..._Assalamualaikum Zahra_...
..._Orang Tua Yang Mulia_...
..."Ketika aku selalu berusaha untuk tetap selalu bersabar, mengapa semua se menyakitkan ini, tidak kah ada lagi rasa manis dalam kehidupan untuk ku?"...
..._Khaliza Sulistya Az Zahra_...
Pagi yang cerah, dan langit dengan awan putih menambah kan keindahan di kediaman keluarga Al Hanand
KHALIZA SULISTYA AZ ZAHRA, adalah putri kedua dari KAMILA NUR LAILA dan ALIF BILAL AL HANAND, setelah ANNISA ILMA AL HANAND berusia lima tahun,,,
Khaliza tumbuh menjadi gadis yang pandai dalam bidang pendidikan dan akademik, namun diri nya harus merasa terusik, karena perlakuan manja dari keluarga nya, yah, selama ini keluarga nya selalu memanjakan nya, terutama dengan sang Bunda, lebih tepat nya lagi, Bunda KAMILA NUR LAILA, padahal sebenar nya, diri nya sendiri menginginkan kehidupan yang mandiri, namun Bunda nya memang selalu mengkhawatir kan keadaan nya, dengan kondisi diri nya,,,
hal itu pun kini berhasil membuat teman teman Khaliza selalu memojokkan nya, bahkan teman sekelas nya pun, selalu menjadi kan nya sebagai pusat pembicaraan dan perundingan, itu bahkan sangat membuat hati nya kian merasa terpuruk, sampai sampai, saat diri nya pergi ke sekolah, telinga nya selalu saja mendengar teman teman sekelas nya membicarakan nya di depan umum,,,
'dia itu anak yang manja'
'dia tidak mudah bergaul'
'dia anak yang sulit di mengerti'
'dia tidak pantas berada di sekolah ini'
'dia tidak patut di contoh'
'bagaimana bisa dia menuntut ilmu di sekolah negeri seperti ini?'
itu lah di antara nya cacian yang dapat di dengar nya, sampai suatu saat, seseorang datang untuk menghampiri nya, dan berbicara pada orang yang telah mengatakan kata kata yang cukup membuat nya merasa tidak nyaman itu,,,
"memang kenapa, jika orang tua nya selalu memanjakan nya, lalu, apa masalah nya dengan kalian, apa kalian merasa iri dengan nya?" tanya laki laki tersebut
mendengar hal itu pun, teman sekelas yang mempermalukan nya pun terdiam, dan menunduk kan kepala masing masing, sama hal nya dengan nya yang selalu menunduk kan kepala dan pandangan nya
"apa yang kalian pikir kan, apa kalian tidak memikir kan hati nya, sesakit dan sehancur apa kalian jika ada di posisi nya saat ini, dia selalu bersikap baik terhadap kalian, lalu,, apa kah ini balasan yang pantas dia dapat kan?" tanya laki laki ini lagi "semua orang tua wajar, memperlakukan putri mereka dengan memanjakan anak gadis nya, karena tidak ada orang tua, yang tidak menyayangi anak mereka!!" seru laki laki ini dengan berujar marah
mendengar apa yang di lontar kan laki laki yang memang di kenal sebagai kakak kelas mereka, semua nya langsung terdiam memaku, karena memang benar ada nya, kenyataan yang sangat tepat sasaran, mereka pun membenar kan dalam hati masing masing
"Khaliza!!" panggil seorang gadis yang terlihat seusia dengan nya, terlihat melambaikan tangan kanan ke arah nya dari kejauhan sana, kemudian menghampiri nya
"iya, ada apa Ra?" setelah sekian lama nya menunduk dan terdiam, kini dia pun baru menoleh dan mengeluar kan suara nya, melihat kehadiran sang sahabat di samping nya, membuat hati nya lega
"aku cari cari ternyata kamu di sini, ayo ke kantin, aku belum sarapan, temani aku sarapan yah?" ajak sahabat nya ini, sambil memegang tangan kanan nya, hendak menarik nya
"yah, baiklah, maaf kak, makasih, semua nya, saya permisi, assalamualaikum?" ucap nya pada kakak kelas nya itu, dengan berlari, karena tangan nya tengah di tarik oleh sahabat karib nya
"iya Za, tidak masalah, hati hati, waalaikum salam warahmatullah" jawab laki laki ini sambil tetap menatap punggung nya yang mulai menjauh dari depan papan pengumuman, tempat nya semula
"apa kalian lihat itu, dia bahkan terlihat menghindari kalian, teman kelas nya sendiri, karena apa, karena perlakuan buruk yang selama ini kalian lakukan terhadap nya, padahal dia tidak mempunyai masalah apapun dengan kalian, dia selalu saja bersikap lembut dan hangat pada kalian, meski kalian sering kali membuat nya terpuruk" ujar laki laki ini dengan memperlihat kan tatapan tajam nya
"ma,, maaf kak?" ucap semua nya serempak, masih dengan tundukan kepala masing masing
"kalian lakukan kesalahan ini pada Khaliza, jadi minta maaf lah pada Khaliza, bukan pada saya, saya tidak mau mendengar atau melihat hal ini terulang lagi, apa lagi dari mulut kalian bertiga, jika itu terjadi, saya tidak akan segan, untuk melaporkan semua tindakan yang telah kalian lakukan pada nya, pada guru BK!!" seru laki laki ini dengan memperingati, bahkan terdengar sangat marah, entah kenapa
"iya kak, kita akan meminta maaf, kepada Aliza, kami permisi?" ucap salah satu dari ketiga nya, kemudian berlalu pergi
"semoga Khaliza mau memaaf kan semua perbuatan yang telah kalian lakukan pada nya selama ini" ucap laki laki tersebut
RAFFISHQI PRATAMA, senior nya sejak diri nya menduduki bangku kelas VII, laki laki yang cukup populer di MTSN JAKARTA, kapten tim basket, juga ketua OSIS di sekolah ini, cukup banyak siswi yang ingin mempunyai hubungan dekat dengan nya, namun entah lah, sampai saat ini, tidak ada yang bisa menarik perhatian nya, berbeda dengan Khaliza yang bahkan tidak pernah berniat sedikit pun untuk menarik perhatian laki laki ini, kemauan laki laki ini saja, konon kata nya, Khaliza mempunyai aura yang berbeda dari yang lain? padahal secara pribadi, Khaliza ini gadis nya begitu pemalu dan bahkan pendiam,,
"Za, kamu nggak apa apa kan, jangan di masukin ke hati yah, ucapan mereka tadi, mulut mereka tuh memang suka asal jeplak aja, mungkin mereka iri karena kamu selalu menduduki peringkat pertama di kelas" ujar sahabat nya sambil memakan bakso yang sudah di hadapan kedua nya
"iya nggak masalah Ra, lagi pula, aku juga nggak kenapa kenapa kok, mungkin hati aku sudah terbiasa dengan ini" jawab nya sambil tersenyum tipis
"hati kamu memang kuat banget deh Za, hati kamu terbuat dari apa sih, sampai hampir tiap hari dapat perlakuan kayak gitu kamu masih baik baik in mereka, aku salut sama kamu, di saat mereka cukup sering membuat mu cukup terpuruk, kamu selalu saja memaaf kan semua kesalahan yang mereka perbuat, selama ini aku nggak salah pilih sahabat" seru sahabat nya yang terkagum dengan sikap nya ini
"hmmm, kamu bisa aja Ra, biasa aja kali, nggak perlu di lebih lebih kan" tutur nya rendah hati
"dih, memang kayak gitu kenyataan nya kok" jawab sahabat nya lagi yang berhasil membuat nya menggeleng tak heran
akh yah, SYAKIRA ANINDHIRA, sahabat karib nya semenjak diri nya menduduki bangku kelas VII, cukup pemberani, sedikit bar bar, juga tidak pernah takut dengan siapa pun, si paling peduli dengan diri nya
"eh Za, tapi tadi aku lihat, kamu,, di belain yah, sama kak Raffi, waah, kamu memang beruntung banget deh Za, bisa dekat gitu sama kak Raffi, padahal kan, yang lain susah, kalau mau ada hubungan atau dekat dengan kak Raffi?" cerocos Syakira yang mulai bar bar, menaut kan kedua masing masing tangan nya
"apaan sih Ra, aku nggak terlalu dekat kok, sama kak Raffi, dia memang bantu aku, tapi itu secara kemanusiaan terhadap adik kelas" tutur nya mengelak
"alah, udah deh Za, kamu nya aja yang kurang peka, dari awal kita masuk di pertengahan kelas VII itu, aku tuh udah tahu, kalau dia itu suka sama kamu Za, tapi kenapa kamu selalu menghindari nya sih?" tanya Syakira yang memang selalu merasa heran dengan setiap tanggapan dari nya perihal kakak kelas nya itu
"Ra, aku sama kak Raffi itu, nggak ada hubungan apa apa, kalau ada nya juga, nggak lebih dari sebatas kakak, dan adik kelas, itu aja" jelas nya yang mulai menanggapi dengan serius
"hhhhh, kamu peka dikit dong Za, dia itu naksir sama kamu, kamu tahu kan, dia itu jarang banget yang nama nya dekat, apa lagi sama yang nama nya perempuan, kecuali kamu?" ujar Syakira lagi
"iya Ra, aku tahu itu, tapi,, nggak lah Ra, nggak mungkin dia naksir sama aku, ya kali kak Raffi mau sama aku, aku masih banyak kekurangan, dan aku nggak pantas buat dia, dia berhak mendapat kan yang lebih dari aku, bukan nya di luar sana banyak yang mau dekat sama dia?" tutur nya berusaha menjelas kan selembut lembut nya
"akh,, ya udah deh, kalau bicara perihal dia sama kamu, aku selalu kalah, tapi kamu harus ingat satu hal Za, peka Za, peka!" ucap Syakira pada akhir nya yang hanya bisa memperingat kan nya
"kamu ini, ada ada aja deh" ucap nya dengan senyuman dan gelengan kepala nya, karena dia berhasil meyakin kan sahabat nya itu
tanpa di ketahui kedua nya, sepasang mata telah melihat, bahkan kedua telinga nya pun telah mendengar pembicaraan kedua gadis lugu ini, dia adalah Raffi sendiri, laki laki ini terlihat tersenyum, sambil membatin
'Zaa, Za, teman kamu aja peka, sama sikap dan perasaan aku ke kamu, lalu kenapa kamu sendiri nggak pernah peka sih, sama perasaan aku, bahwa aku tuh suka banget sama kamu, apakah mungkin memang cara mendapat kan cinta kamu itu memang sulit Za, tapi aku akan tetap berusaha, agar bisa meraih hati kamu' batin Raffi dari kejauhan
"teh Izzaa!!" panggil seseorang dari kejauhan, terdengar sedikit berteriak memanggil nama nya, menyadarkan nya yang tengah asyik memakan batagor
"eh Ratih, ada apa?" jawab nya yang di akhiri dengan pertanyaan juga dan menoleh ke arah adik kelas nya
"aku dengar, teh Izza di gosip in lagi yah, sama teman sekelas nya teh Izza, teh Izza nggak kenapa kenapa kan?" tanya adik kelas nya yang memang di kenal sebagai Ratih, seraya duduk di samping nya
"alhamdulillaah, teh Izza nggak kenapa kenapa Ratih, udah, nggak usah bahas itu lagi yah, teteh nggak kenapa napa kok" tutur nya berusaha menenangkan
"iiiih teh Izza, memang nya nggak boleh yah, jika aku mengkhawatirkan teteh?" ujar Ratih dengan bersedekap juga dengan mulut yang di maju kan (cemberut/merajuk)
"hmmm, bukan begitu Ratih, ya udah, maafin teteh yah, tapi beneran deh, teteh nggak kenapa kenapa kok, beneran deh?" tutur nya berusaha meyakinkan
"hmmm, syukur lah kalau memang nggak terjadi apa apa sama teteh, harus nya aku yang minta maaf, aku nggak ada di samping teteh, saat teman teteh melakukan itu semua" ucap Ratih sambil menunduk merasa bersalah
"sudah lah Ratih, teteh nggak apa apa kok, kamu lihat sendiri kan, teteh baik baik saja, teteh sedang makan batagor, kamu mau nggak, biar teteh yang pesan kan?" tawar nya mengalih kan pembicaraan alias tidak ingin adik kelas nya ini merasa bersalah terus menerus
"nggak teh makasih, aku udah makan sama teman teman ku?" jawab Ratih sambil tersenyum tipis
"eh Ratih, teteh kamu ini, memang gini orang nya, di khawatirin malah balik nenangin, nggak suka juga tuh, buat orang khawatir berlebihan karna nya?" ujar Syakira yang menoleh ke arah Ratih
"iya dong teh, siapa dulu, teh Izza gitu lho?" jawab Ratih dengan bangga
"tapi Ratih, kenapa kamu panggil Aliza sama aku dengan embel embel teteh sih?" tanya Syakira yang memang sudah merasa penasaran sejak tadi
"duuh, teh Syakira itu lupa atau gimana sih, kan aku ini ada darah dan keturunan Bandung nya juga, ya walau pun aku tinggal di Purbalingga Jawa tengah, jangan jangan teh Syakira ini lupa yah, aku bukan nya nggak mau panggil kakak atau yang lain, tapi ini memang adat istiadat orang darah atau keturunan Bandung nya gitu" jelas Ratih mengingat kan
"ooh gitu, iya, aku baru ingat, Khaliza sempat cerita kok sama aku perihal ini, maaf yah Ratih, aku lupa?" ucap Syakira kala sudah kembali mengingat
"iya teh, nggak masalah, ya udah teh, aku gabung sama teman teman aku dulu yah, teh Syakira, tolong temani teteh aku yah, jangan sampai lecet?" ujar Ratih dengan candaan seraya beranjak
"iya Ratih, kamu tenang aja, aku juga nggak bakalan biar kan sahabat aku ini lecet sedikit pun" jawab Syakira
RATIH AMIERA AL FAHIRA, sosok adik kelas nya, saat diri nya masih menduduki bangku kelas VIII, sampai se jauh ini, hubungan kedua nya terbilang sangat dekat, bahkan gadis si pemilik darah Bandung ini sudah menganggap nya sebagai kakak nya sendiri, tentu begitu menyayangi nya, begitu pun sebalik nya
_Setelah Kepergian Ratih_
"Za, sampai sejauh ini aku lihat, kayak nya, Ratih memang sudah sayang banget yah, sama kamu, sampai sampai, dia kayak anggap kamu sebagai kakak nya sendiri?" imbuh Syakira yang melihat nyata keakraban kedua nya
"hmmm, iya Ra, aku juga begitu menyayangi nya, entah lah, kita bisa se akrab ini sejak awal aku duduk di kelas VIII" jawab nya dengan tersenyum tipis
_Setelah Jam Istirahat_
"eh Za, kira kira, Hanna kapan pulang yah, udah cukup lama juga aku nggak dengar ocehan nya?" tanya Syakira setelah kedua nya menyelesai kan pelajaran pertama nya
"tumben kamu tanyain Hanna Ra, biasa nya kalian debat terus kalau ketemu, sekarang kenapa kamu tiba tiba tanya kan dia?" tanya nya kembali yang sudah tahu sifat asli dari kedua sahabat nya ini
selain Syakira, diri nya mempunyai satu sahabat karib yang lain lagi, Hanna, gadis blasteran indonesia-pakistan ini adalah teman ribut Syakira, kedua nya jarang sekali akur di sekolah
"entah lah Za, aku rasa, perlakuan ku selama ini sama dia, itu juga yang membuat hubungan kita semakin dekat, karena itu, aku kangen sama dia, beberapa bulan terakhir ini, kita bahkan belum juga bertemu kembali dengan nya" tutur Syakira seraya menunduk dalam
"iya Ra, apa yang kamu bilang nggak ada yang salah, huuh, kenapa dia harus ambil cuti sekolah selama ini sih, nggak kangen juga memang nya, sama dua sahabat karib nya ini?" tanya nya dengan berujar
"huuh, ya udah lah, kita ke kantin aja ya, nanti aku coba kembali hubungin dia lagi, dan tanya kan kabar nya" ucap Syakira saya beranjak berdiri dan menggandeng tangan nya
"Iya yuk?" jawab nya mulai mengikuti Syakira dengan tangan saling bergandengan
_sesampainya di kantin_
mereka berdua pun duduk di salah satu kumpulan kursi dan meja di kantin setelah memesan makanan favorit mereka masing masing
"Za, memang nya, kamu belum juga dikasih pegangan ponsel sama Ayah kamu yah?" tanya Syakira dengan tiba tiba, saat kedua nya sudah sama sama duduk
"hmmm, kayak nya belum deh, aku juga nggak terlalu mempermasalah kan itu, ya udah lah, memang nya kenapa Ra?" tanya nya kemudian
"hhhhh, kenapa gitu sih Za, aku jadi susah menghubungi kamu tahu, kamu minta dibeliin ponsel sama Ayah kamu aja yah?" bujuk Syakira dengan wajah memelas
"nggak Ra, aku nggak berani lakukan itu, lagi pula,, Ayah aku sudah pernah bilang, jika aku dikasih ponsel dalam waktu dekat ini, yang ada aku kurang belajar, jadi aku nggak mau itu terjadi" jawab nya mengutarakan isi hati nya
"ya udah deh, kalau memang itu mau kamu, tapi nih, ini nomor ponsel aku, jika kamu sudah dikasih pegangan ponsel sama Ayah kamu, jangan lupa untuk menghubungi aku ya Za?" ucap Syakira seraya mengulurkan selembar sticky note pada nya
"hmmm, baiklah baik" jawab nya sambil menerima sticky note tersebut
_waktu terus berjalan, hingga akhir nya, bel tanda masuk kelas pun berbunyi dengan nyaring_
"selamat siang anak anak, baiklah, karena hari ini hari Jum'at, besok akan ada pengumuman buat semua nya, ibu harap, kalian bisa hadir semua besok" ucap Bu Febri pada semua murid nya itu
"baik bu" jawab semua nya serempak
"baiklah, sekarang, jam kalian kosong, kalian boleh pulang, ibu permisi dulu" ucap Bu Febri dan langsung melenggang pergi meninggal kan ruang kelas
beberapa menit kemudian setelah Bu Febri keluar dari ruang kelas, tiga orang teman kelas nya yang tadi memojokkan nya, menghampiri meja nya yang berada di paling depan
diri nya yang tengah memasuk kan beberapa buku ke dalam tas nya pun kini sedikit terkejut melihat tatapan sendu yang ditujukan ke arah nya
"Liza, maafin kita ya, buat yang tadi pagi?" ucap Yura meminta maaf
"iya Liza, kita beneran gak ada maksud buat singgung lo?" tambah Nay yang kemudian menunduk kan kepala nya
"iya Za, kita harap, lo mau maafin semua kesalahan yang sering kita lakuin sama lo?" timpal Rossi dengan tatapan bersedih dan menyesal nya
Syakira yang melihat adegan di depan nya, seketika balas memandang mereka dengan tatapan sinis nya, juga dengan bersedekap
"halah, palingan juga cuman permintaan maaf palsu aja, udah deh, kalian harus nya sadar dong, kesalahan yang kalian perbuat itu udah kelewatan banget, terutama nggak bisa di maaf kan" ujar Syakira yang tidak terima dengan diri nya yang selalu mendapat kan perlakuan tidak baik dari ketiga nya
"kita cukup tahu Ra, kesalahan kita memang benar benar kelewatan sama Liza, tapi Za, kita mohon, lo mau ya, maafin semua kesalahan kita, please Za, tolong kasih kita satu kesempatan lagi buat benerin semua nya?" ucap Yura dengan lembut
"iya Za, apa yang di bilang Yura memang benar, kita benar benar tulus minta maaf sama lo, sekarang gue sadar, kalau lo nggak pantas nerima semua perlakuan buruk kita, gue mohon Za, gue benar benar minta maaf ya, sama teman teman gue juga?" ucap Nay dengan mata yang sudah berkaca kaca
"gue cukup tahu Za, kesalahan kita memang cukup susah buat lo maafin, karena kita udah bikin lo hampir nyerah, tapi gue mohon Za, gue sama kedua sahabat gue ini hanya butuh satu kesempatan lagi buat perbaiki semua nya sama lo" ujar Rossi
"halah, omong kosong!!" ujar Syakira
diri nya yang tadi nya terkejut semakin merasa terkejut saja, apalagi setelah mendengar penuturan demi penuturan yang tiga teman satu kelas nya itu lontar kan
"udah lah Ra, mungkin kita memang harus kasih mereka kesempatan, agar mereka bisa berbuat baik lagi, mereka juga pantas mendapatkan nya" imbuh nya pada Syakira di samping nya
"tapi Za, mereka udah begitu keterlaluan sama kamu, tapi kamu semudah itu percaya sama mereka?" jawab Syakira yang merasa heran terhadap nya
"aku nggak papa kok Ra, gak ada salah nya kan, kalau mereka mau mencoba berbuat lebih baik lagi, aku percaya kok, mereka pasti akan menempati ucapan mereka sama kita" tutur nya "udah, nggak papa ya, aku udah memaafkan kesalahan kalian kok, maaf kan kesalahan aku juga ya, kalau aku punya banyak salah sama kalian?" lanjut nya dengan penuturan yang lembut
"Makasih ya Za, walaupun kita selalu nyakitin lo, tapi, lo nggak pernah berhenti buat berbuat baik sama kita, lo juga nggak pernah punya rasa dendam, sama kita?" ucap Yura seraya memeluk tubuh nya dengan erat
"iya, walaupun perlakuan sama perilaku kita selalu buruk sama lo, tapi lo nggak pernah buat kita kecewa?" lanjut Rossi sambil tersenyum
"hmmm iya, udah yah, kalian nggak perlu minta maaf lagi, aku udah maafin kalian kok, kalian kan, teman aku juga di kelas ini" jawab nya lembut dan menerima pelukan dari Yura
"Makasih ya Za, lo juga udah anggap kita sebagai teman lo, padahal sejauh ini perlakuan kita selalu buruk sama lo" ucap Nay, seraya ikut memeluk tubuh nya
"iya nggak papa, ada masalah kok Nay" jawab nya lembut
Untuk sejenak mereka berlima pun berpelukan bersama,, hingga akhirnya,,,
"Sekali lagi makasih ya Za, buat semua nya, kalau gitu, kita pulang duluan ya, lo sama Syakira mau bareng sama kita nggak, biar sekalian kita anterin?" tawar Rossi
"iya sama sama, nggak papa, kalian duluan aja, aku sama Syakira aja" jawab nya sambil tersenyum tipis
"ya udah kalau gitu kita duluan ya Za, Ra?" pamit Nay pada kedua nya
"iya" jawab nya sambil tersenyum simpul
setelah ketiga teman nya itu pamit undur diri, kini kedua sahabat yang tersisa ini pun saling pandang lantas tersenyum, dan memilih melanjutkan pulang bersama
kedua nya kini telah sampai di kompleks perumahan nya, namun tiba tiba
'eeh, neng Khaliza, baru pulang sekolah ya neng, mau aa' Rakha anterin nggak neng?' sapa pria lajang yang kini menghampiri kedua nya yang tengah berjalan, dan memang di kenal dengan nama Rakha
'nggak kak, makasih, Liza ditunggu Ayah Bunda di rumah, permisi kak?' jawab nya seraya menunduk kan pandangan nya kala pria lajang itu menghampiri nya
'eeh, ada neng Syakira juga rupa nya, mau aa' Wahyu anterin juga nggak neng, sayang loh, ini motor nya nganggur?' siapa pria lajang lain nya yang kini melihat kehadiran Syakira di samping nya, dan dikenal dengan nama Wahyu yang tengah mengendarai sepeda motor
'enggak kak makasih, saya sudah ditunggu Mama sama Papa juga di rumah' jawab Syakira
'yaah, kok gitu sih neng, biar aa' anterin aja ya neng, biar agak cepat sampai rumah nya?' tanya Wahyu yang terdengar sedikit memaksa
'enggak kak makasih, saya sama Liza aja, kami permisi?' ucap Shakira seraya terburu buru bergegas pergi dan menarik tangan kanan nya yang masih terdiam menunduk
'ya udah deh neng, aa' nggak maksa, kalau neng Syakira benar benar enggak mau aa' anterin, tapi tolong sampai kan salam aa' buat Mama sama Papa kamu ya neng, tolong sampai kan, ada salam hangat, dari calon mantu nya, untuk calon mertua terhormat' ujar Wahyu yang melihat kepergian Syakira
Syakira yang mendengar hal tersebut, kini membulat kan mata nya sempurna, sambil menatap nya di samping nya yang kini terkekeh geli
"udah tuh, sampein aja salam nya kak Wahyu sama Mama dan Papa kamu, jangan lupa bilang juga, ada salam hangat dari calon mantu nya" goda nya pada sahabat karib nya itu sambil menutup mulut nya dengan tangan kanan nya kegelian
"kamu apaan sih Za, nggak lucu tahu, aku masih mau sekolah, gak ada yang nama nya mantu mantu an yah, aku nggak suka" ujar Syakira dengan sedikit kesal sambil bersedekap yang mendapat tanggapan senyuman tipis dari nya sendiri
kedua nya pun mulai melanjutkan kembali perjalanan untuk pulang ke rumah masing masing, namun langkah yang mereka ambil seketika terhenti, dan mereka pun sedikit terkejut karena dibuat tercengang kala mendengar ucapan kedua pria lajang yang baru saja menghampiri mereka itu
'kenapa lo suka sama neng Khaliza Kha'
'kenapa juga lo suka sama neng Syakira Yu?'
'gue suka sama neng Khaliza neng Khaliza itu beda banget sama yang lain Yu, gue tertarik sama kecantikan nya'
'gue rasa juga gitu Yu, tapi sayang nya, mereka sama sama pemalu yah Yu?'
'iya Kha, karena itu, gue agak susah juga, buat raih hati nya neng Khaliza'
'sama Yu, gue juga gitu kali'
'tapi maaf maaf yah Kha, bukan nya maksud gue mau singgung hati lo, tapi, lihat deh neng Khaliza, dia pakai apa nama nya tuh, hijab yah kalau nggak salah, lo kan nggak bisa lihat wajah nya dia secara sempurna gitu, tapi kenapa lo bisa se yakin itu sama neng Khaliza Kha?'
'lah, lo gimana sih Yu, lo juga lupa yah, neng Syakira kan juga pakai yang kayak begituan?'
'lo memang ada benar nya juga sih, tapi kan neng Khaliza suka tunduk in kepala nya kalau jalan, nggak sama lah, sama neng Syakira'
'justru itu yang gue kagumi dari neng Khaliza Yu, dia tutupin wajah nya dia sama hijab, gue nggak mandang fisik kok, kalau sama neng Khaliza, gue lihat kecantikan dia dari hati nya'
'idiiih, sok sok'an lihat dari hati lihat dari hati, pala lo dari hati, semut aja lo masih rabun lihat nya, apa lagi hati nya neng Khaliza?'
'lo gimana sih, gue kan lagi belajar, gimana cara nya agar dapat kan cinta nya neng Khaliza, kalau gue boleh jujur yah, neng Khaliza nya mah baik, malahan baik banget, tapi yang jadi penghalangan nya itu, Om Bilal, gue takut banget sama Om Bilal nya Yu'
'iya yah, Om Bilal itu orang nya memang tegas banget?'
'naah, tuh lo tahu!'
'iya, tapi lo jangan gampang nyerah yah, buat deketin neng Khaliza nya, semangat!!'
'iya, makasih?'
'iya, nggak masalah'
tanpa mereka semua sadari, kini sepasang mata dan sepasang telinga tengah melihat dan bahkan mendengar jelas pembicaraan yang sudah semua nya lontar kan
sedangkan yang sedang menjadi topik pembicaraan, setelah mendengar dua pria lajang berkata seperti itu, hanya membuat kedua nya terkekeh kecil, dan lebih memilih kembali melanjutkan langkah kaki yang sempat terhenti
"sulit banget buat dapetin kamu kata nya Za" ujar Syakira pada sahabat karib di samping nya itu sambil terkekeh
"kamu apaan sih Ra, biasa aja kali" jawab nya yang merasa malas menanggapi
"Iya, tapi beneran lho Za, aku benar benar dibuat penasaran deh, jodoh kamu kira kira siapa ya, siapa nih, laki laki beruntung yang bisa raih hati sahabat aku yang pemalu ini?" seru Syakira sambil menaik turun kan kedua alis nya menggoda nya
"kamu apaan sih Ra, udah akh, jangan dulu bahas masalah itu, aku nggak mau ya, aku nggak suka" ucap nya
"oh ayo lah Za, ini bukan masalah, ini bahkan masa depan kamu, kelak, semoga masa depan kamu cerah yah Za?" ucap Syakira mengakhiri pembicaraan
"allahumma aamiin, semoga saja yah Ra, tapi,, bukan hanya masa depan aku aja kali yang semoga cerah, masa depan kamu sama Hanna juga semoga cerah" jawab nya mengingat kan
"iya allahumma aamiin, semoga saja yah?" ucap Syakira
"dan, apapun itu masalah nya, sama siapa pun jodoh dan imam kita nanti nya, kita harus tetap menghormati dia, kita harus tetap menghargai dia sebagai suami kita kelak ya Za?" ucap Syakira yang meminta persetujuan dari nya
"hmmm, iya Ra, In Shaa Allah,," jawab nya membenar kan
_setelah sampai di rumah masing masing_
_kediaman Al Hanand_
"assalamualaikum?" ucap nya saat kedua kaki nya diayunkan memasuki rumah bernuansa putih itu
"waalaikum salam warahmatullah, kak, udah pulang, gimana sekolah nya, lancar?" jawab Bunda saat melihat nya menenteng kedua sepatu nya
"hmmm, alhamdulillaah, lancar Bund, Ayah ke mana?" tanya nya sambil mengedarkan pandangan nya, mencari sosok Ayah tersayang nya, sambil mencium tangan kanan Bunda
"Ayah ke kantor sayang, ya udah, kamu bersih-bersih dulu, shalat, habis itu makan, Bunda udah siap kan nasi goreng kesukaan kakak" tutur Bunda dengan lembut kala menerima ciuman tangan dari sang gadis kedua
"ooh gitu, ya udah Bund, kalau gitu, kakak ke kamar duluan ya?" pamit nya kemudian berjalan menaiki anak tangga dengan perlahan
"Iya sayang, Bunda tunggu di meja makan" jawab Bunda sambil memperhatikan anak gadis nya ini yang tengah menaiki anak tangga hingga sampai pintu kamar sang anak tertutup dengan sempurna
Hingga,,,
"assalamualaikum?" ucapan lembut seseorang yang tengah masuk ke dalam rumah, kemudian menghampiri Bunda
"waalaikum salam warahmatullah, kakak, udah pulang, gimana kampus kakak, lancar?" jawab Bunda balik bertanya sambil menerima ciuman tangan dari Annisa, kakak sulung nya
"alhamdulillaah Bund, lancar lancar aja, oh iya Bund, kok rumah sepi, nggak biasa nya, apakah Bunda sendirian?" tanya Annisa yang merasa kurang ramai, tidak seperti biasa nya
"Ayah ke kantor, dapat kabar tiba tiba meeting, Khaliza baru aja pulang sekolah, langsung Bunda suruh buat bersih bersih, palingan, bentar lagi Ayah pulang, kata nya si', Ayah mau makan siang di rumah sehabis meeting nya selesai" jelas Bunda
"Ooh, gitu ya Bund, ya udah deh, kalau gitu kakak juga ganti baju dulu deh, mau cuci muka juga" ucap Annisa seraya kembali berjalan ke arah kamar nya setelah sebelum nya mendapat anggukan dari Bunda sebagai jawaban
_makan siang pun dimulai, dengan keluarga yang lengkap_
semua nya terlihat fokus, dengan makanan yang ada di hadapan mereka masing masing, kini, hanya suara dentingan sendok, dan garpu saja yang terdengar di ruangan itu, hingga pada akhirnya,,,
"Ayah, Bunda?" panggilan Annisa berhasil memecah kan keheningan di dalam ruang makan ini, dan berhasil membuat Ayah dan Bunda menoleh
"iya kenapa kak?" jawab Ayah yang sedang menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut, seraya menoleh ke arah putri sulung nya itu
"iya kak kenapa, apa ada masalah?" tanya Bunda yang memang sontak saja menoleh ke arah Annisa yang memanggil
"Ayah sama Bunda masih ingat nggak, tempo hari lalu, Nisa titip berkas lamaran kerja Nisa sama Dhista?" tanya Annisa seraya menelan makanan di dalam mulut
"iya, terus kenapa?" jawab Ayah yang memang diakhiri dengan pertanyaan juga
"hhhhh,, jadi gini Yah, Bund, tadi malam Adhista menghubungi Nisa, dan kata nya, Annisa resmi diterima kerja, di perusahaan penerbangan" tutur Annisa dengan disertai senyum bahagia
"waah, Bagus dong kalau gitu, selamat ya kak?" ucap Ayah ikut merasa gembira dan bangga dengan kabar yang di dengar dari sang anak sulung
"hmmm, makasih Ayah, tapi,,, apakah Ayah mengizinkan Nisa untuk bekerja di perusahaan penerbangan itu, soal nya, cabang yang terima Nisa kerja itu di pulau Batam Yah?" tanya Annisa yang sedikit ragu
"hmmm, iya lah sayang, tentu Ayah izin kan, tapi kakak juga harus janji, kakak harus jaga diri baik baik selagi kakak masih di sana" tutur Ayah seraya menunjuk kan senyum kebahagiaan
"Iya Yah, Ayah lupa ya, kan dari Aliyah, kakak ini udah sedikit menguasai ilmu bela diri?" ujar Annisa dengan bersemangat
"Eh iya yah, kenapa Ayah bisa lupa, kalau gadis sulung Ayah ini udah bisa bela diri, tapi tetap saja, Ayah akan merasa khawatir jika jauh sama kakak, maka dari itu kakak harus janji, kakak harus jaga diri kakak baik baik ya, di pulau seberang?" tutur Ayah panjang lebar kali tinggi
"Makasih Ayah, iya, kakak bakalan selalu jaga diri kakak baik baik kok di sana" jawab Annisa dengan lembut
"Iya sayang, sama sama" jawab Ayah yang masih saja tersenyum
'kenapa sih, Anisa selalu saja mendapatkan apa yang di ingin kan, ini bahkan sungguh bertolak belakang dengan ku, meski aku mempunyai kelebihan, aku selalu merasa terpojokkan di sekolah, hanya karena orang tua ku selalu memanjakan ku?' batin nya di tengah tunduk kan pandangan nya menatap nasi yang hampir habis itu
'astaghfirullah, bicara apa aku ini, ampuni saya ya Allah, saya tidak ada maksud untuk iri terhadap saudari saya' ucap nya membaca istighfar masih dalam hati nya
"tapi apa kakak punya teman di kota ini kak?" setelah sekian lama nya terdiam, pada akhir nya Bunda pun angkat bicara
"ehm,, ada Bund, rencana nya besok Nisa sama Nia mau buat paspor, dan cek kesehatan juga" jawab Annisa
"oh jadi kamu sama Nia di kota ini?" tanya bunda
"iya Bund, nanti saat Nisa sama Nia sampai di kota Batam, ada Adhista juga di sana, jadi kita bertiga satu kamar kost, Bunda juga izinkan kakak kan?" tanya Nisa hati-hati
"jujur kak, Bunda begitu khawatir, jika kakak akan merantau sendirian di keluarga ini, kakak tahu sendiri sekarang, Ayah sedang sibuk sibuk nya, banyak meeting dadakan, banyak tawaran kerja sama juga dari banyak nya perusahaan lain sama perusahaan yang sedang Ayah pimpin sekarang, tapi setelah Bunda dengar dan ingat baik baik, kakak bisa mempelajari ilmu bela diri, iya sayang, Bunda izin kan kakak, tapi kakak juga harus janji, jaga kesehatan, jangan tinggal kan shalat, jangan telat makan juga, dan, jika kakak ada waktu luang di sana, jangan lupa untuk menghubungi keluarga di sini" tutur Bunda panjang lebar
"siap Bunda iya, In Shaa Allah, kakak janji, seandainya jika ada waktu luang, kakak akan selalu hubungi keluarga di sini" jawab Anisa seraya mengangkat tangan kanan nya terkesan hormat kepada Bunda
"jadi kak Nisa bakalan tinggal kan aku sendirian dong di sini?" setelah sekian lama nya terdiam, kini diri nya pun angkat bicara, meski dengan raut wajah yang terlihat jelas merasa sedih
"dek, maaf kan kakak, kakak nggak akan tinggal kan kamu, dan kakak akan selalu ada di hati kamu, begitu juga dengan kamu, kamu akan selalu ada di dalam hati kakak, jadi, mau ke manapun kamu pergi, do'a kakak kan selalu menyertai mu Za" tutur Annisa kepada adik kesayangan nya itu sambil menggenggam erat tangan kanan Khaliza yang duduk di samping nya "jika seandainya kakak nggak langsung interview, kakak juga nggak bakalan setega itu, tinggal kan adik kakak yang begitu kakak sayang ini, tapi kakak janji, jika kamu mau, kakak akan selalu berusaha untuk selalu meluangkan waktu kakak, agar kakak bisa terus berkomunikasi sama kamu" tutur Annisa dengan meyakinkan nya
"janji ya kak, aku benar benar nggak mau dan nggak siap, jika harus berjauhan sama kakak, tapi, jika memang ini yang menjadi keinginan dan impian kakak, aku juga pasti dukung kok, tapi kakak juga harus ingat satu hal, jaga diri kakak baik baik di sana, asal kakak tahu, aku nggak mau dengar kakak sakit atau bahkan kecapekan!!" seru nya dengan membalas genggaman tangan sang kakak lebih erat
"Iya sayang, kakak janji sama kamu, kakak akan selalu menjaga diri kakak baik baik di sana, kamu juga jaga diri baik baik di sini ya, jangan suka nya ribut terus sama Ayah, kejar cita cita kamu sampai kamu bisa menggapai nya, udah ah, jangan sedih lagi, kamu memang penyemangat kakak satu satu nya" ujar Anisa sambil menarik tangan nya yang tengah digenggam nya, membawa nya ke dalam pelukan hangat nya
"iya kak, aku pegang janji kakak" jawab nya seraya menerima dan membalas pelukan hangat dari sang kakak
Khaliza dan Annisa memang salah satu anak yang tidak suka bertengkar atau berdebat, penurut, dan saling menyayangi, satu sama lain, benar benar berbeda dengan adik dan kakak pada umum nya, kedua nya selalu terlihat akrab, dan saling membantu masalah, dengan nasihat nasihat lembut, satu sama lain, ini yang membuat diri nya sulit untuk berjauhan dengan sang kakak, karena Anisa sendiri, selalu menjaga dan menasehati nya dengan kata kata yang benar benar lembut
"wah, kalian memang akrab ya, nggak kayak Tom and Jerry, malah kayak Omar dan Hana, saling menguat kan?" ujar sang Ayah merasa salut sekaligus kagum dengan kedua anak gadis nya yang selalu kompak
"iya dong Yah, nggak ada guna nya juga kita berantem, buat apa, buat tali silaturahmi kita putus aja, iya nggak dek?" tanya Nisa diakhiri dengan pertanyaan, seraya menoleh ke arah adik kesayangan nya
"hmmm benar tuh, iya dong kak, buat apa kita berantem, buat tali silaturahmi kita putus aja, nggak baik tahu" jawab nya sambil tersenyum tipis
"kalian itu ya kompak banget, Bunda salut deh, sama kalian, Nisa bisa jagain adik nya dengan baik, dan Liza anak penurut nya Bunda" ucap Bunda yang ikut terkagum
_**Assalamualaikum Zahra_
Kamis, 8 Juni 2023**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments