..._Assalamualaikum Zahra_ ...
..._Tidak Terduga_...
..."kita di kenal kan dengan seseorang di masa lalu, adalah alasan untuk suatu hal di masa depan, mungkin jadi pengalaman, teman, atau mungkin sebuah alasan kesedihan dari kisah perpisahan"...
..._Khaliza Sulistya Az Zahra_...
hari hari berlalu, hingga kini, terlihat wanita yang telah mengenakan hijab maroon juga niqab dengan warna yang senada itu kini tengah duduk di kursi yang menghadap langsung pada jendela yang menampakan pemandangan di luar sana
yaah, dia lah Khaliza, diri nya tengah membaca novel kesukaan nya yang berbau keagamaan, hingga kini, panggilan seseorang tengah mengalih kan perhatian nya
"Khaliza, sedang apa?" tanya Khanaya yang baru saja masuk ke dalam kamar asrama ini
"akh, Nay, lagi baca saja, kenapa?" jawab nya sambil menoleh ke arah Khanaya di bingkai pintu
"nggak papa Khaliza, hanya sedang merasa bosan saja, bad mood juga, kuliah libur gini buat aku bad mood tahu di sini, apa lagi ponsel juga nggak dibagiin lagi" ucap Khanaya sambil membanting tubuh nya di ranjang persegi panjang ini
"bosan, emmm,,, bagaimana jika kita ajak Lia belajar bersama?" usul nya mulai menutup novel di tangan nya kala menemukan ide
"waah, benar juga tuh, tapi aku sedikit malas akh, soal nya bentaran lagi paling enggak antara satu bulan ke depan lagi kita bakalan wisuda, jadi, buat apa belajar, jadi sia sia aja aku belajar?" tanya Khanaya dengan ragu ragu
"xixi, kamu itu lucu ya Nay, di dunia ini, nggak ada yang nama nya sia sia, apa lagi untuk seorang pelajar, bahkan jika kita mau, belajar sampai hari tua pun tak masalah, kita masih haus akan ilmu Nay" tutur nya dengan senang hati
Khanaya Dzulfikar Al Mira, sahabat satu kamar asrama dengan nya, asli orang Samarinda, gadis blasteran Indonesia Brunei Darussalam ini juga sama dengan nya, satu angkatan, satu universitas, dan juga satu jurusan, namun sikap nya agak barbar, pemberani, dan juga ramah, jika menyangkut persahabatan nya, apalagi kedua sahabat nya, dia tidak mengenakan niqab, karena itu kulit putih dan mulus nya selalu terlihat, sehingga tak sedikit juga orang yang mengagumi nya dalam diam
"astaghfirullah,, maaf kan aku Khaliza, aku khilaf, makasih juga, kamu mau ingat kan aku, ya sudah, kita belajar ya, ajak Lia juga, kita jemput ke rumah nya" tutur Khanaya merasa bersalah
"nggak masalah Nay, kita sesama manusia terutama sahabat harus saling mengingat kan, maaf juga jika aku buat kamu tersinggung?" jawab nya yang tengah tersenyum hangat di balik niqab yang dikenakan nya
"aaa,,, Khaliza, sahabat fillah ku, makasih, maaf kan hamba-MU ini ya Allah, yang sudah khilaf, ha,, Khaliza, aku terharu banget dengar nya, peluk" ucap Khanaya yang terdengar manja sambil berhamburan ke dalam pelukan hangat nya
"hmm, ya sudah, setelah ini kita ke rumah Lia yah, kita belajar bareng sama Lia?" ucap nya menerima pelukan dari sahabat nya
...°°°...
