Happy Reading ....
.
.
.
Felix menatapnya intens, dia tidak memberikan bantuan apapun meskipun melihat Selena dalam kesulitan. Pria itu diam saja di tempatnya seperti penonton.
Selena tidak memerlukan bantuan pria itu sedikitpun. Dia bisa berjalan dengan sendiri meskipun perutnya terasa sangat kaku dan sakit. Dia mampu menahannya dan berdiri tegak seolah tidak merasakan sakit. Selena berjalan dengan cepat masuk ke dalam toilet.
Jemarinya bergerak secepat kilat untuk membuka keran wastafel agar menimbulkan suara yang kuat. Lalu dia bersimpuh di depan closet dan memuntahkan semua isi perutnya. Semakin di keluarkan, perutnya semakin terasa mual dan sakit.
Aku seperti akan mati.
Dia duduk di lantai toilet, dan mencoba menstabilkan nafasnya yang terengah-engah. Selena menatap langit-langit ruangan itu, dan pandangannya semakin lama semakin buram. Dia segera menyadarkan dirinya untuk tidak tertidur di sana.
Setengah jam kemudian, dan Selena masih berada di dalam toilet. Di luar, Felix menunggunya dengan wajah bingung bercampur khawatir. Entah apa yang sedang dilakukan wanita itu sehingga dia berada di dalam sana begitu lama.
Felix segera berdiri dan hendak mengetuk pintu toilet. Namun sebelum dia melakukannya, pintu toilet tiba-tiba terbuka dan Selena berdiri tepat di depan sana dengan wajah pucatnya.
“Hei, kau menghalangi jalanku,” kata Selena dengan suara yang parau seraya menyingkirkan Felix dengan tangannya.
Wajahnya pucat dengan mata memerah dan berair, dia berjalan dengan limbung dan Felix terus memperhatikannya dari belakang. Tiba-tiba saja tubuh Selena ambruk, Felix dengan cepat menangkap tubuh ramping itu agar tidak jatuh membentur lantai. Dia tidak sadarkan diri lagi.
Apa yang sebenarnya kau lakukan, mabuk sampai menyiksa diri sendiri.
Felix membopong tubuh Selena dan membaringkannya ke atas ranjang. Dia hendak pergi untuk meminta dokter untuk datang, dan memeriksa kondisi wanita itu. Tapi seketika Selena bangun dari dan menahannya.
Dengan wajah pucat wanita itu bergumam, “Hei, apa kau tidak ingin menemui putramu?”
Setelah mengatakan itu tubuhnya kembali ambruk ke atas ranjang.
Felix mengeryitkan dahi dengan kalimat yang Selena ucapkan. Mungkin Selena menganggapnya adalah pria yang memiliki anak dengannya. Wanita itu menganggap Felix adalah pria lain.
Seorang dokter datang bersama beberapa suster. Mereka segera memeriksa kondisi Selena. Dokter itu meminta suster menyuntikan obat pada infus wanita itu.
Felix pergi keluar ruangan untuk menerima telepon. Itu telepn dari Zayn yang menanyakan kapan dirinya akan pulang. Sedangkan Felix hanya mengosongkan jadwalnya selama setengah hari saja. Perusahaan itu tidak bisa berjalan dengan baik tanpa arahannya.
“Bantu aku mengurusi beberapa pekerjaan. Aku masih memiliki urusan di sini,” ucap Felix kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Zayn mendesah samar mendengar ucapan dari kakaknya itu. Banyak sekali pekerjaan yang menunggu dan Felix malah melimpahkan semuanya kepadanya.
Seketika tangan mulus dan putih memeluk Zayn dari belakang dan mengecup tengkuk leher pria itu. Zayn menoleh dengan senyuman. “Tunggu aku, sepeluh menit lagi aku datang,” ucap Zayn.
Kemudian wanita itu melepaskan dekapannya dan pergi.
Zayn segera menghubungi sekretaris Felix. Dia memintanya untuk mengosongkan jadwal Felix selama tiga hari. Zayn tidak ingin berurusan dengan pekerjaan kakaknya yang rumit itu. Dia juga memiliki pekerjaanya sendiri.
Setelah selesai dengan semua urusan pekerjaannya Zayn cepat-cepat memasukan ponselnya ke dalam saku dan berjalan masuk ke dalam privateroom. Dia sedang berada di sebuah club malam, bermain bersama para wanita cantik.
