Rumah utama Dimas...
Kling...
Bunyi pesan masuk dari seseorang, Desi meraih ponselnya dan membuka pesan itu.
"Kakak memiliki wanita simpanan di rumah kedua dan wanita itu lebih cocok jadi anaknya," tulis Yoga.
Hati Desi terbakar api cemburu, dia memang mengizinkan Dimas untuk menyewa rahim wanita lain. Tapi bukan berarti juga dia harus menyewa rahim gadis cabe cabean. Pantas saja Dimas betah disana dan jarang pulang kerumah, ternyata wanita yang dia sewa masih muda dan kencang.
Dari jauh, Mayang memperhatikan wajah menantunya yang sedang kesal. Desi meremas ujung dres yang dia kenakan dengan kuat, jelas sekali dia sedang merasa sakit hati karena sesuatu.
"Ada apa dengan wajahmu itu?" Tanya Mayang penasaran.
"Ah, tidak ada apa apa kok Bu," Desi mencoba untuk bersikap tenang agar Ibu mertuanya tidak curiga.
"Jangan bohong, Ibu bukan orang yang mudah dibohongi. Kamu pasti sedang kesal karena suamimu jarang pulang ke rumah, iya kan?" Tebak Mayang asal. Desi hanya menundukkan wajahnya dan tak bisa berkata kata.
"Makannya, jadi istri jangan lembek, jangan terlalu percaya pada ucapan pria. Bilang kerja lembur, tidur di kantor, padahal dia punya wanita lain,"
"Ibu, kalau bicara jangan sembarangan ya. Dimas pria yang baik, dia tidak mungkin bertingkah seperti itu!" Desi mencoba menutupi aib suaminya.
Desi merasa Ibu mertuanya kejam sekali, sudah tau menantunya sedang cemburu malah di panas panasi. Ibu dan anaknya memang sama saja, sama sama tidak ada akhlak.
🍃🍃🍃
Dua hari berlalu, Dimas tidak kunjung pulang ke rumah untuk menemui Desi. Merasa tak kuat menahan gempuran rasa gelisah, Desi memutuskan untuk pergi ke rumah kedua dengan menaiki Taxi.
Benar saja, Dimas sedang ada dirumah kedua. Bercengkrama dengan wanita bayarannya di bangku teras sambil minum teh. Hal sederhana yang jarang sekali Dimas dan Desi lakukan bersama.
Desi menghampiri sepasang manusia itu dengan langkah penuh semangat dan penuh benci.
"Ehem..." Desi berdehem. Vina menoleh ke samping dan dua wanita itu sama sama merasa sangat terkejut.
"Kamu, jadi kamu wanita bayaran suamiku?" Desi terbelalak.
"Hai...." Vina menyapa Desi ramah.
"Dimas, kamu menyewa rahim anak baru kemarin untuk mengandung calon anak kita?" Desi merasa tak percaya.
"Iya, hanya dia saja yang wanita yang mau aku sewa rahimnya," jelas Dimas.
"Alah, bohong! Bilang saja kalau kamu mencari kesempatan dalam kesempitan, kamu sengaja kan cari daun muda?" Tuduh Desi.
"Desi, tuduhan mu itu tidak masuk akal!" Dimas membela diri.
"Tidak masuk akal? Kamu begitu betah ada dirumah ini bahkan sampai jarang menemui ku. Semua karena j*lang muda ini bukan?" Desi menunjuk kearah Vina.
"Maaf, aku bukan j*lang. Aku dinikahi oleh suami kamu walaupun cuma kontrak," celetuk Vina.
"Apa? Menikah?" Desi terperangah.
Vina mengangguk, anggukan itu membuat Desi terserang sesak nafas mendadak. Tak disangka, pria yang begitu Desi percaya tega mengkhianatinya.
"Kamu benar benar menyebalkan Dimas!" Maki Desi. Setelah itu Desi bergegas pergi meninggalkan rumah kedua Dimas.
"Kenapa kamu mengatakan kalau kita menikah? Lihat hasilnya," Omel Dimas.
"Maaf, aku keceplosan." Vina merasa sedikit menyesal.
Dimas buru buru mengejar Desi untuk meminta maaf, sepasang suami istri itu bertengkar hebat hingga memancing perhatian orang orang di sekeliling mereka.
🍃🍃🍃
Tiba di rumah, Desi langsung masuk ke dalam kamarnya dan menangis tersedu sedu. Benar kata Ibu mertuanya, kalau pria itu tidak bisa dipercaya. Desi benar benar menyesal karena telah memberikan celah pada Dimas untuk berdekatan dengan wanita lain.
Tapi, Desi begitu sangat menginginkan seorang anak. Sementara dia telah di vonis mandul oleh Dokter dan tidak akan mungkin bisa mengandung dan melahirkan seorang anak. Hidup tanpa memiliki keturunan itu sangat menyakitkan, tapi mengetahui suaminya telah menikah lagi juga sama menyakitkannya.
Dimas menyusul Desi ke dalam kamar, dia menutup pintu dan menguncinya rapat.
"Desi, percayalah padaku. Hubunganku dengan dia hanya sebatas rekan kerja saja. Aku butuh anak, dan dia butuh uangku," Dimas mencoba memberi penjelasan sekali lagi.
"Tapi kenapa kalian berdua harus menikah?" Desi menatap ragu.
"Agar kami tidak terjebak dalam perbuatan zina," sahut Dimas.
"Tapi saat dia telah melahirkan anak kamu akan menceraikan dia kan?"
"Itu pasti, pasti aku akan menceraikan dia,"
"Apa kamu bisa memegang janjimu itu?"
"Bisa, pasti bisa,"
Dimas memeluk istrinya erat, dia takut kehilangan wanita yang telah dinikahinya selama sepuluh tahun itu. Desi begitu berharga untuknya, bahkan lebih dari apapun yang dia miliki saat ini.
"Kita sudah setengah jalan Desi, aku yakin dia akan segera hamil. Jadi, bersabarlah. Dan percayalah kepadaku kalau aku tidak akan berpaling darimu," ucap Dimas panjang lebar.
Sejujurnya, Desi merasa ragu untuk mempercayai perkataan Dimas lagi. Pria memang pandai merangkai kata agar pasangannya percaya, Desi sudah pernah tertipu satu kali, dia tidak mau tertipu lagi.
"Jika kamu mengingkari janjimu padaku, aku akan menghajar wanita itu, mengikatnya dan melemparnya ke laut," ancam Desi. Dia terlihat begitu serius saat mengucapkan ancaman itu.
"Kamu tidak boleh melakukan itu, itu termasuk dalam perbuatan kriminal dan tindak kejahatan,"
"Kalau kamu tidak mau hal itu terjadi, kamu harus setia padaku,"
"Tenanglah Desi, aku akan selalu setia padamu."
Desi melepaskan dekapan suaminya, dia menyeka air matanya dan menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan harus ada sebuah pengorbanan, dan pengorbanan itu membuat hidup Desi terasa sakit dan tertekan.
"Desi, kamu harus tetap mengawasi suamimu. Sekarang saja sudah seperti itu apa lagi jika mereka hidup bersama lebih lama," Ucap Desi pada dirinya sendiri di dalam hati.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments