Happy Reading ....
.
.
.
Waktu sudah menunjukan pukul tiga dini hari. Selena masih berada di restoran setelah menghabiskan dua gelas redwine dan satu gelas whisky. Wanita cantik itu mabuk berat sampai tidak bisa mengangkat kepalanya.
“Cih, kenapa aku terus memikirkannya? Apakah aku menginginkannya? Hanya pria seperti itu, aku bahkan bisa mendapatkannya sepuluh!”
“Aku hanya perlu menghabiskan waktuku bersama Kenzo. Membesarkannya dengan penuh kasih sayang!”
“KENZO, MAMI MENYAYANGIMU!”
Selena mencoba menghibur dirinya sendiri. Dia yakin Kenzo akan tumbuh besar dan bahagia cukup dengan kasih sayang darinya. Dia tidak memerlukan seorang ayah sebagai pendampingnya. Bukankah maminya sudah cukup hebat.
Dia terus begumam tidak jelas, sementara beberapa pelayan menatapnya di sisi ruangan. Beberapa dari mereka menyarankan sang manager untuk menghubungi seseorang yang telah mereservasi restoran itu, atau pria yang datang bersamanya malam. Namun manager restoran menolak, karena masih ada waktu beberapa jam sebelum waktu reservasi selesai.
Kepalanya sangat berat dan pandangannya buram. Dia ingin tertidur namun matanya tidak bisa terpejam. Di dalam kepala Selena selalu terbayang-bayang sosok Felix yang begitu dominan. Dia membencinya karena begitu menyayangi keluarga terutama istri dan anaknya. Sementara Kenzo tidak mendapatkan itu semua.
Selena tidak bisa duduk dengan tegap, tubuhnya sangat limbung tapi tangannya masih mengambil botol whisky untuk ditegak. Ketika menyadari botol itu kosong, dia meminta pelayan untuk mengambilkannya lagi.
“Berikan aku minuman!” serunya lantang membuat kegaduhan.
Dia akan mati karena mabuk, dan pihak restoran tidak akan bertanggung jawab. Selena meneguk whiskynya kembali tanpa gelas. Perutnya dipenuhi oleh cairan alkohol dan gas membuatnya mengalami sakit perut dan tubuh rampingnya tiba-tiba ambruk ke atas lantai.
Beberapa pelayan menunjukan ekspresi panik. Mereka segera mendatangi Selena, dan memanggil ambulance. Pagi hari itu suasana area restoran ramai karena bunyi sireni ambulan. Seorang wanita dibawa masuk ke dalam mobil berwarna putih itu. Dia tidak sadarkan diri dan di bawa ke rumah sakit.
Felix masih berada di luar restoran. Pria itu berdiri di samping mobil miliknya dan merokok. Dia sengaja tidak pergi karena memikirkan Selena. Sialnya Felix merasa khawatir jika wanita itu pergi seorang diri. Dia akan merasa bersalah jika sesuatu hal terjadi padanya. Itulah sebabnya dia menunggu.
Keningnya berkerut ketika melihat mobil ambulance yang datang lengkap dengan sirine yang sangat memekakan telinga.
Dia langsung mematikan sulutan rokoknya, dan pergi menuju ambulance tersebut. Menghela nafas ketika mendapati Selena yang sedang berbaring di atas ranjang yang di dorong oleh beberapa perawat.
“Tuan, syukurlah Anda datang, Nona ini mabuk berat,” kata seorang manager restoran yang menumpahkan semua tanggung jawab kepada Felix. Dia mengumpat dalam hati.
********
Di pagi hari.
Kenzo sedang sarapan bersama kakek dan neneknya. Bocah kecil itu memakan sereal ditambah susu. Dia memakannya tanpa menumpahkan satu tetes susu pun ke atas meja.
Marie mengelus kepala cucunya dengan lembut. Sudah tiga hari dia tidak pergi ke sekolah karena maminya yang membuat masalah. Marie merasa iba kepada bocah kecil itu.
“Aku ingin bertemu mami,” pintanya dengan suara yang lembut khas anak kecil. “Di mana mamiku?”
“Mamimu sedang melakukan perjalanan bisnis, dia akan pulang beberapa hari lagi.” Marie menjelaskan dengan senyuman.
Dia melirik jam, dan ini masih pagi hari. Di sana masih malam hari, dan mungkin Selena telah menyiapkan semua pekerjaannya.
“Bagaimana jika kita menghubungi mami?” sarannya, dan bocah kecil itu mengangguk sebagai jawaban.
Marie mengambil ponsel miliknya, dan Kenzo duduk mendekat. Dia tidak sabar untuk melihat maminya, dia sangat merindukan Selena meskipun jika di rumah Selena juga sibuk dengan urusan pekerjaan, tapi setidaknya mereka masih bisa makan malam dan sarapan bersama. Tapi kali ini wanita cantik itu pergi tanpa berpamitan.
Bunyi dering beberapa kali tapi Selena tidak kunjung menjawab. Marie mencoba menghubunginya kembali, namun hasilnya masih nihil. Tidak ada jawaban.
Mata bulat Kenzo menatapnya meminta jawaban, Marie hanya tersenyum dan menjawab, “Mungkin mamimu masih sibuk.”
Tidak biasanya putrinya itu tidak menjawab telepon. Jika dia sibuk, dia masih tetap menjawab telepon meskipun singkat. Dia mungkin mabuk. Marie sangat yakin.
********
Selena membuka matanya dan pandangannya kabur. Seisi ruangan berwarna putih itu seolah sedang berputar. Kepalanya terasa sangat sakit. Bau disinfektan sangat kuat, membuat perutnya merasa mual. Dia nyaris muntah.
“Kau sudah bangun?” Felix berdiri di samping ranjang, menatap tajam wanita cantik yang berbaring dan mengenakan pakaian rumah sakit. Tatapan pria itu menusuk dan begitu mendominasi.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Selena dengan kerutan halus di keningnya, dan ekspresi bingung.
Felix mengangkat sebelah halisnya dan menatap intens wanita itu. “Aku menemanimu.”
Selena, “....”
Karena Felix adalah satu-satunya orang yang datang bersama Selena, maka pria itu dimintai pertanggung jawaban dari rumah sakit sebagai wali dari wanita tersebut.
Selena merasa jika dirinya hanya mabuk biasa tadi malam. Kenapa dia malah berakhir di rumah sakit seperti ini?
“Hubungi keluargamu, sejak tadi ponselmu berdering.” Felix menunjukan letak ponsel Selena dengan tatapannya menuju nakas. Lalu dia barjalan menjauh dari ranjang dan duduk di sofa yang masih berada di dalam ruangan tersebut.
Selena mencoba bangun dan merasakan kaku di bagian perutnya. Damn! Ini pasti karena efek minuman yang terlalu keras tadi malam. Dia sering merasakannya ketika mabuk berat tapi tidak sampai berakhir di rumah sakit.
Dia mengambil ponselnya di atas nakas, dan melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Marie. Selena juga membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh ibunya itu.
'Kenzo merindukanmu.'
Selena menutup ponselnya kembali. Dia tidak bisa menghubungi Kenzo saat ini. Dirinya masih berada di kamar rawat rumah sakit. Jika bocah kecil itu tahu maka dia akan merengek untuk pergi ke negara ini detik ini juga untuk menghampiri Selena.
Dia meletakan ponselnya kembali ke atas nakas.
Perut Selena terasa kaku dan mual. Rasanya dia ingin memuntahkan semua isi perutnya.
Dia menurunkan kedua kakinya, dan mencoba turun dari ranjang. Saat akan turun Selena sadar jika dia belum mengambil botol infus miliknya. Dia segera berbalik dan mengulurkan tangannya untuk mengambil botol infus tersebut. Sialnya, lengannya tidak sampai.
Damn it!
Selena menaikan kakinya kembali ke atas ranjang dan menggeser posisinya, mencoba kembali mengambil botol infus, dan akhirnya berhasil.
Dia menurunkan kakinya kembali, dan turun dari ranjang. Selena menelan salivanya ketika merasakan dunia yang berputar hebat, putarannya lebih cepat daripada ketika dia duduk. Tubuhnya limbung dan hampir terjatuh, dengan sigap dia memegang ujung ranjang.
Pandangannya tertuju pada pria yang sedang menatapnya intens dari atas sofa. Pria itu hanya terdiam bahkan ketika melihat kesulitan Selena.
Cih! Pria brengsek!
.
.
.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ira
ya ampun Felix knp g d bantu Selena nya😅😅
2024-02-12
1