Para wanita cantik bertubuh **** itu langsung menyambut Zayn dengan pelukan dan kecupan. Zayn adalah ladang uang, mereka sangat menyukai kehadiran pria itu.
..........
Setelah waktu makan siang Felix kembali ke rumah sakit . Dia langsung pergi ke ruangan Selena untuk melihatnya. Sesampainya di sana, dia melihat Selena sedang duduk di atas ranjang seraya terus mengaduk makanan rumah sakit dengan ekspresi ngeri.
Felix mengerti apa yang dipikirkan oleh wanita itu.
Selena mendesah melihat makanan pucat tidak berwarna itu. Dia bisa merasakan makanan itu meski hanya dengan melihatnya saja. Selena paling membenci makanan rumah sakit yang terasa hambar dan dingin.
Suara langkah kaki menyadarkan Selena akan kehadiran pria itu di dalam ruang rawatnya. Dia segera menghilangkan ekspresi kekesalannya dan mengganti dengan ekspresi tenang.
“Bagaimana dengan kondisimu?” tanya Felix.
“Sudah lebih baik.”
Felix menyodorkan kantung plastik yang dia bawa kepada Selena. Dia sengaja membungkusnya saat makan siang tadi. Felix tahu jika makanan rumah sakit tidak memiliki rasa. Dia membeli makanan di luar untuk berjaga-jaga. Pria itu juga membelikan sup pengar.
“Kenapa kau masih berada di sini?” tanya Selena seraya membuka bungkusan makanannya. “Bukankah seharusnya kau pulang. Apa kau tidak sibuk?”
Tentu saja Felix sibuk, bahkan sangat sibuk. Tapi dia adalah seorang pria yang bertanggung jawab. Tidak mungkin dia pergi meninggalkan Selena dalam keadaan sakit.
Selena meminum sup pengar yang masih hangat. Dia mencampurkannya dengan daging ayam kukus yang sangat lezat. Makanan itu benar-benar seperti surga untuk perutnya yang sedang sakit. Selena menikmati makanan itu sampai dia lupa jika Felix masih berada di sana.
“Nikmati makan siangmu.”
Suara Felix menghentikan acara makan Selena. Wanita cantik itu mengatur ritme sendok yang masuk ke dalam mulutnya dengan pelan.
“Tuan, kau tidak perlu mendampingiku lagi. Aku baik-baik saja. Kau pulanglah,” kata Selena. Dia merasa tidak enak hati karena sejak kemarin Felix berada di dekatnya. Paparazi akan memergoki mereka dan membuat gosip.
Kening Felix berkerut halus. Setelah semua yang dilakukannya, wanita ini dengan mudahnya mendorong dia untuk pergi. Dia bahkan tidak mengucapkan terimakasih.
“Aku tidak bisa pergi. Aku wali mu di sini,” kata Felix membuat Selena hampir tersedak makanan.
“Ah~ Benarkah? Jika begitu baiklah terimakasih.” Ekspresi Selena acuh tak acuh.
Jadi itulah sebabnya pria itu masih berada di rumah sakit. Dia dimintai pertanggung jawaban untuk menjadi wali Selena.
Selena hampir berpikir jika Felix tertarik padanya hingga tidak mau pergi.
Cih, apa yang kau pikirkan Selena? Menjijikan!
Selena melanjutkan makannya, sementara Felix duduk di atas sofa seraya sibuk dengan MacBook yang sengaja dia bawa dari hotel. Dia mengerjakan beberapa pekerjaan yang tertunda akibat Zayn tidak ingin membantunya untuk mengambil alih.
Piring dan mangkuk Selena telah kosong. Dia meletakannya di atas nakas, nanti seorang perawat akan datang untuk membersihkan.
Sekilas Selena melirik Felix yang sedang focus dengan macbooknya. Wajah dingin tanpa ekspresi itu terlihat tampan ketika sedang serius.
Selena menelan salivanya.
Tiba-tiba dia membayangkan kembali kejadian malam itu, kejadian singkat yang bahkan tidak bisa Selena ingat dengan jelas. Adegan ketika dirinya menaiki tubuh Felix dengan seductive tiba-tiba terngiang lagi. Tubuh Selena meremang hebat.
Dia menyukai pria-pria tampan dan bertubuh ideal. Tapi Selena tidak memiliki kekasih karena tidak ingin memiliki satu komitmen. Dirinya terlalu rumit untuk itu semua.
.
.
.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ira
lanjut baca🤭
2024-02-12
0