Happy Reading ....
.
.
.
Selena hampir saja terjatuh jika seseorang tidak sigap menangkap tubuhnya. Wanita cantik itu berjalan limbung. Efek mabuk semalam masih kuat dia rasakan.
Seorang pria berdiri di sampingnya dan menahan tubuh Selena. Pria berpakaian jas rapih itu menuntun Selena untuk duduk di sebuah kursi. Keduanya berada di kantin untuk mengambil sarapan pagi.
“Kenapa tidak hati-hati?” tanya pria tersebut.
Selena mengurut pangkal hidungnya pening dan tidak menjawab. Saat ini dirinya hanya membutuhkan waktu tidur. Tapi pekerjaannya sudah banyak tertunda karena dua hari dia harus mengurus masalah Kenzo di sekolahnya.
Pria bernama Edzar yang merupakan kakak sepupu Selena membawakan segelas kopi hangat. Dia berharap jika pengar yang Selena rasakan akan berkurang jika meminum kopi hangat itu. Pria tampan bertubuh atlet dan memiliki mata Phoenix bersikap dengan begitu perhatian kepada Selena.
“Terimakasih, Edzar.”
Selena menyesap americano yang Edzar berikan. Matanya sedikit terbuka setelah meminum kopi pahit itu. Dia melihat Edzar yang tampak khawatir.
“Kenapa tidak meminta sekretarismu untuk melakukannya?”
Selena menggeleng pelan. “Tidak. Aku tidak ingin menganggu jam istirahatnya.”
“Kau selalu seperti itu. Kondisimu juga kurang baik.” Edzar berkata dengan nada khawatir. “Apa kau mabuk tadi malam?”
“Ya, aku mabuk bersama Jenni.”
Selena melihat arloji di pergelangan tangannya. Waktu sarapan telah usai dan dia pamit kepada Edzar untuk kembali ke ruang kerjanya. Wanita cantik itu meninggalkan Edzar begitu saja.
Edzar hanya menatapnya dengan diam. Menatap punggung Selena yang perlahan menjauh. Adik sepupunya sama sekali tidak berubah, dia masih suka menghabiskan waktunya untuk berada di dalam club malam dan mabuk-mabukan. Edzar khawatir dengannya. Dia selalu memperdulikan semua masalah Selena, tapi justru wanita cantik itu menghindarinya.
..............
Selena kembali ke ruang kerjanya. Dia memiliki rapat penting setelah makan siang yang mengharuskannya pergi ke luar negeri. Selena tidak bisa pergi dengan keadaanya sekarang, tapi keadaan justru memaksanya mengingat pekerjaan itu sudah dia tunda selama beberapa hari.
Dia menghubungi sekretarisnya dan meminta untuk menyiapkan jet pribadi milik perusahaan. Tapi siapa disangka jika jet pribadi telah digunakan oleh kedua orangtuanya. Selena sigap menghubungi Marie dan Johan untuk memprotes.
“Kenapa kalian memakai properti perusahaan untuk berlibur? Bukankah kalian memiliki satu jet pribadi lain untuk kalian gunakan?” Selena berkata dengan tidak sabaran.
Suara tegas pria paruh baya menjawab, “Jet pribadi keluarga sedang melakukan perbaikan. Aku mengajak putramu pergi berlibur karena dia terlihat sangat murung. Kenapa kau membuatnya tidak pergi sekolah?” Terdengar nada yang tegas di akhir kalimatnya.
Jika sudah seperti ini, Selena tidak bisa mengatakan apapun atau masalahnya akan memanjang dan tidak akan ada habisnya.
Wanita cantik itu menghela nafas dan berkata, “Baiklah, aku tidak akan menganggu kalian. Nikmati liburannya.”
Jemarinya dengan cepat menutup sambungan telepon, lalu meletakannya ke atas meja dengan malas. Selena terpaksa meminta sekretarisnya untuk memesan sebuah tiket pesawat untuk menghadiri rapat penting itu.
*******
Johan dan Marie pergi berlibur untuk menghibur Kenzo. Bocah kecil itu tiba-tiba saja dilarang pergi ke sekolah oleh maminya. Ketika Marie dan Johan mencoba membujuk Kenzo untuk menceritakan apa yang terjadi, bocah lelaki itu hanya terdiam dan tidak mengatakan apapun.
Marie mencoba menghubungi sekolah Kenzo, dan mendengar semua masalah yang tengah terjadi antara Kenzo dan Leon. Tapi kepala sekolah itu tidak menceritakan bagaimana Leon mengejek Kenzo dengan membawa ayahnya ke sekolah. Keadaan diperparah eh kedua orang tua bocah itu. Marie menghela nafas mendengarkan penjelasan kepala sekolah. Dia sudah menduga jika putrinya itu hanya akan memperumit masalah, bukannya menyelesaikan masalah.
Selena berencana memindahkan Kenzo ke sekolah bergengsi lain. Tetapi kepala sekolah Kenzo memohon agar Kenzo tetap bersekolah di sana, dan para guru akan lebih memperhatikannya lagi agar kejadian yang sama tidak terulang. Kepala sekolah itu terus memohon kepada Marie. Mengingat jika keluarga Geovandra adalah pemberi donatur terbanyak di sekolah mereka.
“Aku akan membicarakan semuanya dengan putriku nanti. Kenzo akan cuti sekolah beberapa hari, aku harap kau bisa mengurus ijinya dengan baik, Bu.”
Marie mematikan sambungan telepon. Pandangannya beralih pada Kenzo yang duduk di sampingnya yang sedang memainkan ice cream matcha kesukaannya. Bocah kecil itu tidak memakanya satu suap pun. Tingkahnya membuat Marie dan Johan merasa khawatir.
“Kenapa kau melamun?” tanya Marie seraya mengusak puncuk kepala bocah lelaki itu.
Kenzo mendorong mangkuk ice creamnya, lalu menatap Marie dengan tatapan nanar. “Katakanlah.” Suara Marie terdengar lembut dan penyayang.
“Grandma, di mana ayahku? Kenapa dia tidak bersamaku dan mami?”
Wajah polos itu kebingungan, tersirat ekspresi sedih pada wajahnya. Dia selalu mengingat bagaimana Leon mengejeknya dengan lelucon yang tidak lucu. Teman-temannya juga mempertanyakan dimana ayah Kenzo ketika acara sekolah. Kenzo hanya di antar oleh dua pengasuh dan seorang supir.
Marie sudah menduga akan datang pertanyaan semacam ini cepat atau lambat, dan hari ini bocah kecil itu mempertanyakannya. Dia bertanya kepada Marie yang bahkan tidak tahu siapa ayah Kenzo yang sebenarnya. Selena tidak pernah memberitahu bagaimana pun Marie dan Johan mendesaknya. Dia sangat keras kepala.
Marie diam sejenak untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan sensitif dari cucu kesayangannya.
“Apakah aku tidak memiliki ayah?”
Sebelum Marie menjawab, Kenzo terlebih dulu melayangkan pertanyaan kembali padanya. Dia semakin terpaku dengan beberapa pertanyaan yang dilayangkan oleh cucunya.
Pikiran lain terbesit dalam pikiran Marie. Dia akan melakukan sesuatu yang membuat Selena membuka mulut siapa ayah Kenzo. Jika itu tidak berhasil, maka Marie akan membuat Kenzo menuntut untuk memiliki seorang ayah. Dengan seperti itu, Selena tidak akan melajang lagi.
Dia tersenyum dengan senang hati.
********
Selena baru saja memarkirkan mobilnya pada tempat parkir sebuah restoran keluarga. Dia menuju resepsionis, meminta wanita yang berjaga disana untuk memberitahu meja yang telah direservasi.
Setelah mengetahui nomor meja, Selena segera menuju ke sana. Kakinya melangkah sementara matanya fokus pada ponsel. Bertanya kepada sekretarisnya jika semua keperluan rapat dan penerbangan telah selesai disiapkan. Dia masih memiliki waktu satu jam untuk makan siang sebelum akhirnya pergi ke luar negeri.
Selena memasukan ponselnya ke dalam tas dan fokus mencari nomor meja. Pandangannya mengedar dan tak lama dia menemukannya. Dia langsung berjalan mendekati meja dengan seorang pria yang sedang duduk di sana.
“Maaf, aku terlambat,” kata Selena seraya duduk di kursi yang tepat berhadapan dengan pria itu.
Pria itu berbalik, dan Selena terpaku menatapnya. Dia melihat nomor meja yang benar. Tidak mungkin resepsionis itu memberikan informasi yang salah. Tetapi Selena memiliki janji dengan Zayn. Bukan pria yang saat ini duduk di hadapannya.
“Nona Selena?”
Ya, itu aku!
.
.
.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ira
akhirnya bisa mengobrol berdua
2024-02-12
0
vall
mampir di novelku yang Ujian menjadi seorang istri ya kak. makasih 🙏🙏
2023-08-20
1