menggeleng kepalanya
"Kenapa tidak dari tadi bilangnya" ucap Evan lalu melangkah menuju Shinta
Lalu Evan membalikkan badan Shinta untuk membuka resleting di punggung Shinta. sekarang posisi mereka berdua menghadap kaca kamar mandi.
Setelah membalik badan Shinta, lalu Evan segera menurunkan resleting di punggung Shinta
Setelah resleting terbuka, Evan spontan menelan salivanya setelah melihat punggung Shinta yang putih dan mulus.
Sedangkan Shinta, ia sangat malu dan pipinya mulai terlihat merona karna ia melihat Evan yang sedang menatap punggungnya melalui cermin yang ada didepannya
"Em mas, terimkasih. aku mau mandi dulu" ucap Shinta membuyarkan tatapan Evan sambil memegangi bajunya yang sudah terbuka agar tak lepas
Sedangkan Evan ia segera tersadar dari tatapannya
"i iya, cepatlah" ucap Evan gelagapan lalu berjalan pergi meninggalkan Shinta di kamar mandi
"Ada apa denganku tadi" ucap Evan dalam hati sambil melangkah menuju sofa kamarnya untuk menunggu Shinta selesai mandi
Setelah shinta selesai, lalu mereka berdua turun bersama untuk makan malam, terlihat Silvi dan Fernando yang sudah duduk di meja makan setelah pulang dari mengantarkan orang tua Shinta
"Sini sayang" ucap Silvi kepada sLShinta dengan senyum bahagianya
"Iya bu" jawab Shinta sambil duduk di samping tempat duduk Evan biasanya
"Jangan manggil ibu lagi dong. Kan sekarang kamu sudah jadi menantu mamah jadi mulai sekarang kamu manggil kita mamah dan papah ya" ucap Silvi kepada Shinta.
"Iya m mah" jawab Shinta sedikit kaku
Setelah makan malam selesai, Shinta segera membantu bibi Sri yang merupakan pekerja di rumah Fernando untuk membereskan sisa makan mereka. Sedangkan yang lainnya sudah berada di ruang keluarga untuk berbincang sebentar sebelum mereka tidur
"Non, biar saya saja. non istirahatlah" ucap bi Sri kepada Shinta dengan sopan
"Tidak apa-apa bi. Saya sudah biasa melakukan hal ini kok bi kalau dikosan. Jugaan pasti bibi capek karna acara tadi" ucap Shinta ramah sambil mencuci piring
"Tidak apa-apa non, memang sudah pekerjaan saya" jawab bi Sri sopan
"Saya juga tidak apa-apa bi" ucap Shinta sambil tertawa kepada bi Sri
"Non Shinta baik banget" ucap bi sLSri tersenyum kepada sLShinta
Silvi yang melihat Shinta di dapur dan sedang berbincang dan sesekali tertawa dengan bi Sri pun mengembangkan senyumnya.
Sebelum Silvi ke ruang keluarga, Silvi sudah terlebih dulu bilang kepada Shinta agar langsung ikut ke ruang keluarga. Namun Shinta menolak dan ingin membereskan sisa makan mereka.
Silvi pun hanya membiarkan apa keinginan menantunya tersebut. Karna Silvi tau sifat Shinta yang memang mandiri dalam hidupnya dan tidak mau merepotkan orang lain selama mereka tinggal di kosan bersama
"Pah lihatlah menantu kita. Mamah memang tidak salah memilih menantu" ucap Silvi kepada Fernando sambil melihat Shinta yang berada di dapur bersama bi Sri
"Iya mah, pilihan mamah memang tidak pernah salah" ucap Fernando sambil tersenyum
Sedangkan Evan, ia hanya melihat sekilas Shinta lalu kembali menonton tv yang menyala.
Memang saat ini Evan sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun. Ia hanya menganggap Shinta sebagai istri. ya, hanya istri di atas kertas atas kemauan mamahnya, sedangkan di hatinya ia masih belum menerima
Setelah selesai, Shinta lalu menyusul suami dan mertuanya di ruang keluarga
"Sini sayang, apa kau tidak lelah? kan ada bi Sri buat membereskan sisa makan tadi" ucap Silvi kepada Shinta yang sudah duduk di sampingnya
"Tidak apa-apa mah, pasti bi Sri lebih lelah dari pada aku mah. Lagian kan memang Shinta sudah biasa melakukan itu mah" ucap Shinta sambil tersenyum
Mereka berempat pun berbincang-bincang sebentar lalu
"Mah, pah Shinta izin ke atas duluan ya. mau sholat isya dulu" ucap Shinta
"Oh iya nak, sholatlah lebih dulu lalu istirahatlah. Kau pasti lelah" ucap Silvi
"Iya, permisi mah, pah" ucap Shinta sambil berdiri lalu melangkah pergi dari ruang keluarga itu
"Kau tidak ikut sholat Van? " ucap Fernando kepada Evan
"Tidak pah, besok saja" ucap Evan acuh
"Kamu ini memang ya. Belajarlah jadi imam, dan imamilah Shinta ketika sholat. Ia sangat rajin beribadah" ucap Silvi menatap Evan
Evan hanya diam tidak menjawab perkataan mamahnya. Ia terus menonton tv. Memang Evan adalah orang yang tidak terlalu sering melakukan ibadah. Ia hanya ibadah di hari-hari tertentu. seperti di hari raya saja. Bahkan jumlah ia sholat saja bisa dihitung jumlahnya
"Semoga Shinta bisa merubahmu" ucap Silvi setelah Evan yang tak membalas perkataannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Van ada yang mamah ingin katakan" ucap Silvi yang mendadak serius
Evan yang melihat ekspresi keseriusan dari mamahnya pun menatap mamahnya dengan serius juga.
Dan tak hanya mamahnya yang serius, papahnya pun ikut memasang wajah serius. Seperti ada sesuatu penting yang ingin mereka sampaikan. Seketika suasana di ruangan itupun menjadi hening
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Kimyumi
cerita nya bagus ...
2021-03-30
0
Ratih Aprenika
kasian sinta cm dpat barang bekas
2020-10-24
0
Rena Gimun
Akh pasti akan kembali lagi kak, jangan lupa fedbacnya
2020-09-27
1