beberapa saat kemudian, Zack dan Dinda sampai di mansion. kedatangan mereka sudah ditunggu sejak tadi oleh sang nenek.
"dasar anak muda. mengapa jalan dari kota s ke kota c sangat memakan waktu lama? kau bawa kemana calon cucu mantuku?" kesal nyonya ghanesia kepada Zack yang dianggap sangat lama.
"apa-apaan kau grandma. siapa calon cucu menantumu? kami lama sampai sebab Dinda yang menangis. aku hanya mencoba menenangkannya saja." jawab Zack dengan malasnya.
"heh, anak Badung. apa yang kau lakukan terhadap cucu mantuku? mengapa ia menangis?" curiga nenek kepada Zack. "kemarilah nak. aku akan memeriksa tubuhmu. apa kau terluka? apa yang dilakukan makhluk astral itu padamu? apa dia menyakitimu? apa dia menggunakan senjata kesayangannya untuk melukai tubuhmu?" panjang lebar nyonya ghanesia menanyai Dinda.
"aku baik-baik saja nyonya. tuan Zack tak menyakitiku sedikitpun. aku hanya teringat akan kedua orangtuaku yang telah tiada" jujur Dinda sambil mengusap air matanya.
...........
makan malam selesai dengan banyak perbincangan ringan yang tersampaikan dari masing-masing mereka. tapi tidak dengan Zack yang sibuk dengan pikirannya sendiri. "ada apa dengan gadis ini? apa yang terjadi dengan orangtuanya yang katanya mati tak wajar? aku harus mencari tahu seluk beluk keluarga gadis ini. hmmm. menarik". tanpa ada yang menyadari bahwa Zack menyeringai memperhatikan Dinda yang sesekali terbahak-bahak karena mendengan nyonya ghanesia bercerita.
"nyonya, terimakasih atas makan malamnya. saya harus pamit pulang karena hari semakin gelap" Dinda meminta izin kepada nyonya ghanesia.
dengan berat hati nyonya ghanesia mengizinkan dan diantar oleh Zack.
........
sesampainya dirumah Zack dan Dinda turun dari mobil. "Zack, terimakasih. maafkan aku yang membuat bajumu kotor karena airmataku tadi." Dinda tersenyum kepada Zack.
"tak masalah. mulai sekarang kita berteman. anggaplah aku kakakmu, dan grandma adalah nenekmu. kau memiliki kami sekarang. kau tidak sendirian". ntah mengapa hati Zack tersentuh akan gadis yang abru ia jumpai beberapa hari ini.
ceteek,
tiba-tiba tanpa permisi listrik diperumahan itu padam. begitu pula dengan hujan yang turun tanpa diundang beserta kilatan-kilatan yang terlihat diatas langit sana.
"aaaaaaaaaa, ibu. ibu, aku takut ibu. ibuku mengapa mereka membunuhmu dalam kondisi listrik yang padam begini. siapa mereka? apa maunya mereka Bu? maafkan aku tak bisa melihat dengan jelas siapa mereka karena gelap. hiks hiks." Dinda yang jongkok dan menutup telinganya itu menangis dan merancau tak jelas.
"hei, Dinda. dinda. kau kenapa? aku disini. mana kunci rumahmu? aku akan membukanya dan membawamu masuk kedalam". ucap Zack kepada Dinda yang tak hentinya menangis terisak.
"bawa aku bersembunyi. aku tidak ingin masuk kedalam rumah ini. mereka jahat. mereka membunuh ibu dan ayahku. bawa aku pergi". Dinda menggoyangkan lengan Zack meminta tolong dengan sesekali terisak.
"baiklah, jangan takut. aku akan membawamu ke apartemen pribadiku." Zack menggendong Dinda yang hampir tak sadarkan diri kedalam mobilnya. ia melajukan mobilnya dengan cepat karena khawatir adik barunya ini kenapa-napa.
.......
Zack masuk kedalam apartemennya dan meletakkan Dinda yang ada dalam gendongannya keatas ranjang king size itu. ia berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebab pakaiannya basah karena hujan diteras rumah Dinda tadi.
"eungghh. dimana aku?". Dinda yang baru sadar dari pingsannya bingung akan ruangan dengan nuansa emas keabuan itu.
ceklek
pintu kamar mandi terbuka, Dinda melirik dan ternyata Zack keluar dengan balutan handuk yang menutupi bagian bawahnya saja.
"kau sudah bangun? mandilah. bersihkan dirimu terlebih dahulu supaya tidak masuk angin" Zack yang awalnya terlihat dingin dan cuek kini ntah mengapa dengan Dinda ia tak bisa bersikap demikian.
"aku dimana? dan dan dan kenapa kau berpenampilan seperti itu?" sambil menyilang kan tangannya didepan dadanya, Dinda gemetar ketakutan melihat Zack.
"hei, tenanglah. apa kau lupa? kau memintaku membawamu bersembunyi kan? ini apartemenku. ini kamarku. aku baru selesai membersihkan diriku makannya aku berpenampilan begini". Zack tertawa dengan pertanyaan Dinda yang polos itu.
.........
Dinda yang berada di kamar mandi emnongolkan kepalanya kepintu, melirik kesana kemari untuk melihat apakah Zack bisa membantunya atau tidak. ia melihat Zack membaca majalah di meja sudut ruangan itu.
"hmm, Zack. apa kau bisa membantuku. hehe". Dinda dengan ragu mengucapkannya.
"ada apa?" Zack menjawabnya singkat
"ak-aku kan tidak membawa baju ganti. apakah aku boleh meminjam pakaianmu? kan gak mungkin aku keluar hanya menggunakan handuk saja". melas Dinda kepada Zack.
Zack segera mengisengi Dinda "ya kenapa gak mungkin? pakai saja handuknya tidur. tapi kalau terlepas dari tubuhmu jangan salahkan aku kalau akuuu...." Zack sengaja memutus ucapannya yang belum selesai.
"Zack, jangan bercanda. aku kedinginan. please, bantu aku. pinjamkan bajumu padaku. ya ya ya". Dinda memohon dengan sangat kepada Zack.
Zack membuka lemarinya dan pilihannya jatuh kepada kaos hitam oversize dan juga celana pendek diatas lutut, Hmm lebih tepatnya seperti short sport. hehe
Dinda keluar kamar mandi dengan berjalan santai. ia merebahkan tubuhkan. ntah mengapa ia tak peduli akan kehadiran Zack yang juga naik keatas ranjang king size itu.
"tidurlah, besok kau bekerja lagi kan? jaga waktu istirahamu supaya kau tetap sehat". Zack membenarkan posisi selimut untuk menyelimuti Dinda yang ia anggap adiknya ini. adik? weeeuww ada adik dibalik adik kayaknya ya 😬
ntah mengapa Zack gelisah tak bisa memejamkan matanya. ia berhasrat Hanya karena menatap lekat Dinda.
"Din, Dinda". Zack sedikit menggoyangkan lengan Dinda untuk membangunkannya di jam yang masih pukul 3 pagi itu.
"hmmm ada apa kak? kenapa kau tidak tidur?" ya Dinda memutuskan untuk memanggil Zack dengan sebutan kakak.
"aku tak bisa tidur Din. boleh aku memelukmu? aku rasa akan sangat nyaman". blushhh malu Dinda mencerna kata-kata Zack barusan. namun ia menetralisir pikirannya.
"kemarilah kak, biar aku berbagi pelukan untukmu". Dinda merapatkan diri ke arah Zack yang menganga karena tak percaya Dinda mengizinkan.
dengan menyandarkan kepalanya ke ceruk leher Dinda, Zack terlelap tanpa menunggu lama.
.....................
matahari telah menampilkan cahayanya. namun siapa sangka kedua insan yang sedang berpelukan itu tak terusik oleh kehangatan yang masuk lewat celah ventilasi .
tak berselang lama, tiba-tiba pintu kamar Zack terbuka begitu saja. ya, nyonya ghanesia yang membukanya. Dan ia kaget mendapati dua cucunya itu tidur berpelukan.
"aku foto ah. aku ajdikan senjata untuk menarik. Zack supaya mau menikahi Dinda. hihihi" monolog nyonya ghanesia sambil mengambil beberapa foto cucunya yang tidur pulas.
..........
pukul 11 siang kedua manusia itu bangun dari tidurnya. "astaga, aku kesiangan, gimana ni?". Dinda kaget ketika melihat jam dinding yang ada diruangan itu.
"ada apa sih Din? kenapa teriak gitu? aku masih ngantuk" Zack mengomel dengan matanya yang masih tertutup.
"kak, kak Zack. bangun. sudah siang kak. aku harus ketoko. kasian Aditya dengan illa. tidak ada yang akan membantu mereka disana.". Dinda berusaha membangunkan Zack yang masih setia tidur itu.
"hmmm kau ini. begitu saja harus teriak-teriak. ambilakan hp ku diatas meja sampingmu". perintah Zack ke Dinda.
panggilan tersambung, "halo Dion, turunkan 10 orang kita yang ahli dalam seni. suruh mereka membantu karyawan Dinda di toko. ah, ya. beli 10.000 tangkai bunga yang indah, 1000 bunga hidup dalam pot, bawa ke toko Dinda. bereskan semuanya. bila perlu tambahkan apa yang kau rasa kurang di toko itu" Zack mematikan tanpa jawaban dari asistennya itu.
sedangkan Dinda masih membuka lebar mulutnya karena bingung dengan apa yang dia dengar tadi.
"tutup mulutmu atau aku akan memakan bibir merahmu itu" ucap Zack yang masih menutup matanya. Zack kembali menarik Dinda dalam dekapannya. Dinda yang masih ngelag pun menurut begitu saja.
...........
"banguuuuunnn, yuhuuuuu... cucu-cucuku banguuuunnnn apa kalian akan melewatkan makan siang setelah melewatkan sarapan kalian?" teriak nyonya ghanesia.
"nyonya. maaf. hmm anu. itu. anu nyonya. aduh. kak bantu ngomong dong" kesal Dina karena menatap Zack yang masih menutup matanya.
"apa yang ahrus dibicarakan Din? kita sudah kegrebek grandma. pasti dia akan menikahkan kita". jawab Zack tanpa memikirkannya.
"ya, memang aku akan menikahkan kalian berdua. daripada aku iri melihat keromantisan kalian berdua. hahaha" kekeh nyonya ghanesia melihat tingkah kedua cucunya itu.
Dinda yang bingung pun tak mampu bersuara.
akankah Dinda menerima pernikahan ini?
lanjut kagak ni? lanjut gak? lanjut dong
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments