Bab 11

Desi merasa puas usai melakukan aktifitas ranjang dengan suaminya, pria berotot itu memang memiliki stamina yang bagus dan peka terhadap keinginan lawan mainnya. Namun, ada hal yang membuatnya hatinya panas, telinganya mendengar Dimas menyebut nama Vina disela sela akhir permainan mereka.

Pendengaran Desi sangat tajam, bahkan lebih tajam dari pendengaran seekor singa betina. Jadi tidak mungkin dia salah mendengar, Dimas pasti sudah ada hati dengan wanita sewaannya itu. Jangan jangan keduanya sudah memiliki hubungan lebih dari sekedar partner kerja? Pikiran Desi benar benar kacau saat ini.

Desi cemburu, tapi Desi tidak bisa menunjukannya karena Dimas selalu berkata " Apa aku akhiri saja semuanya" tiap Desi protes kepada Dimas. Bagaimanapun mereka sudah setengah jalan, Desi tidak mau semua pengorbanannya sia sia.

"Sayang, jadi kapan kamu akan mempertemukan aku dengan Ibu pengganti calon anak kita?" Rengek Desi sambil mengusap pipi Dimas manja. Dia sangat ingin melihat wajah wanita yang berhasil menarik perhatian suaminya itu.

Apakah Vina jauh lebih cantik darinya? Apakah Vina jauh lebih seksi darinya? Apakah Vina jauh lebih menggoda darinya? Pertanyaan seperti itu selalu berjajar rapih dalam otak kecil Desi.

"Entahlah, nanti aku kabari jika aku sudah memiliki waktu. Kamu tau sendiri, akhir akhir ini aku banyak pekerjaan di kantor. Aku bahkan sampai kewalahan membagi waktu antara pekerjaan dan kalian berdua," Dimas berbohong. Dia tidak mau Desi tau kalau beberapa hari ini dia tidak pulang ke rumah utama untuk menemui Vina.

Tanpa Dimas sadari, Vina telah membuatnya berpaling dari Desi sedikit demi sedikit. Dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan istri keduanya itu daripada dengan istri pertamanya.

Sebenarnya Desi tau kalau suaminya sedang berbohong, tapi dia memilih untuk berpura pura tidak tau karena sedang malas ribut dengan pria itu. Ribut dengan Ibu mertuanya saja sudah membuat kepalanya stres, apa lagi jik ditambah ribut dengan Dimas? Bisa bisa Desi jadi gila.

"Besok pagi aku harus pulang kerumah Vina, kamu baik baik dirumah ya, yang akur dengan Ibu," pesan Dimas.

"Iya, kamu juga baik baik disana. Jangan sampai kamu keblinger sampai lupa pulang," sindir Desi halus dengan senyum kecut di bibir mungilnya.

"Sayang, percayalah padaku. Aku tidak mungkin tega mengkhianati kamu, kamu segalanya bagiku." Dimas mengeluarkan rayuan mautnya untuk mengobati suasana hati Desi yang sedang buruk.

Benar saja, usaha Dimas membuahkan hasil. Sebuah senyuman manis terbit di wajah ayu Desi. Kebahagiaan Desi adalah segalanya bagi Dimas, dia sampai rela menipu Ibu kandungnya sendiri agar bisa terus bersama dengan Desi cinta pertama dalam hidupnya.

🍃🍃🍃

Pagi hari, Dimas melangkah masuk kedalam rumah keduanya dengan langkah penuh semangat. Dia tak sabar bertemu dengan Vina wanita yang membuatnya selalu terjaga sepanjang malam jika sedang berjauhan.

Vina sedang bersantai di ruang tv, menonton film kartun sambil meminum secangkir kopi. Dia terlihat manis memakai dres longgar tapi sedikit tipis dengan motif bunga bunga kecil berwarna biru. Dimas menebak, baju itu baru Vina beli dengan uang pemberiannya.

"Pagi," sapa Dimas ramah.

Vina yang sedang menyeruput kopi langsung tersedak dan batuk batuk. Dia sedikit mengerutkan dahi, dia merasa heran karena Tuan kulkas itu tiba tiba menjadi begitu ramah padanya. Apa dia sedang kesurupan? Atau memang dia memiliki dua kepribadian?

"Pagi," sapa Vina balik.

"Tumben anda kesini pagi pagi? Tidak kerja?" Lanjut Vina.

"Aku sedang malas bekerja hari ini. Bisa tidak buatkan aku makanan, aku lapar," pinta Dimas.

"Lapar? Ini sudah jam delapan, apa anda tidak makan dulu dirumah tadi?" Vina merasa heran.

"Bisa tidak jangan banyak bertanya? Kerjakan saja apa yang aku perintahkan!" Omel Dimas.

"Iya, maaf. Aku akan memasak sesuatu untuk anda sekarang juga."

Meski merasa sedikit dongkol di dalam hatinya, Vina masih mau memasak untuk Dimas. Tanpa dia tau kalau hal itu hanya alasan Dimas saja, sebenarnya Dimas sudah sarapan dirumah. Tapi dia ingin memakan makanan buatan Vina yang rasanya jauh lebih enak dari makanan buatan Desi.

Satu porsi mi goreng spesial dengan dua telor ceplok diatasnya telah tersaji diatas meja. Vina juga membuat secangkir teh manis hangat sebagai pelengkap, kemudian dia memanggil Dimas untuk sarapan.

"Tuan, sarapannya sudah siap," teriak Vina dengan nada tinggi.

Dimas masuk ke ruang makan, aroma wangi masakan menusuk hidung mancungnya dan membuat perutnya yang tadi penuh jadi lapar kembali.

"Bagaimana rasanya?" Vina menunggu jawaban dari pria yang sedang makan dengan lahap di depannya.

"Masakan mu enak, mulai besok dan seterusnya kamu yang akan memasak untukku jika aku ada dirumah ini,"

"Hah..." Vina menghembuskan nafas berat. Pekerjaannya dirumah itu kini bertambah, tapi tak masalah jika uang jajannya juga ditambah oleh Dimas.

🍃🍃🍃

Waktu menunjukan pukul 23.30 menit, Vina dan Dimas baru saja melakukan pergumulan. Setelah puas, Dimas langsung membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur dan menutup kedua matanya. Hanya dalam hitungan menit saja, suara dengkuran sudah keluar dari dalam mulutnya.

"Hroook... Hroookk..." Dimas mendengkur seperti kodok sawah yang berbunyi saat hujan turun.

"Sial, kalau begini ceritanya aku tidak akan bisa tidur sampai pagi," Vina menggerutu kesal.

Benar saja, sampai pagi hari Vina masih terjaga dan tidak bisa tidur. Semua karena suara dengkuran Dimas yang begitu keras. Berbagai cara telah Vina lakukan agar bisa tidur dengan tenang, mulai dari menyumbat telinganya dengan kapas, menutup telinganya dengan bantal dan pindah tidur diatas sofa kamar. Hasilnya tetap nihil, suara dengkuran Dimas benar benar mengganggu kedamaian Indra pendengarannya.

Dimas menggeliat sesaat, dia membuka matanya dengan tubuh segar dan bugar. Dia melirik kearah Vina yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kamu kenapa?" Dimas kebingungan. Dia melihat Vina tengah terduduk lesu disisinya dengan rambut acak acakan dan wajah kusut.

"Ada apa dengan matamu? Kenapa menghitam seperti mata panda?" Lanjut Dimas.

Bukannya menjawab, Vina malah melempar bantal guling ke wajah Dimas. Kemudian Vina menggelitik perut Dimas yang rata berulang ulang hingga pria itu berteriak minta ampun.

"Katakan apa salahku? Jangan menghukum aku seperti ini Vina!" Dimas menuntut sebuah penjelasan.

"Apa salahmu? Kamu mendengkur dengan keras seperti kodok sawah dan aku tidak bisa tidur sampai pagi," omel Vina.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja melakukannya. Semua itu karena aku terlalu lelah dengan aktifitas ku. Aku janji, lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi," Dimas meringis sambil mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya bersamaan.

Ya, bagaimana tidak lelah? Dalam 24 jam Dimas bermain dengan dua wanita yang berbeda. Hi... Hi... Hi... 🤭

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

semangat kak

2023-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!