Passionate Night
Happy Reading ....
.
.
.
“Ah~ Baby, faster Baby!”
Jemari lentiknya mencengkram rambut legam pria di atas tubuhnya. Dia membelikan kedua kakinya di antara tubuh sispax itu.
Selena meniduri seorang pria yang tidak dikenal malam ini, yang dia temukan di dalam sebuah club malam. Merelakan keperawananya kepada pria asing demi mendapatkan bibit unggut anaknya kelak. Terndengar sangat gila, namun ini terjadi karena phobia yang dideritanya.
Dia terbangun di atas ranjang sebuah hotel ketika perlahan sinar mentari menyeruak masuk ke dalam ruangan dan menyinari wajahnya. Lengannya meraba halus sisi ranjang, namun dia tidak menemukan siapapun di sana.
“Kemana dia?”
Selena melihat pintu kamar mandi yang terbuka, baju berserakan bekas semalam juga hilang. Hanya tersisa beberapa helai baju miliknya saja.
Dia bangun dari tidurnya, meraih handuk dari atas nakas. Seketika dia berkerut kening saat melihat satu lembar uang keluar dari balik selimut. Lantas Selina segera membuka selimut itu.
“O Lord!”
Terhenyak, mendapati puluhan uang yang berserakan di atas ranjang. Tidak lupa satu bercak darah kecil di sana, namun diabaikannya. Dia hanya melihat uang itu.
Selina mengambil beberapa lembar uang itu kemudian menghitungnya.
Dia tersenyum meremehkan. “Ini tidak cukup untuk biaya hidup anakmu kelak. Aku juga yang harus mengeluarkan uang lebih banyak,” ucapnya.
***
“Mami, aku menginginkan ini.”
Jemari lentiknya menunjuk pada sebuah robot berwarna kuning. Bumblebee, tokoh di film terkenal. Anak kecil itu sangat menyukai semua tokoh robot yang ada di dalam film tersebut. Dia memiliki semua koleksi mainannya.
“Mami akan memberikannya untukmu,” ucap Selena seraya mengusap rambut legam milik putranya.
Selena memanggil seorang pelayan toko, meminta untuk mengambilkan mainan yang disukai oleh Kenzo namun seketika pelayan toko itu mengatakan;
“Maaf Nyonya, barang ini sudah dipesan, dan kami tidak memiliki stok lagi. Ini adalah limited edition, perusahaan hanya mengeluarkan 3 robot seperti ini saja untuk seluruh dunia.”
Selena melirik wajah polos putranya. Penolakan akan berakibat buruk baginya. Kenzo akan menangis sepanjang hari jika dia tidak bisa memiliki apa yang dia inginkan. Sikapnya ini karena semua orang terlalu memanjakannya.
Wanita cantik itu menyugar rambutnya ke belakang. “Jika seseorang sudah memesannya, kenapa kau masih menyimpannya di sini?” ucap Selena. “Kini putraku telah melihatnya.”
“Maaf, Nyonya.”
“Jual itu kepadaku, aku akan membayarnya dua kali lipat,” ucap Selena.
“Tidak bisa, Nyonya. Barang ini adalah pesanan orang lain, kami tidak bisa menjualnya kepadamu.”
Selena berdecak malas kemudian dia menatap kembali wajah putranya, menyentuh pipi gembil itu dengan lembut.
“Kenzo, bagaimana jika kau memilih robot yang lain?” tanya Selena.
“Tidak Mami, aku hanya menyukai robot itu.”
“Apa kau benar-benar menyukainya, Honey?”
“Yes, Mami.” Bocah kecil itu mengangguk mengiyakan.
Selena kembali bernegosiasi dengan pelayan toko tersebut agar mau menjual robot tersebut kepadanya. Dia bahkan mau membayar 5 kali lipat dari harga yang ditawarkan jika dia bisa mendapatkan mainan yang diinginkan oleh anaknya.
“Maaf Nyonya, kami tidak bisa menjualnya kepadamu.” Jawaban pelayan itu tetap sama.
Selena bersikeras mencoba bernegosiasi. Namun jawaban pelayan itu tetap sama yaitu tidak bisa menjualnya kepada orang lain. Ini adalah peraturan perusahaan. Perusahaan tidak bisa tidak bertanggung jawab untuk memberikan pesanan orang lain kepada orang yang berbeda.
O ****! Umpat Selena dalam hati. Betapa melelahkannya jika dia harus melihat putra kecilnya itu mengamuk hanya karena tidak bisa mendapatkan sebuah robot.
Seketika satu pelayan lainya datang, meminta robot tersebut kepada pelayan yang sejak tadi sibuk berbicara dengan Selena.
Tiba-tiba saja Kenzo mengguncang lengannya. “Mami, aku ingin membawanya.”
Kedua pelayan itu saling bertatapan bingung, mereka juga tidak bisa mengecewakan pelanggan kecil yang selalu rutin berkunjung ke toko. Namun bagaimana lagi, mainan itu sudah sold out. Kenzo dan Selena terlambat satu langkah.
“Di mana pesanannya? Kenapa kalian sangat lama sekali?”
Seorang pria tampan berpakaian rapih datang di antara mereka. Semua sorot mata langsung tertuju padanya.
“Maaf, Tuan Zayn, aku akan segera membungkus pesanan anda.”
“Mami ....” Lagi, Kenzo mengguncang lengan Selena.
Zayn melirik ke arahnya, melebarkan mata melihat wajah mungil yang mencebik di hadapannya. Wajah itu terlihat sangat familiar. Seketika dia beralih menatap Selena yang juga tengah melihat ke arahnya.
“Bolehkah aku mendapatkan robot itu? Putraku menginginkannya,” ucap Selena.
“Tentu saja, Nona,” jawabnya dengan mudah.
Selena tersenyum senang, begitupula dengan pelayan yang langsung memberikan robot Bumblebee itu kepada Kenzo.
“Kau senang, Ken?”
“Yes, Mami.”
“Terimakasih,” ucap Selena kepada Zayn.
Zayn tersenyum dan mengangguk. “Sama-sama, Nona.”
Setelah melakukan pembayaran, Selena pergi untuk mengantarkan Kenzo ke tempat les musik. Dia juga sempat memberikan kartu nama miliknya kepada Zayn, mengajak pria itu untuk bertemu jika ada waktu luang. Selena akan mentraktirnya karena Zayn telah berbaik hati merelakan mainan itu kepada putranya.
***
Sementara itu, Zayn kembali ke perusahaan tempatnya bekerja. Dia langsung pergi menuju ruangan CEO dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Di sana, seorang pria berwajah dingin tengah sibuk membaca dan membolak-balikan beberapa dokument di atas meja.
Zayn dengan santai duduk di atas sofa, menuangkan teh dan memakan beberapa cemilan.
“Kau memberikan robot itu kepada orang lain?” tanya pria yang tengah duduk di kursi kebesarannya.
“Ya, seorang bocah kecil. Aku rasa dia lebih pantas mendapatkannya dibanding dirimu,” jawab Zayn seenaknya.
“Yang lebih menarik adalah, wajah bocah itu sangat mirip denganmu. Hei, apa kau menanamkan sebuah bibit pada seorang wanita beberapa tahun yang lalu?” sambung Zayn.
Seketika pria bernama Felix itu menghentikan jemarinya untuk membalikan dokument. Beranjak dari kursinya lalu pergi dan duduk di depan Zayn. Menuangkan teh, lalu meminumnya sedikit.
Dengan tenang dia menjawab, “Mungkin.”
Zayn menatap kakaknya itu dengan intens. Lagipula, wanita mana yang tidak menginginkan benih buah hati dari seorang Felix Alexander. Banyak wanita yang sangat ingin bersamanya, apapun akan mereka lakukan hanya untuk mendapatkan perhatiannya.
Pada kenyataannya, Felix bukanlah seorang bastard yang gemar meniduri wanita. Tapi banyak juga dari mereka yang mengaku-ngaku hamil hanya untuk mendapatkan posisi sebagai Nyonya Alexander. Namun Felix tidak peduli, dia tahu dengan jelas jika wanita-wanita itu adalah penipu. Kapan mereka tidur dengannya? Di dalam mimpi?
Dan ketika Zayn dengan jelas bertanya seperti itu, Felix sama sekali tidak merasa aneh. Lagipula, jika seorang wanita berhasil memiliki anak darinya, lantas kenapa wanita itu tidak datang untuk meminta pertanggung jawaban.
“Jika dia memang putramu, mungkin kau sudah memiliki seorang istri yang sangat cantik. Damn it! Wanita yang dipanggilnya mami itu terlihat sangat ****!”
Felix menatap adiknya itu dengan intens. “Kau tertarik kepada wanita yang sudah memiliki anak?”
“Percayalah, mungkin kau akan memiliki pemikiran yang sama denganku.” Zayn berbicara sembari membayangkan betapa cantiknya wanita dari satu anak itu.
“Aku tidak tertarik,” kata Felix.
Kemudian, Zayn mengeluarkan sebuah kartu nama yang sebelumnya dia dapatkan. Lalu dia menyimpannya di atas meja, menggeserkan kartu nama tersebut ke hadapan Felix.
“Dia mengajakmu untuk pergi minum coffee sebagai ucapan terimakasih karena kau telah menjual robot itu kepadanya,” kata Zayn.
“Kau saja yang pergi.”
“Kau yakin?” tanya Zayn memastikan.
“Aku tidak tertarik,” ucap Felix sekali lagi.
.
.
.
Bersambung ....
Jangan lupa like dan koment untuk terus menyemangati Authorr yaaaaa.... Bye byeee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
pir mampir tak iye.....
2023-10-27
0
ninena
ini zayn ketiga yang ada di grup kita 🫣
2023-08-30
1
meilin
semangat up nya thorr😁
2023-08-21
1