di tengah keramaian sebuah caffe, kini, terlihat tiga sahabat yang tengah duduk sedang bercengkrama
yaah, dia lah Khaliza, Alia, dan Khanaya yang tengah duduk dengan tenang
"emmm, kita nggak jadi belajar siang ini, maaf ya Khaliza, Khanaya, soal nya, tadi aku harus jaga Kahfi dulu, dia keponakan pertama ku, anak dari kak Adhil, maaf juga, mungkin di tengah hari ini kita baru bisa kumpul bareng lagi?" ucap Lia yang merasa bersalah hingga berakhir di caffe tanpa belajar
Ditta Alia Aldiansyah, gadis lugu yang memang sama dengan nya yang selalu mengenakan niqab dan juga manset, gadis berkepribadian istimewa dengan bakat yang sudah diraih nya dari mulai dia menduduki dan menjalani kehidupan nya di dunia pendidikan, sama seperti nya yang memang pemalu, namun tidak se pemalu diri nya
"iya nggak papa kok Li, kita nggak jadi masalah, tapi, maaf, mungkin aku sama Khanaya ganggu waktu kamu ya?" tutur nya yang merasa bersalah
"iya Li, aku sama Khaliza ganggu waktu nya kamu?" ucap Khanaya juga merasa bersalah
"ih nggak papa, nggak masalah kok, lagi pula aku senang tahu, waktu pulang ada kalian di rumah, aku harus nya berterima kasih sama kalian, makasih ya, udah ajak aku kumpul bareng kalian?" jawab Lia yang berhasil membuat kedua sahabat nya ini mengerutkan kening heran
"terima kasih, kok terima kasih sih, kenapa, ah iya, aku lupa, kok tadi Radit bisa ada di rumah kamu ya, gendong anak laki laki lagi, itu keponakan kamu kan?" ujar Khanaya
"hhhhh, cerita nya panjang Nay" jawab Lia yang terlihat lesu
"kamu kenapa, apa ada masalah, aku bisa kok, dengar kan cerita nya kamu?" tutur nya yang merasa iba
"jadi tadi pagi itu gini, Mama aku suruh aku buat jagain Kahfi, aku ajak dia ke taman kan, waktu sampai di taman, itu dia main sampai jatuh, aku bujuk dia nggak bisa, kemudian ada kak Radit yang kebetulan ada juga di taman itu, dia gendong Kahfi, ajak Kahfi beli es krim, terus dia antar kan aku pulang sampai aku ketemu kalian di rumah" tutur Lia dengan sedikit menjelaskan
"bentar deh, ini aku masih penasaran, kamu menjalin hubungan sama Radit, sejak kapan, kok Radit bisa kenal sama kamu?" tanya Khanaya yang mulai barbar
"hhh, jadi dulu aku sama dia itu satu Tsanawiyah Nay, pernah sahabatan juga waktu kelas 7e" tutur Lia dengan menerawang jauh mengenang masa lampau yang pernah dialami
mendengar hal itu, kini berhasil membuat kedua sahabat ini cukup terkejut, dengan apa yang diungkapkan Lia, bukan kenapa, pasal nya Lia yang selama ini cukup ketat menjaga jarak dengan lawan jenis, sama hal nya dengan diri nya
"ka,, kamu pernah sahabatan sama Radit Li, jangan bilang dia juga adalah sosok laki-laki yang pernah kamu cerita kan sama kita?" ujar Khanaya yang mulai tersadar
"emmm, entah" jawab Lia dengan mengangkat kedua bahu nya tak acuh
"emmm,,, sudah lah, nggak perlu dibahas lagi, kita belum memesan cappucino, bagaimana kalau kita memesan nya sekarang saja?" tutur nya mulai mengalih kan topik pembicaraan
hingga ketiga nya pun memilih untuk memesan cappucino terlebih dahulu,,,
"emmm, Lia, Khaliza?" panggil Khanaya dengan tiba tiba dan pandangan mulai menunduk lesu
mendengar panggilan itu kini sontak membuat kedua sahabat ini beralih memandangi wajah Khanaya yang perlahan menunduk
"kenapa Nay, apa ada masalah?" tanya nya mulai merasa ada sedikit yang aneh pada sahabat satu nya ini, pasal nya biasa nya Khanaya itu akan selalu terlihat barbar
"iya Nay, kenapa, coba cerita?" jawab Lia yang juga terfokuskan pada Khanaya
"emmm, langsung saja ya, aku minta maaf, jika selama ini aku banyak berbuat salah sama kalian, huaaa, aku nggak mau pisah sama kalian, karena bentar lagi kita akan menghadapi wisuda" ujar Khanaya yang dengan tiba tiba memejamkan kedua mata
