..._Assalamualaikum Zahra_...
..._Segenggam harapan yang hilang_...
..."ini terasa mimpi, apa benar, dengan apa yang kelak akan terjadi di kehidupan selanjutnya, apa aku harus mengecewakan banyak orang"...
..._Khaliza Sulistya Az Zahra_...
waktu pun berjalan begitu cepat, hingga kini, jam menunjukkan pukul 20:00, keluarga Al Hanand pun sedang berkumpul, namun kedua sahabat nya, seperti nya masih di kamar nya, mungkin kedua nya masih belum selesai merapikan barang barang masing masing
Bunda yang melihat gadis kedua nya itu termenung di ruang keluarga, kini mulai melempar kan senyuman, pada gadis kedua nya, dan menepuk sofa di samping nya, seakan menyuruh nya untuk duduk di samping nya
Khaliza yang mengerti akan hal itu pun kini menuruti nya, berjalan ke arah Bunda, dan duduk tepat di samping sang ibunda seraya bertanya dan memaju kan bibir nya manja,,
"Ayah sama Bunda kapan pulang, jam berapa?" tanya nya dengan menatap sang ibunda kala sudah terduduk, namun Bunda tahu, jika pertanyaan nya itu terkesan ketus dan dingin
yah, memang diri nya tidak menyadari akan kedatangan Ayah dan Bunda, karena sehabis mencuci piring tadi, diri nya dan kedua sahabat nya tengah bercanda ria di kamar nya,,,
"sekitar pukul 17:32 tadi sayang, singgah untuk ke masjid sejenak, ada apa sih, kok seperti nya, kesel gitu, coba cerita sama Bunda?" tutur sang Bunda mengelus lembut puncak kepala nya dengan sayang
"ck, Bunda sama Ayah tadi kemana aja sih, ada satu hal yang harus kakak bicarakan tahu?" tanya nya menunduk kesal sambil memajukan kembali bibir mungil nya
"ututututu, ada apa dengan gadis kedua Ayah ini, nggak biasa nya kayak gini, kenapa sayang?" tanya Ayah yang merasa gemas sambil mengacak kepala nya yang tertutupi hijab instan, kala duduk di samping nya
"jawab dulu pertanyaan kakak, tadi siang, Ayah Bunda kemana, kok nggak ada di rumah, mana nggak kasih kabar lagi, bisa kali telpon?" tanya nya masih cemberut
"memang nya kak Nisa nggak cerita sama kakak yah, padahal kan, Bunda sudah titip kan pesan sama kakak?" tanya Bunda seraya menoleh ke arah kak Nisa di sebrang
"sudah, kak Nisa sudah cerita sama kakak kok" jawab nya dengan singkat
"lalu kenapa kakak masih tanya gitu, kan kakak sudah tahu, Ayah sama Bunda ke caffe Mushlim tadi siang, ketemu sama teman lama Bunda, juga teman lama Ayah?" tanya sang ibunda
"maksud kakak, Ayah sama Bunda ngapain aja di sana, terus bicara kan apa juga?" tanya nya semakin mendalami pertanyaan
"ya' ,,," seketika, Bunda pun menoleh diam diam ke arah Ayah, namun Ayah terlihat hanya mengisyaratkan Bunda agar Bunda saja yang menjawab pertanyaan yang di lontar kan sang anak gadis, hingga dengan terpaksa Bunda pun berusaha menjawab pertanyaan nya tanpa rasa gugup sedikit pun "kita,, b,,biasa lah, yang nama nya reuni, kita tanya kabar, biasa biasa saja, saling sapa menyapa, bahas tentang masa lalu waktu Bunda sama teman bunda masih sekolah, iya kan Yah?" tanya Bunda seraya menoleh pada Ayah kembali
"iya nak, Ayah juga gitu, memang nya kenapa sih, gadis Ayah ini kok, kelihatan nya mau tahu banget, sama urusan Ayah Bunda nya hmm?" goda Ayah dengan senyum jahil
"entah lah yah, yang pasti,, sejak tadi siang, ada satu hal yang sedikit ganggu pikiran kakak hari ini, bahkan kakak sendiri juga nggak tahu kenapa, tiba tiba saja, hati dan pikiran kakak nggak setenang biasa nya, telinga kakak juga sempat sedikit lama tadi, dan,, apakah mungkin, ada yang tengah bicara kan kakak ya Yah, Bund?" tutur nya mulai serius dan bercerita tentang apa yang di alami nya di sekolah hari ini
'ternyata apa yang di kata kan Nisa benar, diri nya benar benar merasakan firasat nya, tapi diri nya tidak boleh mengetahui nya terlebih dahulu dalam waktu dekat ini, perihal apa yang sudah kita bicara kan tadi siang' batin Ayah yang terdiam memaku
"haha, kakak masih percaya dengan mitos seperti itu di zaman modern seperti ini, ya Allah nak, siapa juga yang bicara kan kakak, ya memang sih, Om Aydhan sama Tante Ammie sempat tanya kabar kamu tadi siang, kata nya, kamu ke mana aja, kok sekarang jarang banget hanya untuk sekedar mampir ke rumah, untuk menemani aktivitas Ratih?" seru Bunda seraya tersenyum meski hambar dan terkesan terpaksa
"eh tunggu Bund, Om Aydhan,, Om Aydhan sama Tante Ammie orang tua nya Ratih bukan Bund?" tanya nya merasa kenal dengan nama yang di sebut kan ibunda
"iya kak, kata nya kamu mengenal akrab mereka, apa itu benar?" tanya Ayah
"iya Yah, Ratih suka ajak aku ke rumah nya, minta bantuan untuk mengerjakan tugas juga, kakak cukup akrab sama dia Yah, jadi mungkin sudah biasa sama kakak" jawab nya
"pantas saja Om Aydhan sama Tante Ammie tanya kan kamu, rupa nya kenal dekat sama kamu, syukur lah" ucap sang Bunda
"tapi,,, kenapa Om Aydhan sama Tante Ammie tanya kan kakak yah Bund, Yah?" tanya nya lagi yang merasa sedikit heran bahkan mengganjal
"mungkin mereka kangen sama kakak kali kak, karena itu, mereka tanya kan kamu sama Ayah dan Bunda tadi, lagi pula,, memang sudah cukup lama juga kan, kakak nggak pernah keluar rumah lagi semenjak ikut olimpiade karena buat belajar?" tutur Ayah
"emmm, yang Ayah bicara kan sih ada benar nya juga, bisa jadi gitu" jawab nya sambil mengangguk dengan perlahan
"iya gitu kali kak" jawab Bunda menambah kan
"ohouh, jadi teman lama yang Bunda maksud kan itu Tante Ammie, dan teman lama Ayah, Om Aydhan?" tanya nya sedikit tidak percaya
"iya, memang kenapa, kamu juga mengenal akrab mereka kan, Ayah juga baru tahu lho kak?" tutur Ayah lagi
"hmmm, kakak memang cukup akrab sama Ratih, mungkin Tante Ammie sayang sama Ratih, jadi beliau ikut senang juga kalau kakak kunjungi Ratih di rumah nya" tutur nya
2 menit kemudian,,,
"kak, kakak punya prinsip di dalam kehidupan yang sedang kakak jalani nggak?" tanya Bunda dengan tiba tiba dan berhasil membuat perhatian nya teralih kan hanya pada Bunda
"maksud Bunda apa?" tanya nya yang belum benar benar mengerti dengan pertanyaan yang di lontar kan sang ibunda
"hhhhh, kakak, di tanya, malah balik nanya, iya, maksud nya Bunda itu, kakak punya prinsip kehidupan nggak, atau, keinginan yang kuat untuk kakak capai gitu?" jelas Bunda
"cita cita dan tujuan hidup kakak apa sayang?" kini Ayah yang angkat bicara
"huuh, ada sih Bund, Yah, keinginan dan tujuan kakak sebenar nya cukup besar, kakak aja nggak tahu, bisa mencapainya atau bahkan nggak" jawab nya apa ada nya, dengan helaan nafas panjang
"apa itu, apa Ayah dan Bunda boleh mengetahui nya?" tanya Ayah yang mungkin saja penasaran
