..._Assalamualaikum Zahra_ ...
..._Sebuah Keputusan_ ...
..."sekuat apapun kamu menjaga, yang pergi akan tetap pergi, dan sekuat apapun kamu menolak, yang datang, akan tetap datang, begitu lah yang nama nya kehidupan" ...
..._Khaliza Sulistya Az Zahra_ ...
tanpa disadari, kini mobil yang tengah dikendarai Arsen yang telah terparkir rapi di parkiran sebuah bangunan yang terlihat seperti sebuah restoran
"kamu bangun kan dulu kakak kamu aja ya Sen, kakak akan tukar kan voucher ini terlebih dahulu?" ucap kak Nisa sambil melirik ke arah nya yang tengah tertidur lelap
"iya kak, nanti aku akan ajak kak Izza susuk kok, aku akan bangun kan dulu" jawab Arsen
melihat sang kakak sulung segera keluar dari dalam mobil, kini membuat Arsen beralih memandangi wajah teduh sang kakak kesayangan nya itu
"hmmm, kalau tidur, wajah kakak terlihat polos banget, aku aja nggak tahan lihat nya, kangen, pengen peluk kakak waktu tidur, pengen cium kakak, nggak terasa ya kak, 6 tahun ini, kita pisah, tapi aku cukup bangga punya kakak, yang selalu hibur aku, meski aku tahu, kakak sendiri tengah mengalami kesulitan, semoga Allah selalu melimpah kan rahmat-Nya kepada kakak ya kak?" gumam Arsen sambil tersenyum memandangi wajah teduh nya saat tertidur pulas
"ehm, kak, bangun yuk, kita sudah sampai?" tutur Arsen membangunkan sang kakak di samping nya
cukup satu kali saja, karena memang kebiasaan nya, jika diri nya tertidur, tidak susah bangun, atau bisa bangun sendiri meski dengan kesadaran yang masih setengah
"akh,, sudah sampai ya, ini kita di mana sih Sen, kok kakak agak asing ya sama tempat nya?" tanya nya sambil menutup mulut nya yang menguap kecil
mendengar pertanyaan yang dilontarkan sang kakak, membuat Arsen sendiri terkekeh, bahkan kakak nya itu tidak mengetahui di mana diri nya berada, padahal ini adalah tempat yang sedang booming di Jakarta yang luas ini
"xixi, seasing itu kah kakak, tidak pernah keluar rumah, hingga tidak mengetahui ini tempat apa, aku saja yang baru pulang tahu kok, ini tempat apa?" ujar Arsen yang membuat nya sedikit kesal
"hhhhh, terserah mu saja lah, kenal juga kamu harus ajak kakak ke tempat seperti ini" ketus nya seraya mengalih kan pandangan nya ke arah jalanan
"xixi, ini restoran kak, restoran Mushlim, bukan nya waktu itu kakak merajuk sama kak Nisa ya, pengen ke sini?" ujar Arsen
"hhhhh, seperti nya kak Nisa sama kamu benar benar sudah ghibahin aku ya selagi aku nggak ada, dia cerita apa aja sama kamu sih, sampai kamu hampir tahu semua nya gitu perihal kakak!" ucap nya yang masih ketus
"nggak ada kok, aku sama kak Nisa nggak ada ghibahin kakak waktu kakak kemah, cuman cerita aja, kata nya,,," ucapan Arsen yang sengaja di gantung, membuat nya merasa penasaran di samping nya dengan kening yang mengerut tentu nya
"kata nya apa, kak Nisa nggak cerita yang aneh aneh kan sama kamu, awas aja kalau cerita yang aneh aneh, apa lagi perihal,,," ucapan nya yang kini terpotong, kala mendengar Arsen berkata secepat kilat
"kakak itu mempunyai kakak kelas yang begitu menyukai kakak, tapi ya gitu, kakak nggak pekaan banget jadi perempuan" ujar Arsen dengan intonasi yang cepat namun rendah
mendengar ucapan sang adik, kini berhasil membuat nya membulatkan mata nya dan menoleh pada sang adik, sangat terlihat jika terkejut
"akh,, tuh kan, kalian sudah ghibahin aku, dosa tahu, kalian benar benar ya!" ujar nya kemudian semakin ketus
"xixi ya maaf kak, nggak akan jadi dosa kok, kan kakak sudah tahu langsung dari aku, bukan dari orang lain, lagi pula, aku sama kak Nisa waktu mau ghibahin kakak nya ngucap bismillah dulu, jadi nggak akan jadi dosa" jawab Arsen yang ngelantur, sambil terkikik dengan menutup mulut nya sendiri
"akh,, kak Nisa, kak Nisa di mana Sen, kok cuman tinggal kita saja yang di sini?" tanya nya saat menyadari ketidak hadiran sang kakak sulung di belakang nya
"huuh, tadi ngambek, sekarang baru tanya si kakak sulung ke mana, baru sadar ya kak?" ujar Arsen dengan jahil nya
"ish, jawab tinggal jawab aja kali Sen, kak Nisa di mana, kakak benar benar khawatir ini?" jawab nya dengan mendesis pelan
"yang di tinggal bentar aja sudah khawatir, waktu aku tinggal 6 tahun lama nya kemana, nggak ada rasa khawatir nya gitu?" ujar Arsen merasa cemburu dengan kakak nya sendiri "sesayang itu kah kakak sama kak Nisa, sampai lupa kan aku yang tengah merasakan rindu tanpa terbalas?" lanjut Arsen yang merasa sedikit kesal dengan tiba tiba
"oh jelas Sen, rasa khawatir yang kakak punya lebih kentara sama kak Nisa di banding kan dengan mu, kak Nisa selalu ada saat kakak sedang butuh sandaran, tempat mencurahkan segala keluh kesah kakak, sedang kan kamu, malah kekeh dengan pendirian mu, memilih meninggal kan kakak sekali pun waktu itu kamu tahu, bahwa kakak begitu membutuh kan kehadiran mu di sisi kakak, selain itu, kak Nisa juga mempunyai sifat yang begitu dekat dengan kakak, tidak seperti kamu, sifat kamu masih saja seperti itu, nggak pernah berubah, masih saja jahil, usil, dan susah di kasih tahu" tutur nya meluap kan segala kekesalan yang selama ini di pendam nya
mendengar pengucapan sang kakak, kini bukan nya membuat Arsen semakin marah, tapi malah membuat Arsen semakin di selimuti rasa bersalah dalam hati dan diri nya, juga mengenang, betapa terpuruk nya sang kakak yang begitu di sayangi nya itu karena putus asa, bukan nya ada di samping sang kakak, justru dia malah lebih memilih untuk melanjut kan pendidikan nya di luar negeri, tempat eyang nya menetap di sana
"maaf kan aku kak, bukan maksud aku untuk tinggal kan kakak kala itu, lagi pula, aku juga sering kok, bahkan kerap kali hubungi telepon rumah, bahkan aku nggak pernah sekali pun lupa tanya kan kabar kakak sama yang angkat panggilan, dan waktu itu kakak ke mana, sampai nggak bisa jawab panggilan dari aku,,," tutur Arsen yang terkesan sebentar "sudah lah kak, aku tahu kakak memang marah sama aku waktu itu, karena itu aku ucapkan maaf untuk itu, aku cukup tahu, bahkan aku juga sadar sepenuhnya, harus nya aku nggak tanya kan kabar kakak karena memang terlahir sebagai seseorang yang di penuhi dengan kesibukan" lanjut Arsen
"ya',, bukan gitu Sen, oke kakak yang salah kala itu nggak pernah angkat bicara sama kamu, kamu tahu kan, kalau kakak sudah mengikuti olimpiade waktu itu?" tutur nya yang bergantian merasa bersalah
"hmmm, iya aku cukup tahu kok kak, ya sudah, kita sudah di tunggu kak Nisa di dalam, yuk?" ajak Arsen dengan terkesan sedikit dingin
...°°°...
