..._Assalamualaikum Zahra_ ...
..._Waktu Yang Tersisa_ ...
..."rasa nya raga ini tak dapat melihat kebahagiaan mereka yang akan merasa kecewa, namun semua nya tidak dapat di pungkiri, jika raga ini harus melakukan apa yang telah tertulis di dalam sebuah takdir kelak" ...
..._Khaliza Sulistya Az Zahra_ ...
pagi hari, Khaliza, diri nya terbangun lebih awal, dari kedua sahabat nya, mungkin ini memang masih terasa diri hari bagi kedua nya, namun sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi diri nya, untuk bisa senantiasa meluangkan waktu nya mengadukan segala keluh kesah nya, pada Sang Maha Kuasa, Sang Pemilik Kehidupan, dan alam semesta, mulai menengadahkan kedua tangan nya berdo'a
'Ya Allah,, Ya Tuhan ku,,,
apakah ini takdir jalan hidup yang harus ku lewati, masih ada kah nasib yang lebih malang harus ku lalui, seberapa lama dan jauh, kaki ini harus ku tapaki, kepada-MU Tuhan, aku hanya pasrah berserah, karena telah tiada lagi cara, selain teguh dan ta'bah, semoga dalam Ridha-MU, ku menemukan hikmah'
do'a nya dengan berderai air mata, kini, diri nya hanya mampu mengikhlas kan semua nya yang terjadi pada diri nya saat ini, namun diri nya juga yakin, ada satu titik terang kecil, di balik keputusan yang di ambil nya ini,,,
°°°
pagi hari, cuaca sangat cerah, langit menampakkan awan putih bersih, di atas kediaman keluarga Al Hanand ini,,
canda dan tawa kini menghiasi isi ruang makan, salah satu rutinitas yang keluarga itu lakukan di setiap pagi
"hha, iya benar tuh Tan, apa lagi waktu sampai di toilet, dia menggerutu gini 'duh, kenapa harus aku yang ikut tampil sih, aku kan nggak bisa apa apa?' kata nya gitu lho Tan, hha, dia itu ada ada aja deh?" ujar Hanna yang menyerupai kata kata dan nada bicara nya
"hmmm, masa sih anak Bunda kayak gitu, bukan nya kakak memang bisa ber,,," ucap Bunda terpotong, oleh suara nya
"Bunda juga apaan sih, udah lah, jangan bahas masalah itu lagi, kakak nggak mau mendengar nya lho" ujar nya seraya menunduk malu
"iya dek, bukan nya kamu memang bisa berpidato sama bernyanyi yah, terus kenapa kamu selalu menghindar?" ujar kak Nisa yang malah menambahkan kekesalan pada nya
"apa kak, Izza bisa nyanyi?" tanya Syakira dan Hanna bersamaan, dengan ekspresi wajah masing masing yang terlihat kentara terkejut
"lah, memang adek nya kakak ini bisa nyanyi, lebih tepat nya, bershalawat sih, kalau shalawat aja bisa, kenapa nyanyi nggak bisa, kalian ini kenapa, kayak yang baru tahu gitu?" tanya kak Nisa balik, karena melihat ekspresi kedua nya
"lho Za, ini nggak adil lho, kok kamu nggak pernah kasih tahu kita kalau kamu memang bisa nyanyi, waktu itu kamu bilang kamu nggak bisa?" tanya Hanna yang melirik nya dengan tajam, seolah meminta penjelasan
"ya' aku memang nggak bisa nyanyi Na, aku nggak pandai, bahkan suara kayak suara toak mesjid" jawab nya yang menjadi tergagap
"iya Za, ini nggak adil lho, masa kamu nggak pernah kasih tahu kita sih, kalau kamu benar benar bisa nyanyi?" ujar Syakira menambah kan juga dengan tatapan yang sama tajam dengan yang Hanna lempar kan
"hhhhh, sudah lah, kalian itu gimana sih, aku memang nggak pernah bisa nyanyi yah, kak Nisa niii akh, jadi mereka gini kan?" tutur nya dengan menunjukkan ekspresi memelas kala menuduh sang kakak
"kak Nisa, ini maksud nya gimana sih?" tanya Hanna seraya menoleh pada kak Nisa
"iya nih kak Nisa, yang sebenar nya ini gimana sih, kita bahkan belum sepenuhnya faham lho?" tambah Syakira
"hha, oke oke, jadi gini, Khaliza, ini mungkin suara nya yang biasa kalau lagi ngobrol ngobrol ringan gitu memang kayak gimana gitu, tapi kalau kalian dengar dia nyanyi atau bershalawat gitu, suara nya bakalan beda drastis deh pokok nya, dari suara asli nya, kakak aja pangling dengar nya" jelas kak Nisa
"kak Nisa ikh udah, jangan di perpanjang lagi dong akg, gimana sih, aku nggak mau tanggung jawab yah?" ujar nya yang terlewat kesal, padahal asli nya malu dalam hati nya
"kamu juga kenapa kak, kamu kan memang bisa nyanyi sama shalawat, kenapa kamu sembunyi kan kelebihan kamu sih?" ini Ayah yang angkat bicara
"apa kalian tahu, bahkan Om juga sering lho, dengar kan dia nyanyi, apa lagi tuh kalau dengar dia shalawat, waah, suara nya merdu banget, Nissa sabyan mah, lewat" ujar Ayah dengan semangat
"waah, yang benar Om, Za, shalawat sekarang dong, kita mau mendengar nya juga, kamu kan bisa?" pinta Hanna dengan antusias
"iya Za, shalawat, atau,, nyanyi juga boleh tuh?" tambah Syakira tak kalah antusias
"akh,, kalian apaan sih, nggak usah di dengar kan pembicaraan mereka, mereka cuman mau pojokin aku aja ih, kakak, Bunda sama Ayah juga ikut ikutan, sudah, kita harus berangkat beli perlengkapan yang lain" tutur nya berniat mengalihkan pembicaraan dengan merengek
"hha, iya iya,, kita berangkat sekarang, ayo semua, kita siap siap dulu, mobil nya juga sudah siap, tinggal berangkat saja?" ajak Ayah pada akhir nya, merasa tak tega kala menyadari rengekan nya
semuanya pun berangkat dengan tujuan mall Giant Jakarta, kini tak menyisakan siapa pun lagi di dalam rumah dua tingkat itu
di tengah perjalanan, semua nya terlihat sangat antusias dan bersuka cita, bisa terlihat dari raut wajah mereka masing masing, namun tidak bisa di pungkiri, dengan raut wajah cantik nan asri yang Khaliza miliki, kini gadis itu terlihat murung dengan bersandar di kursi paling belakang
kakak nya yang memang selalu ingin disisinya dan juga yang tengah memperhatikannya sejak tadi pun kini beralih menggenggam tangan kirinya di sampingnya, berusaha membuat tenang sang adik
mendapat kan perlakuan seperti itu, dirinya pun menoleh menatap sangkaka dengan kening mengerut seolah bertanya 'ada apa kak?'
kakak yang memang mengetahui raut wajah sang adik pun kini menunjukkan wajah teduhnya dengan melukis senyuman manis pada wajahnya, seolah berkata 'semua akan baik-baik saja Za, kamu tenang saja?' itulah arti dari tatapan yang sang kakak lemparkan
Khaliza pun kini kembali memandangi wajah tujuh sang kakak yang tengah memandangi dirinya, dan mensyaratkan seolah berkata 'kakak nggak perlu khawatir, aku nggak papa' isyaratnya dengan sambil tersenyum
namun bukan membuat kak Nisa merasa tenang, melainkan malah membuat sangkar tak semakin memandang iba ke arahnya, bahkan dia sangat khawatir dua kali lipat, lebih dari biasanya, kini, sang adik yang selama ini disayanginya, dengan perlahan akan pergi dari pandangannya, yang awalnya dia yang membuat sang adik merasa sedih dengan kepergiannya, namun sekarang malah dia juga yang akan merasa sedih, dengan kepamitan sang adik, di suatu hari nanti
waktu pun berjalan begitu cepat, hingga kini dirinya, kak Nisa, Ayah, Bunda, serta kedua sahabatnya tentunya, sudah berdiri di depan mall Giant Jakarta
tatapan kedua sahabatnya pun kini berbinar, melihat bangunan mall dari luar
"apa yang kalian tunggu, ayo masuk?" ajak Ayah sambil melambaikan tangan kanan
"iya ayo Na, Ra, kenapa kalian malah melamun di sana?" tambah kak Nisa seraya tersenyum
dan kini mereka pun mulai memasuki area mall dengan senyuman manisnya masing-masing
tujuan pertama yang mereka tuju, kini adalah toko perlengkapan anak sekolahan, mereka pun mulai mencari tenda
cukup lama mereka mencari tenda yang mungkin akan cocok untuk ketiganya, hingga mereka pun memberi satu tenda dengan uang yang sudah dikelompokkan, dan disatukan untuk membayar harga tenda yang telah mereka pilih
"sekarang kita cari kerudung warna coklat aja ya, kan memang aku belum punya kerudung warna coklatnya, kalian udah ada yang punya belum?" tutur nya pada kedua sahabatnya itu
"emmm, kayaknya aku juga belum punya tuh, ya udah yuk, kita beli ke toko kerudung sekarang, eh, kalau kamu gimana Ra?" tanya Hanna sambil melirik Syakira
"heem, ide bagus tuh Na, aku juga belum punya kerudung warna coklat, kita beli sekalian sekarang aja ya?" jawab Syakira menyetujui ucapan Hanna
"ya udah yuk, tokonya di sebelah sana, biar kakak yang antar kalian cari kerudungnya" ucap kak Nisa sambil menunjuk toko yang memang menjual kerudung
"gini anak anak, kalian lanjut beli kerudungnya aja ya, Om sama Tante tunggu kalian di KFC aja, nanti kalian nyusul, bareng kak Nisa?" tutur Ayah memberi saran
"akh, iya Om, ide bagus tuh, kita pergi beli kerudungnya dulu ya Om, nggak papa kan, kita pinjam Khaliza sama kak Nisa nya bentar?" ucap Syakira lembut
"iya nggak masalah kok, kalian boleh pinjam kedua anak gadis Om ini sesuka hati kalian" jawab Ayah yang dengan diangguki oleh Bunda
"ya udah Om, Tante, kalau gitu, kita berangkat dulu ya, kita nggak akan lama kok, iya nggak Na?" tutur Syakira lagi sambil menoleh menatap Hanna meminta persetujuan
"iya benar tuh Om, Tante, kita berangkat dulu ya, assalamualaikum?" ucap Hanna sambil mengangguk
"waalaikum salam warahmatullah, kalian hati hati ya?" jawab sang Bunda seraya melambaikan tangan ke arah ke empat nya
_**Assalamualaikum Zahra_
Jum'at, 7 Juli 2023**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments