Happy Reading ....
.
.
.
Selena bertemu pria ini setelah dia tidak membalas pesannya. Kebetulan sekali. Tidak tahu apa yang sedang pria itu lakukan di dalam mall sendirian. Selena yakin jika pria itu sendirian. Dia tidak melihat siapa pun yang datang bersamanya.
Mereka berdua masuk ke dalam coffeshop untuk mengobrol. Selena juga mengajak Kenzo bersamanya agar ketika dia merasa bosan, Kenzo adalah alasan bagus untuk menghindari pria itu. Tapi untuk saat ini bocah kecil itu justru sibuk dengan ice cream matcha miliknya. Huh!
Zayn datang membawa dua cangkir sedang americano. Dia memberikannya satu kepada Selena, dan wanita itu menerimanya dengan senyuman.
“Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Aku pikir kau tidak memiliki waktu karena sibuk dengan pekerjaan. Tapi ternyata kau adalah seorang ibu yang baik yang sibuk mengurus putramu.” Zayn mengusak pucuk kepala Kenzo, dan langsung ditepis oleh bocah laki-laki itu.
Selena tersenyum tipis mendengarkan omong kosong pria di hadapannya. Seluruh dunia tahu jika Selena adalah wanita karier yang memiliki seorang putra tanpa ayah. Ini bukanlah rahasia atau aib keluarga. Selena dan kedua orangtuanya bahkan memperkenalkan Kenzo pada dunia bisnis sejak bocah itu berumur satu hari. Mustahil jika Zayn tidak mengenali siapa Selena, mengingat pria itu sudah mengikuti sosial medianya beberapa hari terakhir.
“Maaf karena tidak membalas pesanmu. Aku memang sangat sibuk.”
“...tapi hari ini putraku mendapatkan penghargaan, jadi aku sengaja mengajaknya berbelanja sebagai hadiah.”
“Penghargaan? Dia sangat pandai!” Lagi, Zayn mengusak rambut Kenzo dan bocah itu langsung menepisnya dengan risih. Zayn sangat ingin mencubit pipi gembilnya.
“Jadi penghargaan apa yang dia dapatkan di sekolah?”
Selena tersenyum renyah. “Dia memenangkan perkelahian dengan teman sekelasnya.”
Ekspresi Zayn langsung berubah saat itu juga. Tatapan takjub pada bocah kecil itu langsung lenyap saat mendengarkan pernyataan yang Selena katakan. Yang benar saja?
“Oh wow! Dia sangat hebat!” pujinya dengan nada canggung. “Kau berbeda.” Zayn menatap Selena dengan senyuman.
Kenzo menguap. Bocah laki-laki itu sudah menghabiskan ice cream miliknya. Selena membuat alasan jika mereka harus pergi karena Kenzo membutuhkan tidur siangnya. Dia tidak akan melewatkan hal penting putranya termasuk tidur siang. Selena pergi meninggalkan Zayn sendiri di sana.
“Dia sangat menarik.”
***
Felix kembali ke mansion Alexander setelah beberapa Minggu menghabiskan waktunya di apartemen. Keluarga itu memintanya untuk kembali tinggal di mansion. Namun Felix enggan. Dia tidak mau diatur oleh kedua orang taunya. Dadanya akan terasa sesak jika tinggal di sana.
Malam ini keluarga Alexander mengadakan jamuan makan malam yang hanya dihadiri oleh anggota keluarga. Keluarga besar itu berkumpul dalan satu meja makan. Mereka menyantap makan malam bersama dengan dibumbui beberapa perbincangan hangat.
“Aku dengar kau memiliki masalah dengan orangtua kawan sekelas putramu.” John Alexander yang merupakan paman Felix bertanya pada putrinya. Renee Alexander.
“Ya! Dia membuat Leonku harus mendapatkan istirahat total. Bukankah ini masalah yang serius? Aku ingin melakukan visum dan melaporkannya.”
“Siapa yang berani melakukan itu kepada Leon?” Zayn menyulut api dan bersikap mendukung Renee.
“Kenzo Geovandra, ibunya bernama Selena Geovandra.”
“Damn!” Zayn menyalang takjub. Bukankah Selena adalah wanita yang beberapa hari ini sangat dikaguminya. Zayn langsung terdiam ketika mendengar nama wanita cantik itu disebutkan.
Zayn duduk tepat di sebelah Felix. Pria tampan berwajah dingin itu hanya focus dengan alat makannya. Bahkan sejak perbincangan pertama, Felix sama sekali tidak peduli.
Perbincangan antara anak dan ayah itu cukup panjang. Renee menceritakan dengan detail rentetan kejadian itu. Satu-satunya yang ingin dia lakukan adalah mendapatkan perhatian Felix lagi. Tapi kakak laki-lakinya itu malah bersikap dingin dan tidak memperdulikannya.
Di masalalu, Felix begitu peduli pada adik perempuannya. Renee. Dia selalu mendapatkan semua perhatian dari Felix, dan semua hal yang dia inginkan pasti Felix berikan. Tapi perhatian itu justru membawa malapetaka baginya. Karena terlalu manja, Renee tumbuh menjadi wanita yang kasar. Saat sekolah, dia adalah pembuli yang ditakuti di sekolahnya, dan membuat seorang siswi hampir melompat dari lantai atas. Sejak itulah kepercayaan Felix padanya hilang. Tapi Felix tetap memperhatikannya terlebih lagi pada keponakannya. Leon Alexander.
“Pertengkaran adalah hal yang wajar bagi anak-anak seusianya. Kau tidak perlu bersikap berlebihan.” Felix mengatakannya sembari menatap Renee, memberikan adiknya peringatan agar tidak melakukan hal yang semena-mena.
“Tidak perlu melakukan visum. Berdamailah secara kekeluargaan.”
Felix selesai dengan makanannya, dan dia sudah cukup kenyang mendengar cerita di meja makan. Pria itu pergi menuju halaman belakang untuk merokok. Zayn mengikutinya di belakang.
“Leon adalah kesayanganmu dan seluruh keluarga. Bagaimana bisa kau bersikap sangat tenang ketika seseorang berlaku kasar padanya?” tanya Zayn penasaran.
“Bukankah kau mendengarnya dengan detail? Leon adalah pelaku utama dalam kasus ini. Kita tidak membelanya semata-mata hanya untuk kepentingannya sendiri. Dia harus tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab. Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi seperti di masalalu karena rasa sayangku kepada Renee.”
“Baiklah.” Zayn mengangguk.
“Satu hal lagi yang ingin aku bicarakan padamu. Aku menemukan akun media sosial Selena!”
“Selena?”
“Ya! Wanita cantik yang anaknya menangis karena mainan itu.”
“Kau sangat tertarik dengan wanita itu?”
“Tentu saja! Dia sangat cantik dan ****. Kau harus melihatnya.”
Zayn membuka akun sosial media Selena dan memperlihatkan foto wanita cantik itu kepada Felix. Pria itu menatap setiap slide foto yang Zayn tunjukan.
“Kau harus tahu dia adalah Selena Geovandra, wanita yang juga memiliki masalah dengan Renee.”
***
Selena datang ke apartemen Jenni tengah malam. Dia mendapatkan sebuah jackpot saat memergoki Jeni sedang bermain dengan lolipop seorang pria. Damn! Sahabatnya itu selalu memberikan kejutan tidak terduga padanya.
Jeni datang setelah mengantar pria itu pergi di depan pintu. Jemarinya sibuk memasang kancing baju yang dia pakai. Selena duduk di atas sofa dengan ekspresi kebingungan.
“Apa yang sedang kau pikirkan, Babe?” Jenni bertanya seraya menyodorkan satu kaleng beer pada wanita cantik itu.
“Hari ini aku pergi mengantar Kenzo ke sekolah. Kau tahu, bocah laki-laki itu terlihat sangat senang.”
“Lalu? Apa yang salah?”
“Apakah seorang ayah penting untuk anak-anak?”
Jenni hampir tersedak mendengar pertanyaan yang dikatakan oleh Selena. Selama empat tahun dia memiliki seorang putra, Selena tidak pernah membahas pria sedikitpun. Phobia yang di deritanya sangat mendominasi pikiran wanita cantik itu.
“Aku pergi berkeliling dengannya. Dia mengatakan hal-hal yang tiba-tiba saja membuat hatiku merasa aneh.”
“...mami, bisakah mami mengantarku pergi ke sekolah setiap hari seperti mami kawanku? Mereka selalu membicarakan tentang papi mereka, haruskah aku memilikinya satu?”
Selena terkekeh ketika menceritakan kepolosan putranya. Tapi dari sorot matanya, terlihat jelas jika dia sedang merasakan sedih untuk putranya. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada bocah itu. Dia pergi menghindar dan datang ke apartement Jenni.
“Cobalah untuk menikah. Menikah bukanlah hal yang buruk.”
Selena menatapnya dengan malas. “Menikah bukanlah hal yang buruk. Lalu kenapa kau masih melajang?”
“Setidaknya aku tidak memiliki putra yang menginginkan seorang papi!” Jenni sengaja meledek Selena.
“Cih! Sialan!”
.
.
.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ira
ternyata Rene itu sepupunya Felix dan Leon itu ponakannya tuh
2024-02-12
0