tiga remaja yang berbeda usia kini tengah duduk manis di salah satu meja caffe yang sedang trend ini, terlihat berkumpul dan bercanda ria, ya, dia lah Annisa, Khaliza, dan juga Arsen
di tengah canda an ketiga nya, kini, membuat si bungsu sadar dan benar benar bertanya
"kak, apa kakak yakin, dengan apa yang akan kakak jalani kelak, kehidupan di asrama pesantren Al Hikmah di Tangerang, kakak akan tinggal kan aku di sini sendiri?" tanya Arsen dengan tiba tiba, membuat nyari yang sebelum nya tersenyum riang menyantap makanan nya pun kini terdiam dengan seketika, juga Arsen yang mendadak menunduk kan kepala nya dalam
"mak,, maksud kamu, hhh nggak lah Sen, kamu punya pikiran dari mana, kakak nggak akan bisa tinggal kan kamu kok" jawab nya yang berusaha mengelak dan sontak saja langsung menatap wajah tampan sang adik di hadapan nya yang mulai menunduk kan kepala nya
"hhhhh, jangan bohong kak, dan jangan anggap aku nggak tahu perihal ini, asal kan kakak tahu, kakak nggak bisa ngelak lagi di depan ku, Arsen, adik kakak sekarang sudah tumbuh dewasa, aku bukan Arsen yang dulu yang bisa di bujuk hanya dengan sebuah mainan, dan sekarang aku sudah dewasa kak" ujar Arsen seraya mengalih kan pandangan nya ke arah lain, menghindari kontak mata dengan sang kakak
"kak Nisa ya?" tanya nya dengan menoleh ke arah kak Nisa di samping nya serta dengan senyum paksa khas nya
"bukan, bukan kak Nisa, maksud aku bukan hanya kak Nisa yang kasih tahu aku, tapi Ayah Bunda juga yang meminta pendapat aku mengenai hal ini" jawab arsen dengan nada dingin khas nya
"kenapa sih kak, semua perihal ku kakak ceritakan sama Arsen, padahal awal nya aku, tidak berniat untuk memberitahu nya, kenapa kakak cerita kan semua nya sama dia" ujar nya memandang kak Nisa yang merasa bersalah, namun masih dengan penuturan yang lemah lembut
"ketahui lah kak, bukan kak Nisa yang menceritakan nya kak, sudah ku bilang, Ayah sama Bunda yang cerita sama aku, meminta pendapat ku yang jelas jelas tidak pernah ku ingin kan hal ini terjadi sedikit pun, di sini, kak Nisa nggak bersalah, jadi, mungkin kah semua nya benar, kakak akan ikut tinggal kan aku di sini?" tanya Arsen lagi
"Arsen, yah, karena kamu terlanjur mengetahui nya, maka jawaban kakak adalah iya, kakak akan pergi dari kota ini" jawab nya pada akhir nya
"jadi kak juga, terlepas dari apa yang akan kak Nisa kejar, membiarkan aku kembali sendirian di sini, bagus,, kalian berdua pergi saja, jangan melihat dan pedulikan aku, hhh,, aku pikir aku siapa, berharap lebih agar kalian bisa selalu ada di samping ku?" tutur Arsen menertawa kan takdir nya "lalu, katakan, kenapa kakak berniat menyembunyikan hal ini dari ku?" lanjut Arsen dengan dingin nya
"Arsen, kakak mohon dengar kan kakak baik baik, kakak pergi ke sana, itu juga bukan kah kakak harus kejar apa yang menjadi karir dan impian kakak, menempuh pendidikan dan melanjutkan ilmu kakak, agar kakak bisa menjadi sosok yang kalian banggakan juga" tutur nya yang berusaha tegar, berpindah tempat duduk di samping Arsen dan mengusap lembut pundak sang adik
"nggak!!! aku tahu kak, kakak pergi ke sana memang untuk melanjutkan pendidikan kakak, tapi ini bukan keinginan kakak, melain kan Ayah Bunda yang menyuruh kakak kan, jangan anggap aku nggak tahu itu kak" ucap Arsen sambil menepis kasar tangan nya yang masih setia di bahu nya "untuk apa kakak lanjutkan pendidikan kakak jika kakak harus berpisah sama aku, untuk apa aku bangga sama kakak jika aku saja tidak suka dengan cara kakak menimba ilmu kakak jauh di negeri orang sana, lebih baik aku nggak pernah sekolah jika ujung ujung nya harus seperti ini juga" ujar Arsen dengan nada dingin, bahkan sedikit menaik kan intonasi nya dalam berbicara
mendapat tanggapan seperti itu, kini sontak membuat nya benar benar merasa terkejut, dan memandangi Nisa yang kini di hadapan nya dengan tatapan sayu nya meminta pendapat
'kakak percayakan semua nya sama kamu dek, kakak yakin kamu bisa menghadapi amarah nya, kakak di sini, dan akan tetap di sini menemani kalian' jawab kak Anisa yang seakan tahu arti dari tatapan nya dengan bahasa isyarat
mendapati saran dari sang kakak sulung, kini membuat nya mengerti apa yang harus dilakukan nya saat ini, diri nya pun kembali beralih pada Arsen di samping nya
"Arsen, kamu tidak boleh berbicara seperti itu, kakak tahu, ini semua keinginan Ayah sama Bunda, melainkan bukan keinginan kakak sendiri, juga atas dasar keinginan Ayah dan Bunda, tapi jika kakak bersikeras untuk berusaha menolak nya, pantas kah kakak disebut sebagai kakak sama kamu, lalu, pantas kah sikap kakak ini patut di contoh, kakak hanya ingin Ayah dan Bunda bahagia, mungkin ini adalah bentuk bakti kakak kepada kedua nya, dan kakak juga mau, kamu sekolah yang tinggi, kejar cita cita kamu hingga kamu berhasil" jawab nya dengan tenang, membuat Arsen menoleh ke arah nya dengan tatapan sayu nya
"tapi kak, Tangerang, itu bukan jarak yang dekat dari sini, iya aku tahu, Tangerang itu bisa disebut dekat karena perbatasan Jakarta, tapi,,, bahkan kita harus menghabiskan waktu untuk menuju ke sana dengan melewati bandara Soekarno-Hatta, selain itu,,," Arsen berhenti berkata, ragu melanjut kan kata kata nya atau tidak "waktu kebersamaan kita akan berkurang drastis, ini adalah hal yang aku takut takut kan sejak dulu, dengan kepergian ku, kini kedua kakak ku harus pergi juga setelah aku pulang" lanjut arsen dengan menunduk
"Arsen, kakak tahu, kamu begitu terpukul dengan apa yang kakak putus kan ini, bahkan kakak juga merasakan nya, tapi kakak juga harus kata kan ini, sejauh apapun kakak dari kamu, di manapun kakak berada, dan bagaimanapun kehidupan yang akan kakak tempuh nanti nya, kakak akan tetap menjadi kakak kamu, kakak yang akan selalu merindukan ke jahilan dan perhatian kecil dari kamu, kakak nggak akan jadi orang lain, selain itu, jika kamu merindukan kakak, kamu bisa menghubungi kakak lewat wartel, dengan saling mendo'akan, sejauh apapun kita, namun hati kita akan selalu merasa dekat" tutur nya mulai menenangkan sang adik
"kakak cukup tau ini keputusan yang cukup rumit bagi kakak, apa lagi kita, yang terikat dan terbilang begitu dekat, namun cepat atau lambat, ini lah yang akan terjadi juga, kamu bilang tadi kamu sudah dewasa, kamu pasti mengerti apa yang kakak ucap kan ini, kini usia kakak dan kak Nisa tidak lagi di bawah, begitu pun dengan usia mu, kita semua menginjak usia dewasa di mana kita akan mengalami masa muda dan masa remaja masing masing, jadi,,, apa kamu mengerti?" lanjut nya yang hanya melihat sang adik hanya terdiam termenung
"aku mengerti kak, tapi,, sungguh sulit bagi ku untuk menghadapi ini sendiri, aku takut, aku sungguh sungguh merasa takut, jika aku jauh sama kakak, aku nggak bisa cerita lagi sama kakak" tutur arsen dengan terus tertunduk
"kan tadi sudah kakak bilang, kamu bisa hubungi kakak lewat wartel, kakak akan menghubungi kamu di waktu libur, atau sepulang sekolah, dengan begitu kamu bisa cerita apapun sama kakak, atau kak Nisa, yah?" tutur nya yang malah terdengar begitu lembut
"sejauh itu kah kakak akan meninggal kan aku di sini?" tanya Arsen dengan sedikit luluh
"hhhhh, sejauh apapun kakak, kakak nggak akan menjadi milik orang lain Sen, di sana kakak hanya ingin menuntut ilmu, tidak lebih, percaya lah" tutur nya kembali mengingatkan
mendengar hal itu, kini membuat Arsen sedikit tenang, namun ragu, nyata nya masih singgah dalam benak nya
"ap,, apa kakak yakin dengan apa yang kakak ucap kan itu?" tanya Arsen seraya memandangi wajah sang kakak dengan intens
mendapati tanggapan dari sang adik, kini membuat nya tersenyum hangat dan penuh keyakinan
"ya, bagaimana tidak, kamu tenang saja, di sini, bukan keinginan kakak untuk pergi ke sana, jadi kemungkinan besar, kakak akan selalu meluang kan waktu kakak untuk bisa menghubungi kamu, kakak akan selalu teringat, dengan semua hal tentang mu, begitu juga dengan kak Nisa" jawab nya sambil menetap sang kakak sulung di hadapan nya
ketiga nya pun saling berpelukan hangat dan kembali merasakan kebahagiaan sesaat
_**Assalamualaikum Zahra_
Rabu, 12 Juli 2023**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments