Waktu hampir tengah malam, Vina turun dari Taxi dan berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju rumah kedua Tuan Dimas. Vina memencet bel berkali kali, tak lama Pak Anton keluar membuka pintu.
"Nona..." Anton sedikit terkejut.
Anton tersenyum senang saat melihat Vina kembali ke rumah itu, dia merasa seperti baru mendapat berkah dari langit karena harapannya terkabul. Kembalinya Vina ke rumah itu menjadi pertanda kalau Anton akan mendapatkan bonus besar dari sang Bos, bonus yang sangat diidam idamannya sejak kemarin.
"Katakan pada Tuan Dimas, aku bersedia menyewakan rahimku. Tapi... Aku punya satu syarat," ucap Vina dengan deru nafas yang tidak teratur.
"Syaratnya apa Nona?" Tanya Anton.
"Syaratnya adalah nikahi aku dulu, karena aku tidak mau terjerumus dalam lubang perzinahan," sahut Vina dengan penuh percaya diri.
Saat itu juga, Anton mengirim foto Vina kepada majikannya via chat. Dia juga mengatakan persyaratan sulit yang Vina ajukan kepada Tuan Dimas. Setelah menunggu lumayan lama, Dimas membalas pesan dari orang kepercayaannya itu.
"Aku menerimanya persyaratan darinya, berikan berapapun uang yang dia mau. Setelah urusannya dirumah sakit selesai, suruh dia datang kerumah itu untuk menemui ku," bunyi balasan chat dari Dimas.
Segera, Anton mentransfer sejumlah uang ke rekening pribadi Vina. Setelah mendapatkan apa yang Vina butuhkan, Vina langsung bergegas kembali ke rumah sakit.
Menelan ludah sendiri adalah hal yang paling menjijikan, seperti apa yang baru saja Vina lakukan. Dia sendiri yang telah menolak tawaran Pak Anton karena harga diri, tapi dia juga yang merengek meminta kesempatan itu kembali.
Harga dirinya sebagai seorang wanita hilang, dia tak peduli jika predikat wanita baik baiknya berganti menjadi wanita ******, yang penting Ayahnya bisa segera dioprasi. Vina sangat menyayangi Ayahnya, dia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa sang Ayah.
🍃🍃🍃
Selesai membayar biaya oprasi sang Ayah, Vina berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit. Wajahnya terlihat sedih, seolah sedang menyesali keputusan yang baru saja dia buat. Dia tidak boleh menyesal, dia hanya melakukan pengorbanan kecil saja. Sementara Ayah dan Ibunya? Mereka telah mengorbankan banyak hal untuk hidupnya selama ini.
"Vina, seseorang memanggil dari belakang. Vina menoleh, dia mendapati Ibunya sedang berjalan menuju kearahnya.
"Dari mana saja kamu?" Tanya Karti penuh selidik.
"Aku dari rumah teman, aku baru pinjam uang untuk biaya oprasi Ayah," sahut Vina.
"Temanmu yang mana?" Karti meminta penjelasan secara detai.
"Riska teman sekolahku dulu, dia juga sering main kerumah. Masa Ibu lupa," Vina sedikit gugup karena takut ketahuan berbohong.
"Oh, yang Ayahnya pengusaha batu bara itu ya?" Karti mencoba mengingat ingat.
"Iya," Vina meringis.
"Tapi, dia kok mau meminjamkan uang begitu banyak? Apa dia tidak meminta jaminan apapun?" Karti masih belum mau berhenti bertanya dan membuat Vina was was.
"Setelah Ayah keluar dari oprasi dan keadaanya membaik, aku akan bekerja pada keluarga Riska. Kami akan pindah ke kota sebelah karena Ibunya Riska baru membuka sebuah butik disana. Setiap bulan, gaji ku akan dipotong oleh mereka untuk membayar hutang," ucap Vina dengan penuh kehati-hatian.
"Baik sekali keluarga itu ya, ada manfaatnya menjadi kaya bagi orang lain,"
"Sudahlah Bu, jangan bahas itu lagi. Lebih baik, kita tunggu Ayah dikamar rawat inapnya."
🍃🍃🍃
Bayu membuka kedua matanya perlahan, kesadarannya berangsur angsur membaik. Dia menatap sekeliling, dia mendapati dirinya masih terbaring diatas ranjang rumah sakit. Tapi kali ini dadanya terasa nyeri dan panas, seperti baru saja selesai dibedah.
Vina masuk ke dalam ruangan sambil menenteng makanan, dia langsung berlari menghampiri Ayahnya saat melihat tangan Ayahnya bergerak dan kedua matanya terbuka lebar.
"Akhirnya, Ayah siuman juga," Vina menangis bahagia.
"Mana Ibumu?" Tanya Bayu dengan nada lemah.
"Dia ada didalam kamar mandi, sedang mandi. Apa yang Ayah rasakan saat ini?" Tanya Vina sambil menggenggam telapak tangan Ayahnya.
"Aku merasa jauh lebih baik," Bayu menyunggingkan senyum kecil.
Vina menarik nafas lega, batinnya terasa plong seperti baru saja keluar dari ruang gelap yang mengerikan. Pengorbanannya tidak sia sia, Ayahnya bisa kembali sehat setelah dioprasi.
"Ayah sudah dioprasi, semoga Ayah cepat pulih agar segera diperbolehkan pulang kerumah,"
"Oprasi? Darimana kalian mendapatkan uang untuk oprasi Ayah?" Bayu melebarkan kedua matanya.
"Kita bahas hal itu nanti saja ya kalau Ayah sudah boleh pulang ke rumah," Vina mencoba menenangkan hati dan pikiran sang Ayah agar berhenti mewawancarainya.
Klak...
Pintu kamar mandi terbuka, karti keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar dan wangi. Dia menoleh kearah suaminya yang ternyata sudah terbangun dari tidur panjangnya.
Karti menghampiri sang suami dengan mata berkaca kaca, dia merasa senang karena pria yang dicintainya bisa lolos dari Kematian. Semakin lama, tangis haru Karti pecah hingga membuat Vina ikut menangis.
"Aku senang masih bisa melihat kalian berdua lagi," Bayu mengusap pipi Karti dan Vina secara bergantian.
Siang harinya, Vina pamit pergi pada Ibunya. Dia sengaja tak menunggu Ayahnya bangun dari tidur karena tidak mau disudutkan dengan berbagai pertanyaan lagi.
Karti merasa sedih karena putri semata wayang mereka harus ikut menanggung beban keluarga, karena itu pula untuk sementara mereka harus tinggal berjauhan. Roda kehidupan selalu berputar, Karti yakin setelah kesulitan hidup yang mereka alami, akan ada kebahagiaan di penghujungnya.
"Nak, jangan lupa rajin rajin memberi kabar pada kami. Kalau ada waktu libur, sempatkanlah untuk pulang dan menjenguk kami," pesan Karti sambil memeluk erat tubuh langsing Vina.
"Ibu tenang saja, aku tidak akan lupa pada keluargaku sendiri, aku berjuang juga untuk keluarga. Doakan saja semoga aku sehat selalu dan rejekiku lancar," ucap Vina sedih.
"Amin, semoga Tuhan selalu menyertai kamu kemanapun kamu pergi."
Vina keluar dari rumah sakit, dia menyetop taxi dan pulang ke rumah untuk mengambil beberapa pakaian. Setelah itu dia pergi menuju ke rumah kedua Tuan Denis untuk menepati janjinya.
Sepanjang perjalanan pikiran Vina melayang, dia membayangkan seperti apa sosok Tuan Denis sebenarnya. Jangan jangan, dia adalah seorang pria gendut dan berkepala botak yang memiliki bau badan menyengat? Vina bergidik ngeri, dia menggeleng gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruk itu.
Seperti apapun Tuan Denis, Vina harus menepati janjinya untuk menyewakan rahimnya pada pria itu. Bagaimanapun juga karena bantuan Tuan Denis, Ayah Vina bisa segera dioprasi dan bisa melewati masa kritisnya.
Satu jam kemudian, Vina turun dari Taxi. Dia melangkah penuh keraguan menuju halaman rumah calon suaminya. Bukan suami, melainkan calon majikannya. Karena Vina hanya akan dijadikan budak hasrat saja sampai keinginannya untuk memiliki pewaris terwujud.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Retno Elisabeth
semangat vina
2023-08-19
0