"Apakah kau dokter dan perawat yang bertanggung jawab atas pasien dengan nama Silvi?" seru Evan
"Iya tuan" jawab dokter dan perawat itu bersamaan
Evan mengeluarkan ponselnya
"Apakah ini orang yang kau rawat? " ucap Evan sambil menunjukkan foto Silvi yang ada di hp nya
"Iya tuan" jawab dokter dan perawat tersebut bersamaan lagi setelah melihat poto yang ada di ponsel Evan adalah orang yang mereka rawat selama beberapa hari dirumah sakit
prank...
Evan membanting vas bunga yang ada di atas meja sampingnya sampai pecah
"Sialan! apa kalian tidak kenal dengan manjikan kalian haaaa! " ucap Evan yang saat ini sangat marah
Suasana di ruangan itupun sangat tegang, serasa oksigen disitu sudah kabur keluar duluan karna takut akan kemarahan Evan
Semua yang ada di ruangan itu sangat takut. Mereka tidak tau masalah apa sebenarnya yang membuat evan sampai semarah itu.
Yang mereka tau bahwa Evan datang untuk mencari data pasien atas nama Silvi. Lalu apa yang salah dari itu, pikir mereka.
"Maafkan kami tuan" ucap penanggung jawab rumah sakit itu memberanikan diri
"Dimana mamah sekarang?!" bentak Evan lagi
"Mamah? apakah ibu Silvi adalah mamah dari pemuda ini? yang berarti adalah beliau yng punya rumah sakit ini? " batin dokter dalam hati
Ya, hampir semua orang mengetahui tentang keluarga Slim. tapi hanya cukup mengetahui tentang kesuksesan dan kekayaannya saja. banyak dari mereka yang masih belum mengetahui wajah dari anggota keluarga Slim. termasuk para dokter itu, mereka hanya mengetahui bahwa rumah sakit tempat mereka bekerja itu adalah milik keluarga Slim, tapi mereka tidak mengenali istri dari pemilik rumah sakit saat ia datang sebagai pasien di rumah sakitnya
"Beliau sudah pulang dari 5 hari yang lalu bersama anaknya tuan" jawab dokter itu dengan ketakutan
"Apa? anak? akulah satu-satunya anak dari keluarga Slim! Mamah tidak punya anak lain selain aku. apakah sebegitu tidak becusnya kalian bekerja di rumah sakit ini?" ucap Evan masih dengan emosi sambil menatap mereka satu persatu
Melihat anaknya yang sudah emosi dan membuat semua orang yang ada disitu ketakutan, Fernando meminta Evan untuk tenang dan segera mengambil alih pembicaraan ini
"Tenanglah nak" ucap Fernando pada Evan, Evan pun mengusap kasar rambutnya
"Tolong jelaskan dari dia datang ke rumah sakit sampai ia pulang dari rumah sakit" ucap Fernando kepada dokter tersebut.
Dokter dan perawat itupun menceritakan kronologi Silvi masuk rumah sakit sampai pulang dari rumah sakit.
Semua ia ceritakan tanpa terkecuali. Termasuk ia yang datang dan dirawat oleh anak perempuannya sampai penyakitnya yang hilang ingatan sementara
Mendengar penjelasan dokter itupun membuat kaki Fernando menjadi lemas kembali. apalagi mendengar kata hilang ingatan sementara.
Ia sangat sedih dan tidak tau apa yang sedang terjadi kepada istri tercintanya itu
Evan yang melihat papahnya yang sudah lemas itupun segera menghampirinya
"Pah, papah sebaiknya pulang dan istirahat. pasti papah belum makan seharian karna sudah mencari mamah. ini juga sudah mulai petang, lebih baik papah pulang, biar Evan yang menjemput mamah. Pasti mereka menyimpan alamat mereka" ucap Evan sambil memapah papahnya untuk duduk dikursi. Dan Fernando pun mengikuti apa kata anaknya
"Kalian punya alamatnya kan? "ucap Evan kepada mereka.
Mereka pun memberikan alamat tempat tinggal Shinta kepada Evan yang tertulis di data pasien
Tanpa pikir panjang Evan pun langsung bergegas menuju alamat tersebut dengan di dampingi oleh beberapa pengawalnya. Dan Fernando di antarkan pulang ke kediamannya oleh anak buahnya
Evan melajukan mobilnya menuju alamat tersebut. Sampai adzan magrib berkumandang, Evan baru sampai di tempat tujuanya
Tempat itu adalah sebuah kosan bedeng dengan beberapa kamar berderet dan halaman depan yang cukup luas untuk parkir
Karena Evan tidak tau Shinta tinggal di kosan nomor berapa, lalu ia putuskan untuk bertanya kepada penjaga kosan tersebut.
"Permisi pak mau tanya" ucap Evan kepada penjaga kosan yang berada di bangunan paling depan di antara bangunan lainnya
"Iya mas bagaimana?" tanya pakde Slamet yang di percaya untuk menjaga kosan itu
"Apakah disini ada penghuni kosan atas nama Shinta pak? " tanya Evan
"Oh ada mas, mba Shinta menempati kamar nomor 3. itu depan pohon jambu pas" jawab pakde Slamet sambil menunjuk kamar Shinta
"Baik pak, saya izin mau menjemput ibu saya" ucap Evan
"Ibu Silvi ya mas? baik mas tidak apa-apa" ucap pakde Slamet
"kok bapak tau?" tanya Evan
"iya kan peraturan disini kalau ada yang menginap harus izin mas. dan mbak Shinta meminta izin untuk ibu Silvi menginap dikosannya" jelas pakde Slamet
"Oo begitu, baik terimakasih kalau begitu pak. saya permisi" ucap Evan lalu berjalan ke arah kamar no 3
***
di kosan Shinta..
Hari itu mereka akhiri dengan acara perawatan wajah dengan memakai masker susu yang di tempelkan ke wajah mereka masing-masing. Tak terkecuali Silvi yang juga ikut memakai masker di wajahnya.
Mereka bersenang-senang hari itu, walaupun tak keluar dan hanya seharian di kosan tapi tak mengurangi kebahagiaan mereka. bagi mereka, kebersamaan sudah cukup untuk membuat mereka bahagia. Silvi pun tak kalah dengan para gadis itu. ia juga ikut masuk kedalam kebersamaan 3 sahabat itu dan mereka sudah menjadi lebih akrab karena seharian bersama dan bersenang-senang
Suci pamit untuk pulang karena hari yang sudah semakin sore. Setelah Suci pulang, Reni pun pamit untuk pulang kekamarnya juga.
Sekarang sudah tidak ada Suci dan Reni, tinggallah Shinta dan Silvi dikosan itu.
"Sayang, kamu mandi dan sholatlah dulu, sudah mau adzan maghrib. biar ibu yang ngambil jemuran" ucap Silvi kepada shinta
"Baik bu" jawab Shinta lalu menuju ke kamar mandinya.
Setelah beberapa saat di kamar mandi, Shintapun selesai membersihkan badannya
"Ibu mandilah, aku sudah selesai dan mau sholat maghrib dulu" ucap Shinta ketika sudah keluar dari kamar mandi dan terdengar suara adzan Maghrib berkumandang
"Iya nak" ucap Silvi lalu pergi ke kamar mandi
Setelah selesai sholat maghrib, lalu Shinta melanjutkan membaca Al quran. begitulah Shinta, ia selain cantik, baik ia juga rajin beribadah
Ketika Shinta sedang tadarus Al quran tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kosannya yang begitu kencang dan cepat
dok dok dok.... dok dok dok....
Suara ketukan pintu itu tak berhenti sama sekali, sehingga membuat Shinta mau tidak mau harus menghentikan tadarusnya
"Siapa yang dateng pas maghrib-maghrib beginu? " batin Shinta sambil berjalan ke arah pintu yang masih memakai mukenahnya karna memang ia tidak sempat melepasnya karna terburu dengan ketukan pintu yang serasa tidak sabar untuk dibuka
ceklek
Suara pintu terbuka, di balik pintu sudah berdiri seorang pria tampan bertubuh tinggi dan kekar dengan memakai celana hitam dan kaos putih sedang menatapnya
Sedangkan Evan tercengang melihat gadis cantik, putih, polos tanpa make up dan menggukanan mukenah yang menampilkan kesan cantik alaminya itu sedang berdiri di depannya setelah membukakan pintu
"Maaf mas, cari siapa ya maghrib-maghrib?" tanya Shinta dengan menekan kata maghrib karna menurutnya tidak sopan bertamu di saat waktu maghrib
"Saya mau menjemput mamah saya" ucap Evan, sambil menerobos masuk ke dalam untuk mencari mamahnya sendiri karena ia sudah tidak sabar bertemu mamahnya dan meminta maaf
"Maaaah mamaaah maaah" ucap Evan sambil mencari-cari mamahnya di dalam namun tidak menemukannya karena Silvi sedang di kamar mandi
Shinta sangat terkejut atas kelancangan pria itu untuk masuk ke dalam kosannya tanpa permisi. lalu Shinta menarik Evan untuk kembali keluar lagi
"Hei anda ini tidak punya sopan santun ya! sudah bertamu maghrib-maghrib, terus masuk tanpa permisi! " ucap Shinta yang kesal atas kelakuan Evan yang main terobos masuk kedalam kosannya
Silvi yang masih memakai baju di kamar mandi pun mendengar keributan diluar. Ia segera menyelesaikannya dan keluar untuk melihat keadaan
"Ada apa sayang kok ribut-ribut" ucap Silvi sambil berjalan keluar menghampiri Shinta tanpa menyadari kalau ada Evan di luar sana. karna kondisi yang sudah gelap dan lampu teras Shinta yang tidak terlalu terang
Mendengar suara yang tidak asing baginya, Evan pun langsung mendatangi orang tersebut
"Maaah mamah, syukurlah mamah tidak apa-apa. terimakasih ya tuhan" ucap Evan langsung memeluk Silvi dan menangis dalam pelukannya.
Silvi yang terkejut dengan kedatangan anaknya pun hanya diam ketika di peluk anaknya
Setelah mendengar lelaki itu memanggil bu Silvi dengan kata 'mamah', Shinta pun hanya diam dan melihat apa yang sedang terjadi, karena ia pikir saat ini ia tak berhak untuk ikut campur dalam urusan mereka jika memang mereka adalah keluarga.
jangan lupa dukung author dengan cara like, komen, rate and vote ya. terimakasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Alanna Th
bu silvi, jngn gampang ksh maaf pd evan, pura"lh bnr" amnesia n gk mau diajak plng! biar evan gila dulu! dsr anak durhaka! 🙏🤔🤫😉
2022-11-11
0
ar💞
salah sendiri terlalu asik sama perempuan jalang model siska 😑🙄
2021-11-15
1
Mien Mey
cwe baik rajin ibadah sllu d uji dpt jodoh yg arogan tukang tidur sm cwe sabar ya shinta ..
2021-07-04
0