Happy Reading ....
.
.
.
Satu bulan yang lalu Selena diminta oleh Johan untuk pergi ke sebuah restoran, dan Johan mengirim alamat restoran tersebut. Tapi siapa sangka jika dirinya terjebak di dalam kencan buta dengan seorang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Robert, pemilik kebun dan perusahaan anggur.
Selena mengikuti kencan buta yang sama sekali tidak direncakan itu. Berbincang dengan pria asing yang untuk pertama kali dia temui. Pria itu cukup membuat Selena mengantuk karena dia selalu menceritakan tentang dirinya sendiri. Keunggulan yang dia punya. Apakah dia sedang membanggakan dirinya sendiri? Cih membosankan.
Dia bercerita bagaimana dia memulai bekerja di perusahaan keluarga, tentang banyaknya perempuan yang mengejarnya, tawaran bisnis yang menjanjikan dan masih banyak lagi hal-hal yang harus Selena dengarkan. Benar-benar membuat muak.
Akhirnya Selena berada di titik jenuhnya. Dia yang awalnya hanya mendengarkan cerita Robert kini membuka suara untuk bertanya kepada pria itu.
“Jadi kau seorang CEO di perusahaan anggur?” tanya Selena dengan tatapan malas, dan Robert mengiyakan dengan yakin dan bangga.
“Apakah perusahaan itu turun temurun?” tanya Selena lagi, dan lagi-lagi Robert mengiyakan masih dengan gaya yang sama.
“Bukankah membosankan bekerja di perusahaan keluarga?” Selena menatap pria yang tampak bingung itu. “Kau tidak memiliki minat lain selain meneruskan perusahaan milik keluargamu? Itu artinya kau tidak memiliki pencapaian apapun di dalam hidupmu, dan akan terus menjalani hidup di bawah naungan mereka.”
Kali ini pernyataan Selena membuat senyum yang selalu terpampang di wajah Robert lenyap seketika. Pria itu beberapa saat terpaku seakan tidak mampu melawan kata-kata yang dikatakan oleh Selena.
“Jadi apa tujuanmu berkencan denganku? Kau ingin berkencan atau membicarakan bisnis dan keuntungan?” kata Selena.
Hati Robert terkoyak, wanita cantik itu senang merendahkan dirinya. Dengan perasaan yang sangat kesal Robert bangun dan tempat duduknya dengan kasar sehingga menyentak kursi itu dan menimbulkan suara decitan yang sangat nyaring. Dia meletakan dua telapak tangannya di atas meja sembari menatap Selena dengan tajam.
“Apa yang kau tahu mengenai hidupku, Selena Geovandra? Kau tidak pantas menghakimiku seperti itu!”
Selena dengan santai menyenderkan bahunya pada senderan kursi, dan melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap wajah pria menyedihkan di hadapannya.
“Menghakimi? Sejak kapan aku menghakimi mu? Aku berbicara kenyataan,” ucap Selena dengan santai.
Pria itu merasa sangat kesal karena Selena dengan sengaja merendahkannya habis-habisan. “Jika kau tidak menyukai kencan buta ini, setidaknya kau tidak perlu menghinaku.”
Selena menurunkan pandangannya malas. Dia sangat malas meladeni pria di hadapannya ini. Kemudian Selena berdiri dari kursinya, dan mengambil bagnya pada kursi di sampingnya. Sebelum pergi Selena sempat mengatakan.
“Kau yang datang sendiri ke hadapanku, dan memintaku untuk menghinamu.”
Robert menggeram kesal, menatap Selena yang melenggang pergi menjauh dari hadapannya. Kata-kata yang diucapkan Selena benar-benar memekakan telinga, dan membuat dadanya sesak. Berani sekali wanita itu merendahkannya.
Setelah kejadian malam itu, Robert menceritakan semua yang terjadi kepada keluarganya. Dia meminta ayahnya untuk mengusik Selena menggunakan kekuasaannya. Bagi kalangan atas uang adalah segalanya. Robert sangat ingin menjatuhkan wanita itu. Tapi siapa sangka jika pernyataan ayahnya tidak sebanding dengan apa yang Robert harapkan. Bukannya membantu karena anaknya telah dihina, ayah Robert justru memarahinya karena dia telah pergi tanpa ijin untuk sebuah kencan buta bersama Selena Geovandra.
“Kau bedebah gila! Bagaimana bisa kau memintaku untuk mengusiknya? Apa kau ingin semua bisnis kita hancur?” teriak lantang sang ayah yang semakin membuat perasaan Robert hancur tidak karuan.
Pria mabuk itu menceritakan semua kejadian satu bulan yang lalu dengan sangat detail kepada Jonathan. Sesekali Jonathan melirik Selena untuk memastikannya.
“Hati-hati, nanti kau juga akan dikutuk olehnya,” kata Robert pada Jonathan, dan Jonathan hanya mengiyakan berharap pria itu segera pergi. Namun bukannya pergi, dia justru kembali mengoceh akan keunggulan dirinya sendiri.
“Aku memiliki banyak wanita, aku akan memberikannya satu padamu. Hei jauhi penyihir ini atau nanti kau akan dikutuk olehnya,” kata Robert, dan percayalah bahwa saat ini Selena sangat ingin melempar pria itu ke bawah jurang.
“Apa dia gila? Dia sangat terobsesi dengan dirinya sendiri.” Kata Jonathan kepada Selena. Sesekali Jonathan mendorong Robert menjauh, tapi Robert justru kembali mendekat kepadanya.
Selena mengangkat sebelah tangannya, dan tidak lama seorang pelayan datang. Dia meminta pelayan tersebut untuk membawa Robert pergi dari sana karena pria itu terus menganggu Selena. Wanita cantik itu berkata jika dia tidak mengenal siapa Robert setelah pelayan itu bertanya apakah Robert adalah temannya.
“Dia datang tiba-tiba kemudian mengangguku, aku tidak mengenalnya. Aku meragukan keamanan di sini. Apakah di tempat ini orang gila seperti dia bisa masuk dengan sembarangan?” pekik Selena kesal.
“Maaf atas ketidaknyamanan anda, Nona.”
“Panggilkan manager, aku akan bicara dengannya,” perintah Selena.
***
Kini waktu telah menunjukan pukul sepuluh malam. Felix dan Zayn berada di sebuah club malam di pusat kota. Zayn sedang patah hati, dia memesan minuman dan dua wanita yang merangkulnya di sisi kanan dan kiri. Felix hanya menatap tingkah adiknya itu dengan tatapan dingin.
Pandangan Felix mengedar. Dia begitu kentara dengan tempat ini. Beberapa tahun yang lalu sebelum kepergiannya ke luar negeri Felix menyempatkan diri datang ke tempat ini Felix mencoba cocktail terakhir favoritnya. Dia yakin jika di negara yang akan ditujunya tidak ada minuman cocktail yang diracik dengan sangat nikmat seperti racikan bartender di club malam ini. Tapi siapa sangka jika kunjungan terakhirnya itu malah membawa sebuah petaka untuknya.
Saat itu di pagi hari, Felix terbangun dalam kondisi telanjang bersama seorang wanita di dalam kamar hotel. Felix pergi dan hanya meninggalkan sejumlah uang cash untuk wanita itu. Dia pikir jika wanita tersebut hanyalah seorang pelacur yang dengan sukarela naik ke atas ranjangnya. Felix tidak perlu mengingatnya.
Dia kembali meminum cocktail kesukannya. Rasanya tidak berubah sama sekali dari terakhir kali dia meminumnya. Zayn melihat kakaknya yang minum sendirian pun berinisiatif untuk memesan wanita lagi, namun Felix menolak. Zayn hanya mengiyakan, dia pikir kakaknya tidak menyukai gadis-gadis di club malam.
Selena berada di dalam kamarnya dan sudah siap dengan pakaian tidur **** miliknya. Dia naik ke atas ranjang setelah memakai skincare malam rutin untuk merawat wajah dan tubuhnya. Sebelum memejamkan matanya dan pergi tidur, Selena iseng membuka sosial media miliknya. Ada satu pesan masuk yang belum dibaca, dan pesan tersebut dikirim oleh nama akun Zayn Alexander.
“Minum coffee bersama weekend nanti?”
.
.
.
Nextt ya parttt guyssss.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ira
penyihir g tuh 🤣🤣
2024-02-12
0