"hmmm, iya Nay, Li, aku juga minta maaf, jika selama ini, aku banyak salah juga sama kalian ya, makasih juga, selama 10 tahun ini, kalian sudah mau terima aku apa ada nya dan sahabatan sama aku?" jawab nya dan diakhiri dengan permintaan maaf nya dengan nada yang nyaris pelan, namun masih bisa di dengar, oleh kedua sahabat nya yang tengah duduk di hadapan nya ini
"iya, aku juga minta maaf ya jika banyak salah sama kalian?" jawab Lia dengan tatapan sayu nya
"huaa, jangan gini dong, suasana nya kok mendadak menyedihkan, tapi,,, tapi aku juga minta maaf sama kalian, aku sadar sepenuh nya, aku barbar, kadang juga suka usil sama kalian" ucap Khanaya
"eh iya, Khaliza, ngomong ngomong, setelah lulus nanti, niat nya kamu mau ke mana?" tanya Lia dengan tatapan penuh pada nya
"emmm, aku masih belum tahu ya Li, tugas ku sekarang hanya lah menuntut ilmu dengan ikhlas dan sabar, jika aku harus menyeberangi dua lautan sekalipun, maka akan ku seberangi" jawab nya
"tapi,,, bukan kah di pertemuan pertama kita kamu memiliki cita cita sebagai seorang dokter?" tambah Khanaya yang merasa ada perubahan pada sahabat nya ini
"hmmm, Allah masih belum mengizinkan aku untuk menjadi seorang dokter Nay" jawab nya dengan tatapan sayu nya
"kalau Khanaya, usai lulus nanti, niat nya mau ke mana?" tanya Lia menoleh pada Khanaya dengan nada yang menggoda
"emmm, mungkin aku akan pulang dulu ke Samarinda, orang tua ku bilang, setelah lulus dari pondok nanti, aku harus lanjut kan kuliah S2 aku di Brunei, semua nya juga sudah Ayah urus, surat kepindahanku, dan apartemen di sana juga sudah siap aku tempati" jawab Khanaya
"akh, gitu, semangat ya Nay, semoga berhasil?" ucap nya menyemangati sahabat seperjuangan nya ini
"bagaimana kamu sendiri Li, kamu mau ke mana habis lulus dari universitas nanti?" tanya nya seraya memandangi Lia
"entah lah, seperti nya, aku harus berbicara dulu sama keluarga ku, aku harus meminta pendapat mereka, tapi mengenai keinginanku, aku sendiri mau lanjutkan S2 jika bisa dan diizinkan" jawab Lia
mendengar jawaban dari sahabat nya, kini membuat Khanaya dan diri nya mengangguk paham
hingga tidak lama kemudian, pesanan mereka datang, tiga cappucino dengan 3 piring roti bakar dengan toping keju dan selai strawberry di dalam nya
"hmmm, daripada sedih sedihan gini, bagaimana jika cappucino ini kita gambarkan tentang perasaan kita sendiri, dan semua rahasia kita buka di tempat ini, bagaimana, setuju nggak, apa lagi sekarang, kita bersahabat, bukan kah tidak boleh ada rahasia di antara kita?" usul Lia saat menemukan sebuah ide cemerlang dengan senyuman tipis di balik niqab
diri nya dan Kanaya menyetujui usul Lia, mungkin kedua sahabat nya bisa membantu, ketika masalah hadir, diantara mereka
kini, mereka tengah sibuk dengan pikiran masing masing,,,
diri nya mulai menaburkan coklat granule di atas cappucino nya dengan bentuk sebuah hati yang dengan hati hati, dia mulai menggambar nya,,
Khanaya pun mulai melukis wajah seorang laki laki yang sedang tersenyum, namun berlainan dengan Lia, gadis ini masih terlihat bingung, dia mengetuk ngetuk dagu nya sambil memandangi cappucino yang masih polos di hadapan nya
"apakah kalian sudah selesai?" tanya Lia memecah keheningan di siang hari ini
"akh yaah, aku sudah selesai, ini lukisan ku, seorang malaikat yang tengah membuat ku menyebut kan nama nya di setiap sepertiga malam ku, senyuman yang manis dan tatapan yang tajam sering membuat jantung ku terasa berdebar hebat dari biasa nya kala aku melihat nya" jelas Khanaya lagi malu malu, sambil meraba bibir cangkir dengan jari telunjuk
"siapa kah orang itu Khanaya?" tanya Lia
"dia lah Rafha, Rafha Al Kanza Ardiansyah, orang pertama yang berhasil membuatku luluh dengan perlahan" jawab Khanaya dan beralih mantap kedua sahabat nya itu
"kini aku tahu, dia baru saja masuk asrama ini beberapa bulan yang lalu, tapi, sifat rendah hati nya dan sifat ramah nya yang membuat ku luluh dengan perlahan, tapi entah lah, mungkin hanya aku yang merasakan perasaan ini" jelas Khanaya dan menerawang jauh sambil memandangi lalu lalang kendaraan lewat jendela caffe
"begitu kah, dan,,, bisa kah kau ceritakan maksud dari gambaran mu itu Lia?" tanya nya sambil tersenyum ke arah Lia
"akh,, ini dia, satu buku diary, yaitu buku yang selalu menjadi teman bagi curahan hatiku, dan ini buku pelajaran, teman di saat aku mulai merasa mendapat kan masalah, aku akan belajar untuk mengalih kan pikiran ku dari masalah yang ku dapat" jawab Lia dengan menunjuk kan hasil gambaran nya
"lalu, bagaimana kah dengan mu Khaliza, apa arti dari gambaran yang kau lukis itu?" tanya Lia yang tengah menoleh ke arah nya
"hmmm, ini adalah cinta tulus ku kepada Ayah dan Bunda, meski pun aku jauh dari kedua nya, dan meski pun aku tidak pernah lagi bisa bertemu baik dengan Ayah, Bunda, atau pun kedua nya setelah aku benar benar menjalani kehidupan ku di sini"
tangan putih nan mulus itu perlahan merayu sendok dan mengambil sebagian coklat granule yang mengambang di atas krim cappucino nya hingga gambaran hati itu menjadi separuh
"meski cinta ku terkikis oleh rindu yang membelenggu, namun aku yakin, cintaku akan kembali seperti sedia kala"
Khanaya dan Lia yang mendengar hal itu pun, sontak memberi tepukan tangan yang meriah untuk nya
"aku salut sama kamu Khaliza, meski pun kamu di sini atas kehendak kedua orang tua mu, lebih tepat nya lagi terpaksa, namun kamu tetap menjalani ini dengan hati yang ikhlas" ucap Lia
diri nya tersenyum, dia bahkan merasa begitu bersyukur, Allah sudah mempertemukan nya dengan kedua sahabat nya ini, yang rela menemani dan menghibur nya kala susah, selama 10 tahun ke belakang ini
...°°°...
waktu sudah menunjuk kan pukul 15:00, pertemuan nya dengan kedua sahabat nya telah usai, diri nya pun memilih untuk masuk ke dalam wartel, menyempatkan waktu nya untuk menghubungi keluarga di kampung halaman nya
"assalamualaikum?"
"waalaikum salam warahmatullah, Sen, ini kakak, kamu apa kabar?"
"akh kakak, aku kira siapa, alhamdulillaah, kabar aku baik kak, kakak sendiri gimana, sehat sehat kan di sana?"
"alhamdulillaah, kakak juga baik, bagaimana Ayah Bunda sama kak Nisa?"
"Ayah Bunda juga baik kak, kak Nisa juga, baru saja kasih kabar, kata nya kak Nisa hamil"
"Syukur alhamdulillaah kalau begitu, kakak ikut senang mendengar nya Sen, kakak juga turut senang kalau kami Nisa hamil, semoga kehamilan yang selalu sehat dan diberi kelancaran dalam melahirkan nya kelak"
"Allahumma Amin kak, makasih do'a nya,,, eh iya, btw ada kabar baru lho dari teman alumni tsanawiyah nya kakak?"
"apa, jangan bilang kamu bilang sama semua nya kalau kakak,,," ucapan nya terpotong
"ish kakak, enggak kok, mana ada aku bilang hal itu, aku cuma mau bilang sama kakak, kalau kak Nay, kak Rossy, sama siapa tuh satu lagi?"
"Yura, ada apa dengan mereka bertiga?"
"akh, iya tuh, kak Yura, ketiga nya sudah menikah kak, sedih banget kata nya kakak nggak bisa datang, nikah nya tiga bulan berturut turut, kak Yura bulan Maret lalu, kak Nay bulan April lalu, dan kak Rossy juga bulan Mei lalu"
"begitu kah, kakak ikut senang mendengar nya Sen, kamu jangan kasih tahu mereka ya soal ini dulu ya, kakak do'a kan yang terbaik untuk pernikahan mereka"
"iya kak, kakak kapan dong pulang nya, ini sudah 10 tahun lho, kita pisah hanya mengobrol lewat telepon seluler seperti ini saja, ini sudah akhir bulan September jika kakak lupa, nggak kangen apa, sama adik nya kakak yang ganteng nya nyaris sempurna ini?"
"xixi, kangen sih kangen, bahkan kangen banget Sen, tapi kakak bisa apa lagi, kakak harus lanjut kan dan selesaikan pendidikan kakak di sini dulu, tinggal beberapa bulan lagi paling wisuda, setelah itu insya Allah baru kakak bisa pulang"
"Hmmm, baiklah, akan ku tunggu kedatangan kakak di bandara Soekarno Hatta ya, semua nya kangen banget tahu sama kakak, apalagi Ayah sama Bunda terus bicara kan kakak di sini"
"bicara kan gimana maksud kamu?"
"iya, kedua nya kangen gitu sama kakak, ah iya kak, hampir saja lupa, ada dua orang yang tanya kan gimana kabar kakak, kedua nya mau ketemu, tapi nggak tahu kakak di mana"
"siapa?"
"siapa lagi jika bukan kak Syakira sama kak Hanna yang kangen banget sama kakak, sahabat kakak itu lho, kakak nggak lupa kan, jangan bilang kakak lupa sama kedua nya!"
"xixi, ya enggak lah Arsen, kakak nggak akan pernah lupa kok sama kedua nya, kakak juga kangen mau ketemu, tapi sekarang jauh, inti nya kakak nggak akan pernah lupa"
"akh begitu kah, eh, ada satu lagi nih, yang tanya kan kabar kakak, dia super kangen banget sama kakak, huuh, hampir saja lupa"
"siapa lagi?"
"kak Raffi, dia tanya kan kakak terus lewat panggilan di ponsel aku, huuh, kakak kapan pulang nya sih!!!"
"kak Raffi, kok kamu bisa tahu nomor ponsel nya kak Raffi Sen?"
"Hehe, aku yang minta kak Nisa buat kirim nomor nya kak Raffi sama aku kak"
"kamu ini ada ada saja, eh iya, Bunda sama Ayah mana, kakak mau bicara?"
"Bunda sama Ayah nya lagi nggak ada di rumah kak, Ayah sedang ada kerjaan di luar kota, mungkin besok baru bisa pulang, kakak ada pesan, mau aku bantu sampai kan?"
"enggak deh Sen, nggak ada pesan kok, ya udah ya, sudah sore, kakak harus kembali ke asrama, kamu jaga diri baik baik di rumah, kakak tutup dulu, assalamualaikum?"
"Iya kak, kakak juga, hati hati di jalan pulang nya, cepat pulang matahari nya Arsen, Arsen nya kangen berat, waalaikum salam warahmatullah"
panggilan pun terputus
tanpa di rasa, waktu pun menunjuk kan pukul 17:32, sore hari, di mana diri nya baru pulang dari pertemuan nya dan kedua sahabat nya, karena dia lebih memilih untuk menghubungi adik nya terlebih dahulu, kini dia pun pulang sendiri
dengan tiba tiba, awan berubah menjadi abu abu, yang menunjuk kan hujan akan segera tiba,,,
saat diri nya akan menyeberangi jalan karena halte bus ada di seberang tempat diri nya menelpon, namun na'as, dari arah yang berlawanan, sebuah motor sport berkendara di atas kecepatan rata rata, membuat nya terjatuh ke pinggir depan halte bus (trotoar) dan tangan kiri nya terluka akibat terpeleset dan terseret motor sport tersebut
"assalamualaikum, mari saya bantu kak?" ucap laki laki yang tengah mengulurkan telapak tangan nya di hadapan nya
"akh,, waalaikum salam warahmatullah, makasih?" jawab nya sambil berdiri dengan terburu buru dan langsung menunduk kan pandangan nya
"alangkah sebaik nya kakak nya duduk dulu di halte kak, biar saya belikan obat merah?" tawar laki laki tersebut
"akh, nggak papa mas, saya baik baik saja, terima kasih sudah menolong?" ucap nya yang merasa sedikit sungkan
"tapi,,, darah nya keluar begitu deras, atau,,," ucapan laki laki tersebut tertahan kala mengeluarkan sesuatu dari dalam jas nya
"kakak nya bisa mengenakan ini terlebih dahulu, agar darah nya berhenti mengalir dengan deras, saya takut tangan kakak nya malah infeksi nanti?" lanjut laki laki tersebut sambil mengeluarkan sapu tangan berwarna biru navy
bertepatan dengan uluran sang laki laki itu yang memberikan sapu tangan nya pada nya, kini dari arah barat, terlihat matahari tenggelam (sunrise) dengan cahaya oranye nya yang bersinar terang
mendengar hal itu, kini berhasil membuat nya terkejut dan sedikit gugup
"a,, akh, terima kasih, tapi saya tidak apa apa, saya baik baik saja" jawab nya sambil semakin menunduk dalam
"tidak masalah kak, pakailah ini, setidak nya, hati saya lega karena telah membantu kakak nya jika memang kakak nya tidak mau saya beli kan obat merah" tutur laki laki ini tetap kekeh dengan pendirian nya
"ak,, akh, baiklah mas, terima kasih banyak?" ucap nya dengan tuturan kata nya dan mulai mengikat kan sapu tangan itu pada telapak tangan kiri nya yang terluka
dan kini, pandangan nya pun teralih kan kala melihat sunrise di depan nya yang bersinar terang
"subhanallah, sungguh nian indah ciptaan-MU ya Allah" ucap nya takjub, membuat laki laki yang ada di samping nya tersenyum tipis
"begitu indah dan elok, seperti apa yang sedang saya lihat sekarang" tutur laki laki ini dengan terus tersenyum ke arah nya
tersadar, laki laki itu kini mengalih kan pandangan nya salah tingkah, bagaimana suasana hati Khaliza, diri nya pun sama, salah tingkah nya mendapati laki laki yang bukan mahram nya memandangi nya dengan tatapan yang sulit diartikan
"ehm, maaf kak, saya tidak bermaksud untuk,,," ucapan laki laki itu terhenti karena ragu melanjut kan ucapan nya juga gugup
"nggak masalah mas, saya mengerti" jawab nya yang tak kalah gugup
"apa kakak nya penyuka sunrise?" tanya laki laki ini lagi yang memang sejak awal sudah dibuat penasaran
"hmmm, iya mas" jawab nya singkat
"maaf mas, bus yang saya tunggu sudah tiba, saya permisi, jika suatu saat nanti saya dan mas nya bertemu lagi, saya akan mengembalikan sapu tangan ini, terima kasih atas bantuan nya, assalamualaikum?" ucap nya saat dirasa, bus yang ditunggu nya tengah ada di depan nya
namun na'as, saat hendak berjalan menuju bus tersebut, seseorang tengah menabrak nya hingga tas selempang yang tengah digunakan nya terjatuh dan berserakan di pinggir jalan
"akh, apa kakak tidak apa apa, mari biar saya bantu?" ucap laki laki tersebut sambil mulai membantu nya memasuk kan barang barang nya ke dalam tas selempang milik nya
"akh, saya tidak apa apa mas, hanya luka kecil, terima kasih untuk hari ini, saya permisi, assalamualaikum?" ucap nya dengan terburu buru pergi tanpa memeriksa keadaan di dalam tas nya
"akh,, baiklah kak, hati hati di jalan, waalaikum salam warahmatullah" jawab laki laki itu dengan tiada henti nya memandangi kepergian nya
seketika, laki laki itu terhenti pada sebuah buku yang berwarna merah maroon dengan terdapat tulisan _catatan penting dalam kehidupan_ di bagian depan atas buku itu
"akh, kak, tunggu, ini buku nya,,," ucap laki laki itu dengan menjunjung tinggi buku di tangan kanan nya
namun nihil, bus yang dinaiki nya tengah melaju dan mulai menyusuri jalanan kota Tangerang sore ini
'semoga kita bertemu kembali, semoga Allah mengizinkan kita untuk bisa bertemu di waktu yang tepat dan indah kelak' gumam laki laki itu sambil terus tersenyum
'sungguh benar benar indah nian ciptaan-MU ya Allah, selalu hadirkan lah dia di dalam perlindungan-MU' gumam laki laki itu sambil terus menetap kepergian laju bus yang tengah ditempati nya di dalam nya
_Assalamualikum Zahra_
Selasa, 18 Juli 2023
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments