Sejak menyadari kalau kakinya sudah bisa berdiri dengan normal, sekarang yang perlu Rico pikirkan adalah bagaimana caranya dia kembali ke dunianya sendiri. Hal ini menjadi misi utama dalam kesempatan hidup yang dia dapatkan. Rico akan menggunakan kesempatan ini untuk membalas semua orang yang telah membuatnya menderita.
Namun, semakin lama Rico berpikir, pria muda itu sama sekali tidak menemukan cara ataupun petunjuk apapun yang bisa dia gunakan untuk mencari jalan pulang ke dunianya. Bahkan dalam jam yang melingkar di tangan kirinya, Rico juga tidak menemukan apapun selain empat tombol dengan warna yang berbeda.
Untuk sementara, Rico hanya tahu fungsi dari tombol warna hijau. Sedangkan tiga tombol lainnya yaitu warna merah, biru dan kuning, tidak menunjukkan reaksi apapun saat Rico mengusapnya. Rico terlihat sedikit frustasi karena dia tidak menemukan apapun yang dapat digunakan sebagai petunjuk.
Hari ini, Rico sama sekali tidak keluar dari rumah. Dia merasa enggan bercengkrama dengan para warga yang mungkin hanya akan memujinya saja. Rico juga tidak mau kalau keberadaanya diketahui orang lain. Karena sejak mendengar pembicaraan Matilda dan warga kampung sebelumnya, kepercayaan Rico pada orang lain langsung musnah.
Sikap pengkhianatan yang dilakukan ibu tiri dan saudara suadaranya, membuat Rico kini tidak mudah percaya sengan orang lain lagi. Selama orang itu baik di depan Rico tetap akan menyambutnya dengan baik meski di dalam hatinya, pemuda itu harrus memiliki kewaspadaan ekstra. Di sini pun Rico harus kembali merasakan sikap tidak percaya pada orang orang, meskipun mereka telah menolongnya.
"Ini kartu yang kamu inginkan, Rico," ucap kepala kampung beberapa jam kemudian setelah pria yang lebih tua dari Rico itu kembali dari tempatnya bekerja. Dia menyerahkan sebuah kartu ATM dan juga buku tabungan yang Rico butuhkan.
"Terima kasih, Tuan," jawab Rico ramah, setelah menerima apa yang dia inginkan. Rico memperhatikan setiap detail buku dan juga kartu yang dia terima. Tidak berbeda jauh dengan kartu bank pada umumnya di dunia asal Rico.
"Nomer sandinya ada di buku itu, kalau kamu mau menggantinya, kamu bisa melakukannya pada saat kamu berada di ATM nanti," ucap kepala kampung yang saat ini duduk dalam satu ruangan dengan Rico. "Tapi maaf itu ATM nya kosong, Ric."
Rico pun tersenyum lebar. Dia tahu kalau Kepala kampung itu tidak jujur. Mungkin karena mengnggap Rico hilang ingatan, kepala kampung tidak cerita kalau setiap pegawai pemerintah mengajukan akun Bank, maka dia akan mendapat uang seputuh juta.
Rico hanya bisa memakluminya. Biar bagaimanapun uang itu adalah hak kepala kampung, jadi Rico tidak ada niat untuk memilikinya. "Tidak apa apa, Tuan, ini saja sudah dibuatkan akun bank, saya sangat berterima kasih. Lalu nanti kalau Tuan dapat gaji, kemana gaji anda akan masuk, Tuan?"
"Ke akun bank saya," jawab kepala kampung. "Kebetulan, saya membuat akun itu dengan menggunakan data orang yang sudah lanjut usia dan tidak menggunakan namanya untuk akun bank manapun."
"Oh, gitu? Baiklah, terima kasih."
Disaat Rico masih terlibat pembicaraan dengan kepala kampung, tiba tiba terdengar suara pintu yang diketuk. kepala kampung hanya menyahutinya agar orang itu langsung masuk saja karena pintu rumah tidak dikunci.
"Permisi Tuan, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda," ucap orang yang baru saja datang ke rumah kepala kampung. Dilihat dari pakaiannya, sepertinya orang itu bekerja dalam satu kantor dengan kepala kampung.
"Tamu? Siapa?" tanya Pak kepala kampung.
"Tidak tahu, dia ada di kantor, Tuan."
"Kenapa tidak dibawa kesini saja?" Kepala kampung terlihat berdecak. Mungkin pria itu enggan kembali lagi ke kantornya hanya untuk menemui tamunya.
Sebelum menjawab pria itu melirik ke arah pemuda yang duduk di kursi Roda. Secara otomatis kening Rico berkerut. Di dalam benaknya seketika tumbuh banyak pertanyaan begitu melihat sikap pria itu.
"Tidak bisa Pak kepala, soalnya apa yang akan dia sampaikan katanya sangat penting," ucapan orang itu etrlihat semakin. mencurigakan dimata Rico.
"Baiklah, katakan, sebentar lagi saya akan ke sana," balas kepala kampung dengan malas.
Sang tamu langsung tersenyum senang dan dia segera pamit pergi dari sana untuk menyampaikan kabar tersebut. Pak kepala kampung sendiri hanya mendengus kesal lalu dia bangkit dari duduknya. "Aku pergi dulu, Ric, kalau butuh apa apa, kamu telfon aku pakai itu," ucap Kepala kampung sambil menunjuk telfon rumah.
"Baik, Tuan," jawab Rico. Tak lama setelahnya kepala kampung beranjak pergi meningglakan rumah, begitu kepala kampung pergi, Rico bangkit dari duduknya dan menarik kursi roda menuju kamar. Namun saat Rico sampai di depan pintu kamar yang dia tuju, telinganya mendengar ada suara gaduh dari arah pintu utama.
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments