Di kediaman utama Dimas yang besar dan megah...
Seorang wanita tengah menatap suaminya dengan tatapan sendu, aura kesedihan terlihat begitu jelas di wajah cantiknya.
"Kamu mau pergi kemana?" Tanya Desi pada Dimas yang sedang memakai jas kebesarannya.
"Aku mau menemui seseorang, kamu baik baik dirumah ya," Dimas mengacak acak rambut istrinya manja.
"Apa kamu mau menemui wanita itu?" Tanya Desi lagi. Perasaanya saat ini sedang kacau karena sang suami mau menemui wanita lain.
"Iya, aku mau menemuinya." Dimas menatap wajah istrinya dalam dalam. Sesaat, dia bisa tau kalau ada guratan rasa cemburu yang begitu besar disana.
"Siapa wanita itu? Berapa usianya?" Desi menyodori Dimas berbagai pertanyaan sekaligus karena dorongan rasa penasaran.
"Nanti juga kamu tau, kalau sudah tiba waktunya aku akan mengenalkan dia padamu." Sahut Dimas santai.
Sebenarnya Dimas merasa gugup saat mengatakan hal itu pada Desi, tapi dia harus berpura pura santai agar tidak terlalu merasa bersalah padanya.
Dimas dan Desi telah menikah selama kurang lebih sepuluh tahun. Hubungan mereka sangat harmonis, jauh dari pertengkaran dan gosip miring.
Sampai suatu hari Mayang Ibu dari Denis ikut tinggal bersama mereka berdua. Wanita tua yang terkenal cerewet itu selalu menyudutkan dan memaki Desi karena tidak kunjung hamil dan memberikan dia seorang cucu.
Dimas mengajak Desi program hamil ke Dokter kandungan, dan sebuah kenyataan pahit terungkap secara jelas. Desi dinyatakan mandul, dia tidak bisa hamil dan memberikan Dimas seorang anak. Desi merasa sangat terpukul, dia sempat depresi bahkan hampir gila.
Dimas mungkin mau menerima Desi apa adanya, tapi bagaimana dengan Mayang Ibu mertua Desi? Wanita galak itu pasti akan memaksa Dimas untuk menceraikan Desi dan menikah dengan wanita lain.
Dimas tidak mau dipisahkan dengan Desi, begitu juga sebaliknya. Hingga akhirnya mereka berdua menyusun sebuah rencana gila untuk menyewa rahim wanita lain agar bisa memiliki seorang anak.
Saat wanita itu hamil, Desi akan berpura pura hamil. Akting Desi akan berakhir saat wanita itu melahirkan, Desi akan mengambil bayinya dan mengakuinya sebagai anak yang baru dilahirkan dari rahimnya sendiri.
Dimas dan Desi tidak tau apakah ide mereka akan berhasil, yang jelas hanya itulah satu satunya cara yang bisa mereka lakukan saat ini agar terhindar dari paksaan perceraian. Membohongi orang tua sendiri tidaklah baik, tapi bercerai dengan pasangan yang sangat dicintai juga bukan hal baik.
🍃🍃🍃
Waktu menunjukan pukul 23.00 malam, Vina masih terjaga di dalam kamar barunya yang lebih mirip dengan kamar Hotel bintang lima. Vina masih tak menyangka kalau dirinya bisa menghuni rumah bagus seperti itu, walaupun hanya untuk beberapa bulan ke depan saja.
Kruyuk...
Perut Vina terasa lapar, dia beranjak dari tempat tidur king size itu dan bergegas pergi menuju dapur. Begadang memang sering membuat pelakunya kelaparan, semoga saja di dalam kulkas rumah itu ada sesuatu yang bisa Vina makan.
Satu kotak kecil susu UHT dan satu tumpuk roti ada bertengger manis di rak kulkas. Vina menyunggingkan senyum kecil, lalu mengambil makanan dan minuman itu dengan hati penuh syukur.
"Sedang apa kamu malam malam begini?" Tegur seseorang dari belakang. Vina langsung membalik badannya yang gemetaran karena takut.
Pandangan mata Vina bertabrakan dengan mata seorang pria berlensa coklat. Pria berusia sekitar empat puluh tahun dengan brewok tipis di wajahnya. Dia terlihat gagah dengan tubuh tinggi tegap ala prajurit TNI AD. Sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna tiada cela.
"Si... Siapa anda?" Tanya Vina balik. Kemarin sore, hanya dia dan Pak Anton saja yang menghuni rumah itu. Wajar kalau Vina sedikit ngeri melihat seorang pria asing yang tiba tiba saja muncul entah dari mana.
"Aku adalah pemilik rumah ini," sahut Dimas dengan wajah datar dan dingin tanpa ekspresi.
Pemilik rumah ini? Maksudnya dia adalah Tuan Dimas Waseso pria yang akan menjadi majikannya sekaligus suami kontraknya? Vina terkejut melihat visual dari Tuan Dimas, remahan rengginang seperti dirinya mana pantas bersanding dengan pria itu.
Setelah Vina selesai makan, dia diajak oleh Dimas masuk kesebuah ruangan. Ruangan itu mirip dengan ruangan kerja, banyak lemari besar dan buku buku yang terlihat penting disana.
Dimas menyodori Vina sebuah map coklat berisi surat perjanjian yang perlu Vina baca dan tanda tangani.
"Apa ini?" Tanya Vina polos.
"Itu surat perjanjian, baca dan tanda tangani segera," perintah Dimas.
Vina duduk diatas sebuah sofa, dia membuka map tersebut dan mulai membacanya.
Saya Vina yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan :
Bersedia mematuhi perintah dan larangan Tuan Dimas Waseso.
Tidak ikut campur dengan urusan pribadi Tuan Waseso.
Bersedia dicerai setelah berhasil mengandung dan melahirkan seorang anak.
Anak yang telah dilahirkan akan menjadi milik Tuan Dimas Waseso seutuhnya dan saya tidak memiliki hak atas anak itu.
5.sebagai kompensasi, saya akan mendapatkan sebuah rumah, sebuah kendaraan dan uang tunai senilai lima ratus juta rupiah.
Glek....
Vina menelan ludah, dia terkejut melihat jumlah kompensasi yang diberikan Tuan Dimas kepadanya. Setelah cerai dari Tuan Dimas, Vina otomatis akan menjadi seorang janda kaya.
Tanpa banyak bicara, Vina langsung menandatangani berkas tersebut dan memberikannya kembali kepada Tuan Denis.
"Maaf sebelumnya Tuan, apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Bertanya soal apa?"
"Sepertinya Tuan sudah menikah, kenapa Tuan tidak meminta istri Tuan untuk mengandung dan melahirkan anak untuk Tuan?"
"Poin kedua, tidak boleh ikut campur dengan urusan pribadiku. Termasuk mencari tau tentang informasi pribadiku dan asal usul keluargaku. Tutup mulutmu dan pergi tidur, besok kita harus bangun pagi untuk melaksanakan upacara pernikahan."
Vina, kenapa kamu bodoh sekali? Bisa bisanya kamu menanyakan hal sensitif seperti itu padanya. Untung saja kamu hanya dimarahi, bukan dijambak atau di tampar olehnya.
Vina mengangguk patuh, dia beranjak dari dalam ruangan itu dan berjalan lambat menuju kamarnya.
Selepas kepergian Vina, Dimas memijit ujung kepalanya yang terasa sakit. Dia harus bisa merahasiakan pernikahan keduanya dari Desi, kalau tidak, wanita itu akan mengamuk atau bahkan bunuh diri.
Desi hanya memperbolehkan Dimas untuk menyewa rahim tanpa perlu menikahi, tapi Vina mengajukan persyaratan pernikahan. Mencari wanita yang mau menyewakan rahimnya itu sulit, Dimas terpaksa harus menuruti kemauan Vina daripada bersusah payah mencari orang baru lagi.
Jika dilihat lihat, Vina tidak terlalu buruk. Dia terlihat manis meskipun tinggi badannya hanya sekitar 150 centimeter. Dia nampak polos, seperti sekuntum bunga yang belum pernah disentuh seekor kumbang.
Belum menyentuhnya saja Dimas sudah dibuat ketar ketir, apalagi kalau mereka sudah sah menjadi suami istri dan tidur satu ranjang?
"Dimas, kendalikan perasaanmu. Ingat, Desi telah memberi kepercayaan penuh kepadamu," gumam Dimas pada dirinya sendiri.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Retno Elisabeth
ntar bucin lho dimas
2023-08-19
1