"Lo gak makan" Ucap devano yang melihat bulan hanya diam memandangi makanan yang telah tiba beberapa saat lalu
"I-iya. Ini juga mau dimakan" Jawab bulan takut takut. Gimana gak takut wajah devano saat ini masih tidak bersahabat. Bulan yang sudah terbiasa melihat Devano tersenyum, kali ini ia dihadapkan oleh wajah marah devano
Devano tersenyum dalam hati "kena kan lo, gue kerjain" Batinnya
Beberapa menit berlalu, makan sore mereka pun telah selesai. Keduanya sama sama diam dengan aktivitas masing masing. Hingga devano pun memecahkan keheningan
"Nih buat lo" Ucap devano
Bulan memperhatikan barang yang devano tawarkan untuk dirinya.. " Kenapa kamu kasih ke aku? Kan kamu beli buat kamu" Ucap bulan
"Sengaja gue beli 2. Yang ini untuk lo, biar kemana mana gue bisa hubungi lo" Ucap devano
"Maaf van. Tapi aku gak bisa nerima" Tolak bulan
"Kenapa? " Tanya devano
"Itu. A-aku gak ngerti cara maininnya" Cicit bulan pelan
Devano tertawa kecil mendengarnya. " Hey, kita hidup dijaman apa lan? Kok lo gak bisa mainin HP si" Ucap devano masih dengan nada tawanya
Bulan meringis malu mendengar ucapan devano. Ia sadar dirinya tak hanya gendut, dan cupu saja tapi ia juga merasa kudet. Akibat jaman sekarang lebih canggih dan maju dimana orang orang dengan mudahnya melakukan segala aktivitas melalui benda pipih nan pintar tersebut. Setiap orang bisa menelpon dengan memperlihatkan wajah. Saling bertukar pesan dan banyak sekali kegunaan nya,
"Hehe tahun 2023, tapi aku serius van. Aku benar benar gak ngerti cara mainin benda ini, dari kecil aku dilarang sama mama " Ucap bulan menggaruk sebelah pipi chubby nya
"Sekarang lo ambil. Trus lo pelajarin semua, kalo lo gak ngerti lo bisa kabarin gue, biar gue ajarin" Ucap devano memaksa, bulan yang dipaksa pun dengan pasrah mengambil ponsel yang devano berikan
"Nanti pas aku gajian, potong dari gajih ku aja ya van. Benda ini harganya pasti sangat mahal" Ucap bulan
"Gak usah. Gue ngasih ini ikhlas buat lo, dan satu lagi mulai hari ini lo gak bakal tinggal dikontrakan kecil, dan untuk beberapa hari kedepan lo gak perlu kerja lagi. Itu semua agar lo bisa fokus dengan diet lo" Ucap devano panjang lebar
"Apaa! Jadi aku dipecat van" Ucap bulan
"Gue gak ngomong lo dipecat" Ucap devano heran
"Itu kamu bilang, aku gak boleh masuk kerja untuk beberapa hari kedepan. Kalo gitu aku gak jadi diet deh, biar masih bisa bekerja" Ucap bulan
Devano menepuk jidatnya" Bukan itu yang gue maksud bulan" Ucap devano gemas
"Trus kalo bukan itu apa dong, kan tadi kami bilangnya gitu" Ucap bulan
Devano menghembuskan nafas nya dengan pelan " Iya gue emang nyuruh lo buat gak masuk kerja dulu, itu tujuan nya biar lo fokus untuk urusan diet dan olahraga. Urusan lo karna gak masuk kerja, itu biar gue yang atur" Jawab devano dengan sabar
"Tap--"
"Gak ada tapi tapian." Sela devano dengan cepat
Bulan terlihat pasrah saja. Ingin bersuara kembali pun ia merada tak layak. Sebab yang ia lawan saat ini adalah bosnya. Mau gak mau bulan harus menurutinya.
"Cepat habisin makan lo. Siap itu gue akan anter lo ketempat gym, " Ucap devano
"Iyaa." Jawab bulan seadanya
Mereka pun kembali dengan memakan makanannya dengan tenang dan juga khidmat
"Apa aku bisa kurus? Apa aku bisa untuk balas dendam ke mereka yang udah nyakitin aku, kayanya aku juga harus belajar bela diri. Agar aku bisa menjaga diriku sendiri tanpa harus merepotkan orang lain lagi" Bulan membatin
Setelah acara makan. Kini devano membawa bulan ketempat gym sesuai yang ia katakan tadi
"Lo bakal olahraga disini setiap hari" Ucap devano
"Baiklah, " Jawab bulan
"Weh bro. Lama gak ketemu, kemana aja lo" Sapa Dika Saputra Sipemilik gym, dan bersalaman ala pria
"Sibuk gue, oh iya kenalin bulan. " Jawab devano mengenal bulan
Dika memandang bulan dari atas sampai bawah. Kemudian tatapan nya beralih pada devano, devano yang paham akan arti tatapan tersebut pun mengangguk.
"Kenalin gue dika."Ucap dika pada bulan,
" Bulan, "jawabnya ingin menyambut uluran tangan dika namun dengan segera ditepis oleh devano
" Jangan pegang pegang "ucap devano
" Aelah! Sensi amat lo"jawab dika dengan kekehan kecil
"Gue kesini, buat nyuruh lo jadi guru olahraga bulan" Ucap devano
"Wah bisa, kebetulan beberapa hari kedepan gue senggang. Kalo gitu mulai dari yang ringan ringan dulu aja. " Jawab dika
Kemudian bulan pun mulai belajar untuk menggunakan alat olahraga, sebelum itu bulan diwajibkan untuk mengganti pakaian. Setelahnya baru belajar mengetahui jenis jenis yang akan ia gunakan nanti. Dimulai dari yang terkecil dulu kemudian berlanjut dengan yang besar. Saat bulan sibuk berolahraga devano justru memperhatikan bulan,
"Gue yakin lo bisa.!! Agar lo bisa buktiin ke mereka kalo lo itu gak seburuk yang mereka bayangin" Ucap devano
"Dan untuk urusan nyokap lo. Gue bakal bantu untuk mencari tau kebenarannya. Ibu macam apa yang membenci anaknya hanya karena memiliki tubuh yang besar, sungguh tidak masuk akal" Batin devano
****
Ting tong
Ceklek suara pintu terbuka
"Lah, tuan nyonya, mari masuk nyah" Ucap bik sum
"Makasi bik. Tolong bantu pak dadang bawain barang barang saya ya bik" Ucap Elena
"Baik nyah" Jawab bik sum yang langsung menolong pak dadang supir dikeluarga Harchie
"Kok sepi ya yah. " Ucap Elena pada suami
"Mungkin mereka, lagi pada sibuk bu!! Kan ibu tau sendiri devano punya restoran, sapa taukan sibuk ngurusin usaha nya" Jawab Abraham
"Oh iya. Duh ibu sampai lupa. " Jawab Elena menepuk jidatnya
"Maaf tuan dan nyonya, barang barang nyonya sudah saya letakan diatas, apa nyonya dan tuan butuh sesuatu lagi" Ucap bik sum sikepala pelayan
"Hmm!! Terserah bibi saja, oh iya apa bibi tau jam berapa kedua putra ku pulang? " Tanya Elena
"Tidak menentu nyah. Terkadang tuan muda pertama bisa pulang larut malam sekali, sedang kan tuan muda kedua pulang lebih awal. Tapi akhir akhir ini tuan muda kedua sering telat pulang. Bahkan juga bisa dikatakan jarang makan dirumah nyah" Jawab bik sum
"Oh gitu, baiklah bi! Bibi bisa kembali" Ucap Elena
Bik sum mengangguk kemudian berlalu menuju dapur untuk menyiapkan makan malam atasan mereka
"Apa mereka sesibuk itu, sampai sampai mereka jarang pulang yah" Ucap Elena pada sang suami
Sementara sang suami malah menghedikkan bahu acuh seraya berkata " Jarang pulang. Anak jarang pulang, tiap malam sukanya lembur jar--"
Bugh.
"Duh bu, kenapa ibu timpuk ayah pake bantal" Ucap Abraham yang terkena lemparan bantal sofa dari sang istri
"Ayah si. Ibu nanya eh malah nyanyi gak jelas, mending suaranya bagus ini malah kaya kaleng rombeng" Ucap Elena
"Lagian ibu tanya ayah. Mana ayah tau kan selama ini sama ibu terus, gak ada ngekorin kemana anak anak pergi" Ucap Abraham
"Jawab aja terus. Telfon anak kamu cepetan. Masa orang tuanya pulang gak disambut apa apa" Cerocos Elena
"Iya iyaa" Jawab pasrah Abraham kemudian menelpon anaknya
Drrrt.. Drrrt.. Drrrt..
"Sebentar ya. Gue angkat telfon dulu" Ucap Daren pada teman teman nya, saat ini Daren tengah berkumpul diresto milik devano guna membahas pekerjaan lain nya. Selain menjadi manager di resto milik sang adik Daren juga memiliki kerjaan sampingan yaitu kasino. Kasino tersebut dijaga oleh orang kepercayaan nya dan hanya sesekali Daren datang untuk melihat lihat kasino miliknya tersebut
"Ya ayah, ada apa? " Ucap Daren
"Bukan ayah. Ini ibu mu ingin berbicara" Ucap Abraham
Belum sempat Daren menjawab sang ibu justru sudah merampas HP milik sang suami. Abraham hanya bisa geleng-geleng dengan tingkah laku sang istri
" Sayang. Kamu dimana kenapa ayah dan ibu pulang kalian tidak berada dirumah? Apa sepenting itu pekerjaan kalian sampai sampai kalian jarang pulang kerumah ha" Omel Elena..
Daren justru menjauhkan ponselnya dari telinga. Suara ibunya ini amat sangat kuat dan sekali berbicara maka siapa saja yang mendengar nya akan merasakan panas dikupingnya
"Ibu. Maaf kan aku, aku lupa jika hari ini ibu kembali" Ucap Daren menepuk jidatnya. Padahal baru saja kemarin ia memberi tau devano kalo kedua orang tua mereka kembali. Justru sekarang malah dirinya yang lupa
"Apaaaa! Lupaa ha segampang itu kamu bilang lupa. Dasar anak kurang ajar kamu ya, apakah sepenting itu pekerjaan kalian hingga lupa dengan ibu" Cerocos Elena dengan nada yang begitu tinggi
"Ibu bisakah tidak berteriak seperti itu" Terdengar suara Abraham dari sebrang telpon
"Iya ibu. Benar kata ayah jangan ter--"
"Suuut! Diam jangan berbicara, ibu gak mau tau pokoknya sekarang kamu pulang. Sekalian adik kamu juga suruh pulang" Ucap Elena mematikan sambungan telpon nya
Tut.. Tut.. Tut..
"Astaga, gue mau nyari devano kemana? Kan HP nya gak bisa dihubungi" Ucap Daren frustasi
"Ada apa bro? " Ucap putra orang kepercayaan Daren
"Bukan apa apa.. Kayanya pembahasan kita gak bisa dilanjutin. Nyokap gue udah balik trus sekarang nyuruh gue balik" Ucap Daren
"Hahaha. Baiklah namanya juga orang tua gue ngerti, mending cepetan lo balik sebelum nyokap lo benar benar ngamuk" Ucap putra. Daren mengangguk kemudian bergegas untuk pulang
"Udah marah marahnya. " Ucap Abraham ketika melihat sang istri diam
"Tau ah kesel. Punya anak sama suami sama aja gak ada yang beres satupun" Ucap Elena dengan nafas yang turun naik
"Loh loh. Kenapa ibu jadi nyalahin ayah juga. Anak anak ibu tuh yang disalahin, udah tau orang tuanya hari ini pulang eh mereka malah keluyuran" Ucapan Abraham tak trima jika dirinya disamakan oleh sang anak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments