Beberapa bulan telah terlewati, banyak hal yang Dinda ceritakan kepada Zack setiap selesai mengeksekusi musuhnya. tak lupa pula ia juga menceritakan kondisi perkembangan perusahaan dan toko bunga miliknya. begitu pula perjalanannya kuliah di universitas milik papanya itu.
"apa kau tak bosan terus berbaring disini, kak? apa kau tak ingin melihat perut buncit adik bungsumu? apa kau tak ingin mengucapkan selamat padaku karena aku telah membunuh anak dari pembunuh orangtuaku?", Dinda meneteskan airmatanya saat berucap.
Dinda yang menggenggam erat tangan Zack pun merasakan adanya pergerakan kecil dijarinya. Dinda berdiri dan menekan tombol yang terhubung dengan dokter.
tak lama setelahnya dokter dan para perawat berlarian kearah kamar Zack. mama, papa, serta grandma yang melihat hal itupun ikut berlari, khawatir hal buruk menimpa anak sulungnya.
"ada apa ini?" tanya mama kepada perawat yang akan menutup pintu kamar Zack
"maaf nyonya, tunggu diluar saja. setelahnya kami akan menginformasikan yang terjadi". sambil mengunci pintu kamar itu mama duduk di kursi tunggu didepan ruangan Zack.
"berpihaklah padaku Tuhan, meskipun aku tau aku hidup di tengah keluarga yang terus haus akan darah manusia", ucapan doa mama mendapat gelak tawa dari papa.
"hahaha, kau pikir aku dan anak-anak itu vampir yang harus makan dan minum darah manusia? ada-ada saja kau".
.......
30 menit berlalu, dokter dan perawat keluar. dokter yang dicegah kepergiannya itupun berhenti melangkah. "tuan muda siuman, nyonya. tuan sedang dalam masa pemulihan."
mendengar hal itu, mereka masuk dan menatap Zack yang tersenyum. "dasar anak Begu. kau hampir mati tapi masih bisa-bisanya kau tersenyum seperti itu" ucap mama kesal sambil mengusap airmatanya.
Dinda yang sejak tadi setia menunggunya pun berdiri, memberi ruang untuk keluarganya duduk.
"hai son. gimana latihan matinya? enak? kok gak mati aja sekalian? aku masih punya stok 3 anak, dan juga aku rasa spermaku masih bisa mengeluarkan bibit-bibit unggul", ucapan papa mengundang taring grandma muncul.
"goblok, anak mau mati kok malah disuruh mati beneran. ciih, apa tadi kau bilang bibit unggul. aku yakin bibit Clarissa yang unggul, bukan bibitmu." cercah grandma kesal dengan anaknya yang sekate-kate kalau ngomong.
Zack hanya tertawa mendengar pertengkaran kecil keduanya.
"sudahlah, sudah cukup aku latihannya. besok-besok kalau aku mau mati beneran aku informasikan kepada kalian. lagian cukup sudah aku melihat kesedihan mama, meskipun aku tau mama sedih bukan karena ku". seringai jail dari bibir Zack mengembang.
saat mama menjaganya seorang diri, mama bercerita kepada Zack yang hanya mampu mendengar tapi tak bisa memberikan respon. mama mengatakan bahwa adik-adik nakalnya itu dengan senang menghabiskan uang papa untuk menjalankan misi, begitu juga dengan illa yang memang tak ikut misi, tapi ngidamnya hal-hal yang mengharuskan papa mengeluarkan banyak uang. seperti beberapa waktu lalu, illa mengidam untuk membeli kapal pesiar, membeli jet pribadi, serta pulau pribadi yang didalamnya lengkap hewan-hewan buas.
"kau takut aku miskin, begitu? kau ini, perhitungan sekali dengan anak. lagi pula jika kau tak mengabulkan permintaan bungsumu itu, maka cucumu lahir ileran. ya kali petinggi mafia punya cucu ileran, terus ingusan meler-meler dihidungnya. isss jijik sekali". papa membayangkan anak illa yang lahir demikian.
"anak siapa yang akan lahir menjijikkan seperti itu?", illa dan Aditya yang mendapat kabar Zack siuman langsung datang. illa menjawab ucapan papa dengan pertanyaan yang ia layangkan tadi, sambil mengunyah buah yang ia bawa serta banyak cemilan yang ia cepit diantara ketiaknya. illa berjalan dengan perut buncitnya mendekat ke arah papa.
"kau mengatakan anakku lahir menjijikkan seperti itu, pa? mengapa kau tega sekali mengatakan demikian. huaaa huaaaa hiks hiks. kak Zack huaaaaa. pa-papa menghina anakku. huaaaaaa hiks hiks, bunuh papa kak, huaaaa", illa menangis histeris karena salah paham atas ucapan papanya.
"eh eh eh, enak sekali kau datang tiba-tiba ingin membunuh suamiku yang kaya raya ini. dasar rayap kayu", mama sebel dengan ucapan illa.
"heh, bocil yang tamak akan makanan. kau pikir kalau aku mati siapa yang akan memberikanmu ini dan itu? suami cebolmu itu tak akan mampu menyaingi ku. yang ada anakmu lahir semakin ileran, ingusan dan juga dalam keadaan miskin, hahaha". cemeeh papa.
"iya iya, aku miskin eh tapi aku gak cebol pa. apa-apaan papa ini". kesal adit mendengar cemoohan papanya.
"kau tak bisa melihat? kau hanya tinggi tak sampai diketiakku, bukankah kau cebol jika begitu?" ucap papa seraya membandingkan tinggi dirinya dan Adit.
"iya iya, ngalah aja sama raksasa. lagian kalo aku cebol trus mama, grandma, Dinda, dan illa apa? kurcaci gitu. mereka bahkan tingginya hanya sebahuku. ciihh" decih Adit yang malah membawa-bawa tinggi badan para wanita.
"sudah-sudah. iya jangan bunuh papa. aku masih mau menghabiskan banyak uang papa. jadi aku masih membutuhkannya". ucap illa yang masih dengan cemilannya.
"wanita memang materialistis", jawab Zack yang mendapat tusukan tajam dari tatapan para wanita, termasuk Dinda.
......
Zack yang telah kembali ke mansion utama masih dalam masa istirahat untuk benar-benar memulihkan kondisi tubuhnya.
"aku tak sabar ingin mencabut kuku salah seorang pembunuh ayah dan ibu mertuaku. rasanya aku merindukan rintihan-rintihan mereka". ucap Zack yang tengah duduk bersama keluarganya.
"aku beri Hanung sebagai hadiah kesembuhanmu, kak", ngadi-ngadi memang si Dinda yang gila itu. ngasih hadiah gak ada yang bener.
"lalu kau?", tanya Zack
"dormeo, hahahah. dan ah, ya. aku ingat. aku ingin menunjukkan beberapa rekaman permainanku". sambil menyodorkan ponselnya, Dinda tersenyum merekah.
"tak perlu kau lihat, itu akan membuatmu Kemabli jatuh sakit akibat mual berkepanjangan", mama merebut ponsel Dinda yang belum sampai ditangan Zack. grandma pun mengangguk. mereka berdua yang sebelumnya telah melihat rekaman itu langsung jatuh sakit, demam, menggigil selama seminggu. makannya mereka tak mau Zack juga merasakannya, sepertinya mereka lupa siapa Zack.
"sepertinya aku malah semakin tertarik untuk melihatnya". ucap Zack yang langsung mengambil remote tv dan menyalakannya. ya ponsel Dinda terhubung kesana jadi dengan mudahnya Zack melihat rekaman itu.
"bahkan aku lupa sedang bicara dan melarang siapa. makhluk astral yang bereinkarnasi menajdi ketua mafia dragon blood". mama mengucapkannya dengan tatapan kosong.
meskipun keluarga ini kejam, keluarga ini memang senang bergurau dan mnegeluarkan kata-kata yang diluar perkiraan manusia dengan IQ minim.
.....
Hanung dan dormeo yang telah bekerja di perusahaan Dinda kini hidup dengan kesederhanaan. persyaratan yang diajukan brahmana sebelumnya pun telah mereka berikan. mereka berpikir, biarlah kehilangan harta, setidaknya mereka bisa membunuh pelaku keji yang memutilasi dan menguliti anak mereka dengan sadis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments