Mayang menghampiri putranya dengan wajah kesal, karena beberapa hari ini Dimas tidak pulang kerumah. Mayang menelfon kantor Dimas, ternyata pria itu mengambil cuti dengan alasan berlibur ke luar kota.
Bagaimana bisa Dimas pergi sendiri tanpa mengajak Ibu dan Istrinya turut serta? Apa pria itu sengaja tak mengajak mereka karena telah memiliki teman berlibur rahasia?
"Ada apa Bu?" Tanya Dimas sambil melonggarkan dasi dan melempar tas kerjanya keatas sofa.
"Kemana saja kamu seminggu ini?" Tanya Mayang dengan nada tinggi. Dimas tersudut, dia diam dan bingung mau berkata apa. Tidak mungkin juga Dimas mengatakan yang sejujurnya, bisa mati dia digantung hidup hidup oleh Ibunya.
Desi muncul, dia bersiap mengambil aba aba untuk melindungi suami tercintanya dari serangan singa betina itu.
"Dimas ada pekerjaan di luar kota Bu, dia sudah minta ijin padaku sebelum pergi kemarin," sambung Desi.
"Kenapa kamu tidak bilang dia ada dinas ke luar kota? Ibu sudah hampir mati berdiri karena mengkhawatirkannya," omel Mayang.
"Maaf Bu, Ibu kan tidak bertanya padaku. Jangankan bertanya, melirik ke arahku saja tidak," sindir Desi.
Mayang malas berdebat dengan menantunya, dia pergi begitu saja tanpa membalas sindiran keras dari Desi.
Desi memeluk tubuh Dimas, dia merasa rindu karena satu minggu tidak bertemu dengan pria itu. Jujur saja, hati Desi saat itu sedang terasa sesak karena Dimas sudah mulai betah tinggal diluar rumah. Mungkinkah dia dan wanita bayarannya sudah melakukan hubungan terlarang itu?
"Aku rindu padamu," ucap Desi.
"Sama, aku juga," Dimas mencium kening istrinya lembut.
"Kenapa seminggu ini kamu tidak mengaktifkan ponselmu? Apa kamu sudah mulai jatuh hati pada wanita sewaan itu?" Desi menaruh rasa curiga.
"Maaf, ponselku rusak. Dan tolong jangan berprasangka buruk padaku, aku mana mungkin jatuh hati wanita itu," sanggah Dimas segera.
"Kalau kamu tidak sanggup, aku akan mengakhiri saja perjanjian kontrakku dengannya," lanjut Dimas.
"Jangan, aku ikhlas kok. Yang penting kita bisa segera punya anak darinya," Desi mengucapkan kalimat kebohongan untuk menguatkan hati dan pikiran Dimas.
🍃🍃🍃
Malam hari, Riska tiba tiba menghubungi Vina lewat telfon. Wanita itu mengajak Vina bertemu dan pergi ke suatu tempat. Vina meng iyakan ajakan Riska, kebetulan dia sudah merasa jenuh terus menerus berada didalam sangkar emasnya.
Selesai bercakap cakap dengan Riska, Vina berbaring diatas kasur dan bersiap untuk tidur. Tubuhnya merinding saat dia mencium aroma tubuh Bagas masih tertinggal disana, padahal pria itu sedang berada di rumah utamanya.
Mungkin begini rasanya menjadi istri kedua, saat suami pulang ke rumah istri pertama istrinya yang lain akan merasa kesepian. Vina harus bisa menata perasaanya dengan baik, jangan sampai dia menaruh rasa kepada suami kontraknya itu.
Selain bisa menyebabkan stres berkepanjangan, mencintai suami orang juga bisa membuat mental seorang wanita rusak hingga memiliki umur yang pendek. Vina terlahir dari keluarga baik baik, Ibunya tidak pernah mengajarkan dirinya untuk merebut sesuatu yang bukan miliknya.
Pagi pun tiba...
Vina bangkit dari pembaringan dengan tubuh fit dan segar setelah beristirahat semalaman. Dia bergegas mandi, mengganti pakaiannya dan bersiap untuk pergi sarapan.
Di meja makan, Pak Anton telah menyiapkan segalanya. Secangkir teh hangat, sepiring nasi goreng telur dan potongan buah segar. Pantas saja banyak wanita yang rela menjadi simpanan Om Om kaya, hidup mewah, semua kebutuhan terjamin bahkan ada yang melayani.
"Pak, nanti aku mau keluar sebentar," ucap Vina.
"Kemana Non?" Pak Anton penasaran.
"Aku ingin bertemu dengan riska teman dekatku. Hanya sebentar kok, nanti juga siang juga pulang,"
"Baik Non, mau saya pesankan Taxi?"
"Tidak perlu, aku mau naik ojeg pangkalan saja,"
"Oh... Yasudah kalau begitu,"
Ditengah menikmati makananya, Vina teringat pada ancaman Dimas. "Kamu tidak boleh keluar atau pergi dari rumah ini tanpa seizin ku!"
Meski sedikit takut, Vina sama sekali tidak berniat untuk meminta izin pada pria itu. Bukannya diizinkan, Dimas nanti pasti akan menceramahi dirinya. Lebih baik dia bungkam saja, selama Pak Anton tidak mengadu pada majikannya itu maksudnya.
🍃🍃🍃
Mall XXX pukul 09.30 menit, Vina dan Riska bertemu didepan pintu masuk sebelah barat. Keduanya berpelukan, lalu saling berjabat tangan.
"Lama menunggu ya?" Tanya Riska.
"Tidak juga, aku baru datang beberapa menit lalu," sanggah Vina.
"Kalau begitu, ayo kita masuk."
Riska menggandeng tangan Vina, mereka melangkah beriringan menyusuri lorong pertokoan Mall. Deretan baju, sepatu dan tas bagus terpampang nyata disana. Membuat hasrat Vina dan Riska untuk berbelanja bangkit dan meronta.
Vina khilaf, dengan banyaknya uang uang dia miliki saat ini dia bisa membeli apapun yang dia mau. Mulai dari prodak perawatan rambut, kulit, make up dan pakaian. Riska merasa sedikit heran, dari mana gadis biasa itu bisa memiliki uang banyak? Mungkinkah dia sudah memiliki pekerjaan yang jauh lebih baik sekarang?
"Setelah ini kita mau pergi kemana?" Riska bertanya pada Vina yang terlihat begitu bahagia dengan barang belanjaan ditangannya.
"Kita nonton film di bioskop, aku yang traktir. Sebagai ucapan terimakasih karena tempo hari kamu sudah menolongku," Vina tersenyum lebar.
"Boleh... Boleh... Sekalian traktir makan siang juga ya!"
"Oke. Buat kamu, apa sih yang tidak." Vina mengedipkan matanya sebelah.
Ternyata, menjadi istri kontrak seorang pria beristri tidak melulu hanya mendapat duka dan air mata. Ada kalanya Vina bisa bersenang senang menikmati hidup, menikmati uang dan fasilitas yang Tuan Dimas berikan.
Dua sahabat itu menonton film horor, dimana istri pertama meninggal bunuh diri lalu bangkit dari kubur untuk membalas dendam pada istri kedua suaminya. Vina merinding, dia membayangkan jika adegan mengerikan yang ada di dalam film terjadi pada dirinya.
"Apa istri pertama Dimas tau kalau suaminya punya istri kedua? Sepertinya aku harus menanyakan hal ini pada Dimas, agar aku bisa mencari cara untuk menghadapi amukan istri pertama Dimas nanti kalau pernikahan dibawah tangan mereka terungkap." Cicit Vina di dalam hati.
Wajah Vina memucat seperti orang yang terkena anemia, keringat dingin keluar lewat pori pori tubuhnya sebesar biji jagung. Bagaimana dia tidak takut? Bahkan sudah mati saja istri pertama masih bisa bangkit untuk balas dendam, apa lagi kalau masih hidup? Vina sampai lupa kalau hal seperti itu hanya ada didunia film saja.
"Vin, kamu kenapa?" Riska terusik dengan sikap aneh sahabatnya.
"Aku... Aku tidak kenapa kenapa kok," Vina berbohong.
"Kamu pasti takut nonton film horor ya? Lain kali, kita nonton film tentang drama percintaan saja deh," Riska merasa sedikit bersalah karena dia yang mengajak Vina nonton film horor.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments