**Hai para readers tercinta, selamat datang di karya pertama author
Sebelum mulai membaca, author ingatkan ya mohon untuk memberikaan Rate ⭐5.
Selamat membaca❤**
_______________________
"Maah maafkan aku mah" ucap Evan sambil melepaskan pelukannya lalu memegang tangah Silvi dan menatapnya dengan sendu
Silvi hanya diam saja tidak menjawab, ia hanya menatap Evan tanpa membuka mulutnya.
Ia bingung saat ini. Pasalnya ia tidak mungkin mengakui Evan di depan Shinta. Karna yang Shinta tau bahwa Silvi lupa ingatan dan lupa akan keluarganya. Silvi juga tidak mau rencananya gagal begitu saja di depan Evan
"Mah mamah inget aku kan? ini aku mah, Evan anak mamah. Maafkan Evan karena telah mengecewakan mamah" sesal Evan yang terlihat khawatir jika mamahnya tak mengingatnya karena penyakitnya
"Kamu siapa? " akhirnya Silvi membuka mulutnya sambil melepaskan tangan Evan yang memegang tangannya
Evan yang mendengar jawaban itupun langsung kecewa, karena saat ini mamahnya benar-benar lupa ingatan dan melupakannya
"Mah ini aku Evan mah, Evan Slim anak dari mamah Silvi Slim dan papah Fernando Slim" ucap Evan sendu
"Aku tidak mengenalmu, pergilah" ucap Silvi sambil berbalik hendak masuk kedalam, namun dengan cepat ditahan oleh Evan
"Mah lihatlah mah, kita adalah keluarga yang bahagia. kumohon ayo kita pulang mah, papah sudah sangat khawatir karena memikirkan mamah" ucap Evan sambil mengambil ponselnya lalu menunjukkan foto-foto kebersamaan mereka yang ada di dalam ponselnya.
Evan berharap supaya mamahnya mendapatkan ingatannya kembali setelah ia melihatkan beberapa foto kenangannya dulu bersama keluarganya
Shinta pun mendekat dan ikut melihat foto-foto mereka di ponsel Evan. Sedangkan Silvi diam saja tak menghiraukan hal itu.
Tanpa melihat foto itu, Silvi memang masih masih mengingat kenangan2 itu. Namun saat ini Silvi harus berbohong untuk melancarkan rencananya
"Pergilah, aku tidak mengenalmu. Dan sepertinya aku tidak mempunyai anak, karna entah kenapa aku merasa bahwa aku memang tidak mempunyai anak" ucap Silvi dengan ketusnya
Degh...
Ucapan Silvi menusuk hati Evan. Ia benar-benar sedih saat ini atas keadaan mamahnya. Apalagi dengan tidak mengakuinya anak
"Maah aku mohon, maafkan Evan mah. ayo kita pulang, dan mengobati penyakit mamah. Evan akan mengusahakan yang terbaik untuk memulihkan ingatan mamah" mohon Evan sambil meraih tangan Silvi kembali dengan tatapan mata yang sudah berkaca-kaca
Silvi hanya diam saja. sedangkan Shinta, ia mencoba mendekati Silvi
"Bu, ibu sebaiknya pergi dengan anak ibu ini. sepertinya memang benar jika dia adalah anak ibu" ucap Shinta yang mencoba membujuk Silvi agar ikut dengan Evan. Karna ia tak tega dengan Evan yang sepertinya sangat sedih dan khawatir dengan mamahnya
"Tapi aku merasa tidak punya anak sayang, yang ibu tau cuma kamulah anak ibu satu-satunya" ucap Silvi kepada Shinta
Mendengar ucapan Silvi membuat Evan semakin sedih dan meneteskan air matanya
Shinta yang melihat itupun semakin tidak tega dan mencoba meyakinkan Silvi
"Ibu, Shinta akan selalu menjadi anak ibu. Tapi kasihan keluarga ibu yang sebenarnya. Mereka pasti sangat khawatir dengan ibu. Lihatlah, ibu sangat bahagia di foto-foto itu. Itu berarti ada keluarga yang sangat menyayangi ibu" ucap Shinta meyakinkan
"Ikutlah dengannya pulang bu, setidaknya ibu berusaha mengingat keluarga ibu. Jika memang ibu tidak nyaman, maka dengan senang hati Shinta akan selalu menerima ibu kapanpun itu" imbuh Shinta
"Sungguh mulia hatimu Shinta" batin Silvi setelah mendengar ucapan Shinta
Sedangkan Evan ia sudah sangat sedih dan berharap mamahnya mau ikut pulang bersamanya
"Tapi ibu tidak mau pergi sayang" ucap Silvi kepada Shinta
"Tidak apa-apa bu. Percayalah padanya, sepertinya ia tulus kepada ibu. Jika ibu khawatir, telpon lah Shinta kapanpun ibu mau" ucap Shinta meyakinkan Silvi dan mencatatkan no hp nya di sebuah kertas lalu ia berikan kepada Silvi
"Baiklah, ibu akan ikut dengannya" ucap Silvi kepada shinta
Mendengar ucapan mamahnya yang mau pulang bersamanya, membuat Evan lega dan bersyukur
"Sebentar biar Shinta kemasi barang-barang ibu" ucap Shinta sambil berbalik hendak mengemasi barang-barang Silvi namun ditahan oleh Silvi
"Tidak usah sayang, biarkan barang ibu tetap disini. Karna jika ibu tidak suka dengan dia, ibu akan kembali kesini" ucap Silvi kepada Shinta sambil melirik ke Evan
Evan yang mendengar ucapan mamahnya sedikit terkejut dikala mamahnya masih punya niatan untuk pergi dari rumah
"Baiklah bu, Shinta akan selalu menerima ibu kapanpun itu" ucap Shinta sambil memeluk Silvi
"iya nak, terimakasih. jaga diri baik-baik ya, ibu pasti merindukanmu" ucap silvi sambil membalas pelukan shinta
"Iya ibu juga ya" jawab Shinta tersenyum
Sedangkan Evan hanya melihat kelakuan 2 wanita di depannya ini
"Ternyata mereka sudah sangat dekat" batin Evan lalu menuntun Silvi untuk menuju mobilnya
Shinta yang melihat kepergian Silvi pun meneteskan air matanya karna ia sudah begitu dekat dan sayang kepada Silvi. Shinta sudah menganggap Silvi sebagai ibunya sendiri
Sesampainya di kediaman Fernando, Silvi pun turun dari mobil dan berjalan masuk begitu saja seolah ia hafal dengan seluk beluk rumah tersebut.
Tentu saja ia hafal, orang dia tidak pernah lupa ingatan wkwkkw
Sedangkan Evan ia heran melihat tingkah mamahnya yang seolah tidak lupa dengan rumahnya
Sesampainya di dalam, Fernando yang melihat istrinya datang pun langsung berlari dan memeluknya sambil menangis
Silvi yang di peluk pun hanya diam
"maafkan aku pah. nanti akan aku ceritakan saat kita sudah di kamar" batin Silvi dalam pelukan Fernando
Sedangkan Evan, ia segera menghubungi Rio yang merupakan dokter pribadi keluarganya dan sekaligus sahabatnya untuk memeriksa keadaan mamahnya
Setelah Rio datang, ia langsung memeriksa Silvi yang sudah ada di dalam kamarnya
"Gimana Rio keadaan istri saya?" tanya Fernando dengan wajah khawatir
"Sepertinya untuk magh nya masih belum sembuh total om. Tante masih harus di perhatikan dalam makannya. Dan untuk ingatannya, seperti yang tertulis di riwayat pasien dari rumah sakit bahwa hal ini memang bisa saja terjadi. Amnesia sementara yang terjadi karena syok" jelas Rio setelah memeriksa Silvi dan melihat riwayat pasien
Ya, Rio memanggil orang tua Evan dengan sebutan om dan tante karena selain akrab dengan Evan, Rio juga akrab dengan orang tuanya
"Untuk saat ini jangan membuat tante sampai tertekan, dengan begitu sedikit demi sedikit ingatannya akan pulih. karena ini adalah amnesia sementara" imbuh Rio sambil menatap Evan.
Evan yang mendapatkan sindiran dari Rio pun hanya melototkan matanya kepada Rio.
"Baiklah, jika sudah tidak ada yang ditanyakan lagi saya permisi" ucap Rio
"Iya, terimakasih Rio" ucap Fernando kepada Rio
Sedangkan Evan ia ikut mengantarkan Rio keluar
"Inget jangan membuat tante tertekan" ucap Rio kepada Evan
"Iya iya tau, dah sana cepet pulang" ucap Evan mengusir Rio
"Sialan, bukannya terimakasih juga" ucap Rio
"Nanti kalo kau udah keluar gerbang baru ku ucapkan terimakasih" balas Evan
"Percuma bambang!" ucap Rio lalu masuk ke mobilnya dan melajukannya sampai hilang di gerbang
jangan lupa dukung author dengan cara like, komen, rate and vote ya. terimakasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yoo anna 💞
astaga evan gak ada ngucap kta mkasih sma shinta 🙄
2022-05-05
0
ar💞
hebat bgt iya silvi ngibulin anak nya 🤣
2021-11-15
1
Nurjayani Yani
lumayan dramamu bu silvi😊😉
2021-08-14
1