"Ayah tahu kan, kalau sejak kakak kecil, Ayah selalu ajarkan kakak cara menghafal ayat ayat suci Al Qur'an, tapi, apa Ayah juga tahu, sekarang, kakak merasa, bahwa semangat yang kakak punya sekarang, cukup jauh berbeda, tidak sepenuh nya, tidak seperti dulu lagi dalam menghafal kan nya, jika dulu saja kakak ingin menghafal surah Yassin, memang terasa lebih mudah dengan rasa semangat yang penuh, namun berbeda jauh dengan kakak yang sekarang, saat kakak memiliki keinginan untuk bisa menghafal kan surah Ar Rahman,,, jujur, ini terasa sedikit sulit dari dulu, apakah mungkin,, cobaan dan daya ingat kakak tidak sekuat dan seingat dulu lagi yah?" jelas nya yang tanpa di sadari sudah mengeluh di hadapan kedua orang tua nya seraya menunduk kan pandangan nya lesu
"kak, seperti nya, Bunda tahu solusi yang tepat, untuk kesulitan yang kakak alami" tutur Bunda seraya menepuk pelan bahu nya
"apa itu Bund?" tanya nya yang memang penasaran
"seperti nya, kamu harus mondok, Bunda Ayah sudah daftar kan kakak di asrama Al Hikmah Tangerang sayang" tutur Bunda lagi
"maaf Bund, tapi,, apa kakak tahu, maksud dari pembicaraan Bunda apa, kakak nggak mengerti?" tanya nya heran
"yah, Bunda sama Ayah sudah daftar kan kakak di asrama Al Hikmah, di daerah Tangerang" tutur Bunda yang sedikit menjelas kan
"kenapa Bund, Yah, kenapa Bunda sama Ayah daftar kan kakak tanpa persetujuan dan tanpa memberi tahu kakak, kakak bahkan masih belum mengerti" ujar nya bahkan tersirat kesedihan yang mendalam di kedua pelupuk mata teduh nya
"lho, tadi kata nya, kakak ingin lebih mudah menghafal kan ayat ayat suci Al Qur'an, Ayah sudah mengetahui nya kak, jadi, Ayah sama Bunda sudah daftar kan kakak di asrama sana" tutur Ayah terdengar sangat lembut
"hhhhh, Ayah,, jadi, maksud dari pembicaraan Ayah sama Bunda, Ayah sama Bunda mau jauh dari kakak?" tanya nya dengan asal mengambil menyimpul kan di mata Ayah dan Bunda
"bukan begitu kak, Ayah sama Bunda mau, kakak bisa menjemput cita cita kakak, untuk menjadi seorang Hafidzah, apa lagi, di usia kakak yang saat ini masih begitu muda nak" tutur sang Bunda menenangkan
"iya aku mengerti Bund, aku bahkan cukup mengerti dengan keinginan Ayah dan Bunda terhadap karir ku, tapi,, aku juga nggak pernah merasa terbiasa, jalani aktivitas tanpa Ayah Bunda di sisi ku, karena bagi ku, sudah cukup kak Nisa yang tinggal kan aku Bund, tapi tidak dengan keluarga ini" tutur nya
"bagaimana jika seandainya,, asrama di sana membuat aku tidak nyaman, atau,, bahkan jika aku melakukan sebuah kesalahan?" tutur nya sedih
"kak, dengar kan Ayah, di sana, kakak akan di penuhi dengan kegiatan menghafal ayat ayat suci Al Qur'an seperti yang kakak ingin kan, Ayah percaya, kakak tidak akan pernah membuat keluarga kita malu, peraturan di sana juga sangat ketat, kakak jangan merasa khawatir akan hal ini hmmm?" tutur sang Ayah yang mulai memberi nya nasihat
"dek, percaya lah, kakak juga berat, untuk bisa sepenuh nya ikhlas meninggalkan keluarga ini, apa lagi, bukan hanya kita yang harus berpisah, dengan orang di sekitar kita, tapi kita juga akan meninggalkan rumah yang begitu banyak kenangan di sini" tutur kak Nisa ikut menenangkan
"tapi kak, ini terlalu berat, buat aku jalani, jika aku menerima nya, aku akan hidup sendiri, di asrama sana kelak, tidak akan ada yang bisa menemani ku, bahkan kakak tahu sendiri, rasa malu yang melekat pada diri ku, tidak bisa aku singkir kan, dengan begitu aku akan selalu merasa canggung, ketika bertemu, atau berpapasan dengan orang yang baru ku kenali dalam kehidupan ku di sana, entah bagaimana aku bisa menjalani kehidupan selanjutnya di sana" tutur nya
"yah, kamu benar, kakak mengerti perasaan kamu, karena cepat atau lambat, kakak juga akan mengalami hal yang sama, namun jika kamu sudah terbiasa, maka semuanya, In Shaa Allah, semua akan baik baik saja, asal kan kamu, dapat menerima nya, dengan hati yang ikhlas" tutur kak Nisa lagi
mendengar penuturan demi penuturan yang sang kakak lontar kan, kini hati nya pun mulai meluluh, mengingat keinginan sang orang tua, yang di harus kan dia utama kan di hidup nya
sejenak, dia kembali memikir kan apa yang kedua orang tua nya ingin kan, di dalam hati, dan lamunan nya dengan matang
sekali pun hati nya merasa enggan, diri nya hanya bisa pasrah, dan mulai menerima apa yang menjadi keinginan kedua orang tua nya, meski sebenarnya, ini begitu sulit untuk sekedar di lalui nya, dia pun berusaha mulai kembali mengeluarkan suara nya, setelah sekian lama terdiam, larut dalam lamunan nya
"hhhhh, bismillah, baiklah, aku terima keinginan Ayah dan Bunda, karena ini nasihat kak Nisa, maka dari itu, aku akan mencoba berusaha untuk menerima nya, aku akan mulai mencoba nya, tapi Yah, Bund, tolong izin kan aku, untuk mengikuti kegiatan di sekolah mTsn Jakarta, bersama Syakira, dan Hanna" tutur nya dengan diri yang berusaha untuk tetap tenang
mendengar penuturan sang gadis bungsu, kini Ayah dan Bunda pun merasa sedikit terkejut, rasa terkejut dan senang meski hanya di dalam hati itu bercampur menjadi satu
"sayang, apa kamu serius, dengan apa yang baru saja kakak kata kan, kakak akan mengikuti apa yang Ayah sama Bunda ingin kan?" tanya Ayah
"hhhhh" untuk kedua kali nya, dia terlihat pasrah dan helaan nafas lagi lagi terdengar dengan lembut untuk yang kedua kali nya juga "aku tahu Yah, ini memang sebuah keputusan, yang cukup rumit untuk aku putus kan, apa lagi, dengan waktu yang mendesak seperti sekarang, dan juga dengan ku, yang selalu ingin berada di samping Ayah dan Bunda, tapi,, aku juga ingin, Ayah dan Bunda bahagia, maka dari itu, jika dengan aku menuruti apa, yang menjadi keinginan Ayah dan Bunda, itu bisa membuat Ayah dan Bunda sedikit merasa tenang, maka In Shaa Allah, aku akan mencoba nya, asal kan itu, bisa membuat hati Ayah dan Bunda sedikit tenang" tutur nya panjang lebar
"maaf kan Ayah juga Bunda sayang, Ayah sama Bunda nggak ada maksud, untuk menghindar, dari kakak, tapi ketahui lah kak, Ayah sama Bunda tidak ingin, kakak salah pergaulan, dan kurang fokus, pada hafalan kakak" tutur sang Ayah meyakinkan
"iya Yah, kakak tahu, Ayah Bunda pasti menginginkan yang terbaik untuk kakak, di dunia ini, tidak ada orang tua, yang tidak menyayangi anak nya, In Shaa Allah, kakak akan mencoba menerima nya, dengan hati yang ikhlas, jadi,, Ayah Bunda tidak usah merasa khawatir" bibir nya bisa berkata demikian, namun tidak dengan hati, dan kedua mata nya, yang kini tidak bisa menyembunyikan se sirat kesedihan dalam diri nya, senyuman yang terus di lempar kan nya hanya senyuman palsu, tidak ingin membuat kedua orang tua nya bersedih
"dan satu lagi Yah, tolong, jangan sampai kedua sahabat kakak tahu mengenai hal ini, biar kakak sendiri yang berbicara dan pamit, kepada kedua nya" tutur nya yang membuat semua orang yang mendengar itu mengangguk
sedetik setelah nya mengatakan kalimat itu, kini kedua sahabat nya pun ikut duduk di ruang keluarga, Hanna menyenggol lengan Syakira, untuk membuka suara terlebih dahulu
"m,, maaf Om, ada yang ingin saya sampai kan mengenai Khaliza, kepada Om Bilal dan Tante Mila di sini" ucap Syakira pada akhir nya seraya menunduk
"yaah, ada apa Syakira, ada apa dengan Khaliza, putri kedua Om?" tanya Ayah dengan lembut
"begini Om, kami tahu, Om begitu menyayangi Khaliza, putri kedua Om Bilal, dan Tante Mila, namun kami di sini sebagai sahabat dari Khaliza, ingin meminta izin kepada Om Bilal dan Tante Mila, aga Om Bilal dan Tante Mila mengizinkan Khaliza ikut serta dalam acara persami (perkemahan Sabtu Minggu) mTsn Jakarta lusa, apa Om Bilal dan Tante Mila mengizinkan saya dan Hanna untuk mengajak Khaliza untuk ikut serta dalam acara ini?" tutur Syakira seraya menunduk
"kami mohon Om, Tante, izinkan Khaliza ikut serta dalam acara kegiatan ini, kami berjanji, akan selalu berusaha untuk selalu bersama Khaliza, kami tidak akan membiarkan Khaliza sendirian di dalam kegiatan ini?" tutur Hanna ikut menambah kan
"huuh, baiklah nak, terima kasih, atas pengorbanan kalian, hingga kalian bersedia menginap di sini, hanya karena ingin mendapat kan izin, dari Om dan Tante" ucap Ayah terkesan sebentar, sebelum akhir nya "kakak, Ayah Bunda mengizinkan kakak, untuk mengikuti kegiatan ini, namun kakak juga harus menjaga diri kakak dengan baik di kegiatan ini nak" tutur Ayah
Bunda yang mendengar penuturan demi penuturan sang suami pun kini menjadi terkejut, sangat tersirat rasa terkejut dalam wajah dan sorotan kedua mata Bunda, "tapi yah?" tanya Bunda dengan gelisah
"sudah lah Bund, berikan mereka waktu untuk bersama, mereka begitu membutuh kan waktu kebersamaan, bahkan Syakira dan Hanna rela menginap di sini, menemani gadis kesayangan kita, putri kedua kita, demi mendapat kan izin dari kita, setidak nya, kita juga harus hargai, perjuangan mereka" tutur Ayah seraya tersenyum tipis kala menatap wajah asri sang istri
"tapi yaah, Bunda masih benar benar merasa khawatir" tutur Bunda dengan menggeleng pelan
"iya Bund, Ayah tahu kekhawatiran Bunda terhadap kakak, tapi Bund, kakak bukan anak kecil lagi sekarang, yang harus selalu kita kawal, dan awasi lagi seperti dulu, gadis kedua kita sudah dewasa sekarang Bund, bahkan dia sudah cukup bijak, dalam memutus kan suatu hal, lagi pula, Bunda dengar sendiri kan, apa kata Hanna tadi, mereka tidak akan membiarkan gadis kedua kita ini sendirian di sana, mereka akan selalu bersama Khaliza kita" ucap sang Ayah dengan tersenyum
mendengar penuturan seperti itu dari sang suami, kini hati Bunda pun mulai meluluh, hingga,,, "iya Yah, baiklah, Tante izin kan kalian untuk ajak gadis kedua Tante ini, tapi Tante juga pegang ucapan kalian yah, kalian harus selalu bersama dengan nya selama kalian di sana, jangan biar kan dia sendirian, hmmm?"
"iya Tante, kita akan selalu berusaha agar selalu bersama Khaliza di sana" ucap Hanna dengan semangat 45', yang di angguki oleh Syakira, terlihat kebahagiaan di pelupuk mata kedua sahabat nya ini
"udah lah Bund, lagi pula, sebagian dari guru mereka juga ikut serta kan, lusa, biar Ayah yang antar mereka ke sekolah dan sedikit berbicara, pada wali kelas kakak, dan kedua sahabat nya, Bunda nggak usah khawatir, anak gadis kita pasti akan baik baik saja" tutur sang Ayah dengan berusaha menenangkan, dan mengusap lembut bahu kiri Bunda
"iya Yah" jawab sang Bunda pada akhir nya, dengan menoleh ke samping kiri dan tersenyum
"makasih Om, Tante, atas izin nya, Tante tenang saja yah, kita akan selalu ada di sisi Khaliza kok, iya kan Na?" tanya Syakira menyenggol lengan Hanna di samping nya
"akh,, iya tuh Tan, jadi, Tante tenang saja yah, kita juga nggak akan biar kan Izza kenapa napa kok, kan Izza ini sahabat kita juga" tutur Hanna yang semakin menenangkan hati Bunda
"hmmm, iya sama sama, ya sudah, kalian bertiga, segera lah tidur, besok masih harus beli perlengkapan buat kemah kan?" jawab Ayah mengakhiri
"akh,, iya Om, kalau begitu, kami permisi dulu yah Om, Tante, kak Nisa, yuk Za?" ajak Syakira yang merasakan sedikit kantuk nya sudah datang
"iya,, Yaah, Buund, kak Nisa, aku sama Syakira sama Hanna pamit ke kamar duluan yah, mau istirahat?" pamit nya pada semua nya
"iya sayang, tidur nyenyak yah kak?" ucap Bunda dengan melambaikan tangan kanan ke arah nya
Khaliza dan kedua sahabat nya kini sudah berada di kamar nya, dengan nuansa hijau muda, kini, di ruang keluarga, tinggal menyisakan Ayah, Bunda, dan Nisa
"kakak, kakak nggak kasih tahu adik kakak perihal tadi siang pembicaraan Ayah Bunda dan Om Aydhan sama Tante Ammie sewaktu di caffe Mushlim kan?" tanya sang Ayah dengan mendapat kan anggukan dari Bunda
"hhhhh, ya nggak lah Yah, Bund, aku nggak kasih tahu Liza perihal itu kok, kan aku juga sudah janji nggak bakalan bilang, lagi pula,, kenapa sih, Ayah sama Bunda setuju sama kedua nya untuk Jo,,,," penuturan kak Nisa terpotong, kala Ayah menyentuh bibir kak Nisa dengan jari telunjuk
"sssssttt, jangan bicara kan ini di sini kak, kalau Khaliza mendengar nya bagaimana?" tutur Ayah
"maaf Yah, memang nya kenapa Ayah sama Bunda lakukan ini sama Liza, apa Ayah yakin, Liza bakalan mau dan menerima nya?" tanya kak Nisa, tersirat rasa tidak suka dalam hati kala mendapati hal ini terjadi
"ini bukan masalah kak, mau bagaimana pun, tali persaudaraan kita begitu erat dan lekat dengan mereka, lagi pula,, Ayah sama Bunda hanya ingin yang terbaik untuk adik nya kakak, juga Ayah yang sudah sangat percaya pada dia, Ayah juga yakin, adik nya kakak pasti akan mau menerima nya dengan hati yang ikhlas" tutur sang Ayah
"iya, Bunda setuju dengan pendapat Ayah, adik nya kakak satu ini adalah perempuan yang penurut, jadi,, Bunda rasa,, dia tidak akan mengecewakan kita" lanjut sang Bunda
"tapi Bund, Yah, tadi sore, dia sempat tanya sama Nisa lho, seperti nya,, dia dapat merasakan firasat, dari pembicaraan kita tadi siang?" tutur kak Nisa memberi tahu
"maksud dari pembicaraan kakak ini bagaimana?" tanya Bunda dengan rasa bingung
"iya kak, kenapa dia bisa mendapat firasat, apa kata nya, tadi di pesan kurang jelas?" tanya sang Ayah yang ikut kebingungan juga
"jadi tadi kan Nisa udah sempat kirim pesan sama Ayah tuh, lewat LINE, itu memang benar ada nya, Nisa khawatir dia akan tahu, Ayah tahu, tadi aja dia sampai bicara gini, hati dia tadi siang waktu dia masih di sekolah, nggak bisa setenang biasa nya Bund, Yah, telinga dia juga terasa agak panas gitu, kata nya sih gitu" tutur kak Nisa menjelas kan
"ooh, pantas saja dari cara dia bertanya sama Bunda ketus gitu, tanya dari mana, ketemu sama siapa" jawab Bunda yang sedikit mengerti karakter nya
"sudah lah, jangan pikir kan hal ini lagi, ya sudah kak, kita hanya mau kakak menjaga rahasia ini rapat rapat, nanti jika waktu nya sudah di rasa tepat, biar Ayah Bunda yang berbicara sama dia, sekarang bukan kah kakak juga haru istirahat juga yah?" tutur Ayah
"iya Yah, kalau gitu, Nisa pamit, mau istirahat juga" ucap kak Nisa sebelum akhir nya benar benar pergi dari hadapan kedua orang tua nya menuju kamar
_**Assalamualaikum Zahra_
Rabu, 5 Juli 2023**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments