..._Assalamualaikum Zahra_...
..._Di Balik Sebuah Alasan_ ...
..."dunia ini penuh dengan orang orang baik, jika kamu tidak dapat menemukan nya, maka jadi lah salah satu nya"...
..._Khaliza Sulistya Az Zahra_ ...
sedang kan dengan keadaan kamar nya di lantai atas
setelah beberapa menit kini kedua nya pun sampai di dalam kamar nya, dengan diri nya yang masih tertidur pulas di dalam gendongan sang adik bungsu
Arsen pun mulai menidurkan sang kakak dengan hati hati hingga sang kakak tidak terbangun dan terganggu dari tidur nya,,,
namun dengan sekilas, wajah polos sang kakak yang sedang tertidur pulas itu terlihat dan membuat Arsen berhenti sejenak, lebih memilih memandang wajah polos dan kakak
Arsen terlihat tersenyum hangat, hati nya selalu merasa tenang kala melihat wajah sang kakak
"xixi, wajah kakak begitu polos kala kakak tertidur, tapi jika kakak sudah bangun, pasti bawel nya kakak kambuh lagi, kakak itu keras kepala, tapi kenapa aku jadi makin sayang ya?" ujar Arsen sambil menyelimuti tubuh sang kakak
"kakak tahu nggak, sebenar nya aku sekolah di Istanbul merasa begitu berat, rasa nya harus pisah sama kakak, tapi aku ber syukur, setidak nya, kakak bisa kenali aku, sampai saat ini, ya meski pun awal nya kok nggak kenal dan hindari aku, mungkin merasa pangling kali ya, aku senang, kakak bisa main sama aku sejak kecil, kakak tahu nggak, waktu aku sekolah di sana, aku punya sahabat, aku begitu kasihan sama dia, dia bahkan belum pernah tahu wajah kakak nya seperti apa jika sekarang, karena dia bilang, kurang lebih, kakak nya itu seumuran sama kakak, mungkin kah kakak nya berubah, hhh, itu sudah pasti, orang sudah banyak perubahan dalam diri kakak juga, aku kagum sama kakak, kakak yang dulu aku tinggal kan kini sudah berubah, sekarang dia sudah dewasa, gadis di hadapan aku ini sudah bisa memberi kan aku pengertian lebih, bukan hanya ingin di mengerti, dan aku bangga, aku juga makin sayang, teman ku nggak tahu sikap dan sifat kakak nya seperti apa, aku begitu ber syukur, Allah tidak pernah pisah kan keluarga kita seperti apa yang pernah dialami nya, terkadang, aku juga kasihan sama dia kak, dia hanya bisa memendam masalah nya sendiri" tutur Arsen mulai berderai air mata dalam diam
"aku sayang sama kakak, aku nggak mau kehilangan kakak, aku nggak tahu akan seperti ini atau enggak nanti nya jika tanpa kakak di hidup aku, mungkin hari ini aku bisa melihat wajah ceria kakak, untuk yang terakhir kali nya, ke depan nya, entah lah kak, aku juga tidak tahu pasti, tapi,,, semoga aku selalu bisa ya?" ucap Arsen seraya terkekeh
setelah mengatakan hal itu, kini Arsen pun benar benar merebah kan tubuh nya di samping nya, dan memandangi wajah teduh sang kakak di samping nya ini
"tetap lah bahagia kak, meski siapa saja bisa membuat hati kakak rapuh, aku sayang sama kakak, cup" ucap Arsen sambil mengelus kemudian mencium hangat pipi kanan sang kakak yang sedang tertidur menghadap nya
"xixi, maaf ya kak, hari ini aku puitis banget ya, sok sokan cium cium kakak, pasti kakak marah kalau aku cium kakak dalam keadaan kakak ter bangun, ak,,, aku mungkin nggak bisa cium pipi kakak lain kali, tapi,,, ada rasa bahagia dalam diri aku, entah lah, aku bahagia saja, mimpi indah matahari nya Arsen?" ucap Arsen, lalu masuk ke dalam selimut yang sama dengan yang diri nya kenakan, juga memeluk erat tubuh sang kakak hingga ikut tertidur pulas
sedang kan dengan keadaan di ruang keluarga
terlihat kelompok keluarga yang sedang berkumpul, lebih tepat nya, berdiskusi membicarakan sesuatu, terlihat begitu serius, dengan usia yang berbeda beda
ya, itu lah Ayah, Bunda, dan juga kak Nisa, keluarga nya, tanpa diri nya dan Arsen tentu nya, karena kedua nya sedang di alam mimpi nya masing masing
saat setelah selesai makan, kini ketiga nya pun beralih berkumpul di ruang keluarga
"kata kakak, kakak sudah makan sama kedua adik nya kakak, kok makan lagi, nggak takut gemuk?" tanya Bunda seraya duduk di samping Ayah di hadapan kak Nisa
yah, meski kak Nisa sudah makan, namun nyata nya kak Nisa kembali ikut makan kala melihat hidangan yang benar benar di rasa begitu menggiurkan dan menggugah selera
"nggak Bund, nggak tahu, tiba tiba mood kakak rusak, jadi buruk, Bunda tahu kan, kalau mood kakak rusak kakak suka apa?" jawab kak Nisa dengan balik bertanya
pernyataan itu membuat Bunda dan Ayah yang mendengar nya menghela nafas panjang perlahan
"hmmm, iya Bunda tahu, kakak suka doyan makan kala kakak lagi ada pikiran, atau bahkan, mood kakak lagi kurang enak" jawab Bunda mengangguk angguk mengerti
"tapi kenapa, kakak pikirkan apa selama ini, kok bisa sampai rubah mood gitu, terlihat bete juga lagi?" kali ini, Ayah yang angkat bicara
sungguh ber banding terbalik, jika barusan kakak yang membuat Ayah Bunda menghela nafas panjang, kini sebalik nya, pembicaraan Ayah lah yang membuat kakak menghela nafas berat nya
"hhh, Yah, aku boleh tanya sesuatu nggak, sama Ayah?" tanya kak Nisa dengan raut wajah sedikit datar
"boleh dong kak, kakak mau tanya apa sama Ayah?" jawab Ayah dengan tenang
"Yah, apa Ayah serius dengan keputusan Ayah yang akan mendaftar kan Izza di asrama Tangerang?" tanya kak Nisa dengan memandangi wajah sang Ayah
namun hal itu juga sukses membuat Ayah Bunda menghela nafas panjang
"hhhhh, jadi karena memikirkan hal ini kakak jadi rubah mood?" tutur Bunda dengan helaan nafas panjang nya
"hhh, karena hal ini Bunda bilang, ini bukan hal kecil Bund, ini perihal yang begitu besar bagi Izza Bunda tahu itu, Ayah sama Bunda tinggal jawab saja pertanyaan kakak tadi" ujar kak Nisa juga dengan helaan nafas berat
"tidak, lebih tepat nya, Ayah Bunda sudah mendaftarkan nya di asrama sana, jadi nama nya sudah tertulis di catatan asrama Tangerang sana" jawab ayah dengan setenang mungkin
"sekali pun dia tidak menginginkan nya?" tanya kak Nisa lagi namun dengan mata yang sudah berkaca kaca
"sayang, Bunda tahu kakak kecewa dengan Ayah Bunda karena hal ini, tapi ketahuilah anak, Bunda Ayah hanya ingin yang terbaik untuk nya, lagi pula, dia juga dapat menerima nya kan?" tutur Bunda berusaha menenangkan si anak sulung
"iya dia memang menerima nya Bund, dan dia terlihat selalu baik baik saja, tapi,,, tidak bisa kah Ayah Bunda lihat siratan kepedihan di kedua pelupuk mata nya, kakak tahu itu, dia mungkin bisa menyembunyikan kepedihan dalam diri nya dari Ayah dan Bunda, tapi tidak dengan kakak, kakak bisa lihat itu, jangan anggap kakak tidak bisa melihat nya Bund, Yah" tutur kak Nisa beserta air mata yang lolos terjun ke pipi putih nya
"Ayah tahu kak, Ayah tahu hal itu, bahkan Ayah juga lihat siratan kepedihan di mata nya, tapi, Ayah ingin menguji nya, dia terlihat menerima nya, dia bisa sekuat itu, bahkan bisa menyembunyikan kesedihan yang di alami nya, Ayah bangga dengan nya kak, namun Ayah juga tidak ingin dia salah pergaulan, karena ini, Ayah takut"
"di waktu waktu ini, kemungkinan besar, Ayah Bunda akan sering bepergian, keluarga besar kita nggak ada yang dekat dari sini, semua nya di luar negeri atau kota, terlebih lagi, Ayah tidak bisa meninggal kan atau bahkan menunda pekerjaan Ayah, Ayah akan sering ke luar negeri atau kota untuk ini, kakak akan ke pulau Batam, Ayah Bunda yang akan jarang di rumah, itu cukup membuat Ayah takut dan berpikir, jika adik kakak akan selalu sendirian di rumah, terlebih adik bungsu kalian yang akan bertugas mengabdi pada negara, hanya dia di rumah sendiri, Ayah takut nak" tutur sang ayah memperlihat kan kesedihan dan kekhawatiran nya
mendengar hal itu, kini berhasil membuat kak Nisa tertegun, dan berpikir sejenak juga mencerna kata kata yang sang Ayah lontar kan
"sayang, Ayah sama Bunda hanya ingin yang terbaik buat adik perempuan kakak, dia bukan wanita biasa, yang bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang orang baru, Ayah tahu dia memang memiliki kecantikan yang luar biasa, kakak tahu, perihal dia yang banyak di ingin kan oleh sebagian besar tetangga kita?" tutur sang Ayah yang kini menatap sendu putri sulung di hadapan nya
mendengar hal itu, kini berhasil membuat kak Nisa semakin tertegun 'mengapa Ayah tahu perihal ini?' pikir kak Nisa
"A,,, Ayah tahu?" tanya kak Nisa dengan bingung
mendengar pertanyaan itu, kini membuat Ayah mengukir sedikit senyum, namun bukan nya terlihat senang, kini Ayah tersenyum getir, terkesan tersenyum penuh dengan rasa khawatir
"hhhhh, kak,, kak, jangan anggap Ayah nggak tahu perihal ini, Rakha, dia kan, pria lajang yang suka sama adik perempuan nya kakak, juga bapak bapak mesjid yang menginginkan Khaliza sebagai menantu mereka karena rumor nya, aura kecantikan dan ke shalihah han yang Khaliza miliki sudah terpancar sejak dia masih kecil, Ayah tahu semua itu kak, dan Ayah nggak bangga punya anak perempuan yang banyak di damba kan orang lain, bahkan hal itu, adalah hal terbesar, yang Ayah Bunda takut kan, apa lagi, jika kita sering tinggal kan dia sendiri di rumah, apa dia tidak akan menghadapi masalah atau bahkan fitnah?" tutur Ayah masih dengan tatapan khawatir
"Ayah melakukan hal ini, karena Ayah takut kak, Ayah takut jika dia akan terganggu, Ayah tahu itu membuat nya merasa risih, bukan senang, Ayah juga nggak senang jika harus berpisah lama sama dia, tapi rasa sayang Ayah sama dia mengalah kan semua nya, termasuk keinginan Ayah untuk tetap bersama dengan nya, percaya lah nak, Ayah tidak punya niatan buruk jika itu menyangkut anak Ayah, dia tidak tahu Ayah mengetahui hal ini, dan seandai nya jika dia tahu Ayah mengetahui hal ini, dia akan merasa malu dan perlahan menghindari ayah, simpan lah ini, Ayah percaya sama kakak" tutur Ayah seraya berdiri dari duduk nya
"Bund, sudah masuk waktu ashar, Ayah pamit ke mesjid dulu, mungkin pulang telat, ada hal yang harus Ayah tanya kan kepada pak kyai, Bunda imami kakak salat ya, biar Izza sama Arsen nyusul, assalamualaikum?" pamit dan pesan Ayah sebelum akhir nya benar benar pergi ke mesjid
"iya Ayah, Ayah hati hati di jalan, waalaikum salam warahmatullah" jawab Bunda setelah mencium punggung tangan kanan Ayah
beberapa menit kemudian
"kak, kini kakak dapat mendengar nya sendiri kan, apa yang Ayah bilang, Ayah khawatir dengan Izza, ayah begitu menyayangi nya, dan kesimpulan nya, Ayah nggak mau Izza salah jalan pergaulan?" tutur sang Bunda memandang sendu ke arah kak Nisa
"iya Bund, sekarang, kakak mengerti mengapa Ayah Bunda memutuskan hal ini untuk Khaliza" jawab kak Nisa dengan menunduk
"satu lagi,,, jangan kakak katakan alasan ayah mengenai pendaftaran nya ya kak, berjanji lah, ini rahasia" tutur Bunda sambil mengulur kan jari kelingking
hingga jari kelingking kedua nya bertautan, kini kedua nya pun memilih untuk shalat berjamaah di mushola kecil yang ada di rumah itu
_**Assalamualaikum Zahra_
Jum'at, 14 Juli 2023**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments